Sukses

Pasien Lebih Banyak Datang dengan Kanker Serviks Stadium Lanjut

Tanpa gejala awal, pasien biasanya lebih banyak datang memeriksakan diri sudah dengan kanker serviks stadium lanjut

Liputan6.com, Jakarta Pasien rupanya lebih banyak datang dengan kanker serviks (leher rahim) stadium lanjut. Ini dikarenakan tidak pernah timbul gejala awal pada pasien. Gejala kanker serviks umumya berlangsung belasan tahun, yakni 3-17 tahun.

Dalam beberapa kasus, pasien bisa saja mengalami perdarahan atau rasa nyeri di panggul. Nyeri dapat terjadi selama hubungan seksual. Menstruasi terasa berat dan tidak teratur. Area selangkangan terjadi pendarahan vagina atau keputihan abnormal.

Dokter Venita dari Yayasan Kanker Indonesia Provinsi DKI Jakarta mengatakan, rasa nyeri dan pendarahan biasanya sudah kanker serviks stadium lanjut.

"Kebanyakan pasien yang datang ke saya sudah stadium lanjut. Sedih memang. Ya, antara stadium 3 dan 4. Dan itu sudah nyebar ke mana-mana (organ tubuh lain) juga," kata  saat ditemui di Plaza Indonesia beberapa hari lalu, ditulis Selasa, 12 Maret 2019.

Pada stadium awal memang tidak ada gejala, kecuali wanita rajin periksa dan skrining. Venita menceritakan, ia pernah menemui pasien yang mengalami kanker serviks stadium awal.

Pasien tersebut rajin memeriksakan diri dengan pap smear. Setelah ketahuan, pengobatan dan perawatan langsung dilakukan. Pasien bisa menjalani radioterapi.

"Enggak perlu sampai kemoterapi kok," lanjut Venita.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perlu skrining

Demi menemukan tanda awal kanker serviks, wanita perlu melakukan skrining. Namun, biasanya ada ketakutan soal skrining, misal takut ketakutan dan cemas memikirkan pengobatan yang dilakukan.

"Pasien biasanya takut periksa karena takut ketahuan. Nah,kalau ketahuan itu justru bagus. Bisa cepat diobati. Kalau alasannya, 'Nanti kepikiran lagi' Ya, bukan dipikirkan tapi diobati," Venita melanjutkan.

Skrining gratis seringkali dilakukan Venita dan tim. Mereka berupaya mengajak para ibu untuk skrining. Namun, beberapa tantangan harus dialami.

"Pernah juga, ada ibu sudah isi kertas formulir pendaftaran. Tapi tiba-tiba dia bilang pengen jemput anak dari sekolah dan masak (lantas tak kembali lagi untuk melakukan skrining). Kebanyakan ibu lupa buat menjaga diri sendiri. Prioritas pasti ada, tapi penting juga buat ibu buat memikirkan kesehatan dirinya," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.