Sukses

Kisah Gadis yang Kena Kanker Ovarium di Usia 17

Simak cerita gadis yang terkena kanker ovarium di usia 17.

Liputan6.com, Jakarta Kanker ovarium tidak hanya menyerang wanita menikah dan berusia lanjut. Seorang gadis asal Dallas, Amerika didiagnosis kanker ovarium pada usia 17.

Mengutip laman Womens Health Mag, Selasa (3/10/2017), Lindsay terdeteksi mengidap kanker ovarium stadium 1 pada 2005. Lindsay mengaku, gejala yang dialaminya dimulai pada akhir tahun pertama di SMA, tepat setelah dia berumur 17 tahun.

Saat itu dia merupakan anggota cheerleader dan aktif berolahraga. Gejala tersebut diawali pada Maret 2005 saat dia menyadari perutnya membuncit. Selain itu, tangannya sangat kurus.

"Saat itu dokter menjelaskan bahwa tubuh saya memiliki tumor dan membuat berat badan saya berpindah ke perut," ucap Lindsay.

Lindsay mengatakan dirinya tidak menyadari hal tersebut meski mengalami pendarahan dan kram yang tidak normal karena dia baru mendapat menstruasi di usia 15 dan haidnya belum teratur.

Selama enam minggu, Lindsay pergi ke dokter sebanyak tiga kali. Gejala yang dirasakan semakin memburuk, namun dokter tidak tahu penyebabnya. Awalnya mereka mengira saya mengalami penyumbatan usus.

Akhirnya, Lindsay menjalani tes darah dan dokter menemukan penanda tumor. Keesokan harinya, dia menjalani pemindaian CAT dan dokter menemukan tumor seukuran jeruk di ovarium kirinya.

"Pada saat itu, perut saya sangat membesar sehingga saya terlihat seperti hamil enam bulan," ucap Lindsay.

 

 

Saksikan video menarik berikut:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menjalani operasi

Pada Mei 2005, dua sampai tiga hari setelah dokter menemukan tumornya, Lindsay akhirnya menjalani operasi. "Mereka memindahkan tumor, ovarium kiri saya, dan tuba fallopi kiri saya, tapi mereka tidak menyentuh sisi kanan atau rahim saya. Begitu mereka mengangkat tumor, mereka mengujinya dan memastikan bahwa itu adalah kanker," papar Lindsay.

Dia mengaku ketika terbangun dari operasi, dokter mengatakan bahwa itu adalah kanker sel kuman ganas, tapi untungnya masih stadium 1.

"Hal itu berarti masih ada sel kanker di tubuh saya dan saya memerlukan obat kemoterapi meskipun mereka telah menyingkirkan semua tumor," ucapnya.

Setelah melewati operasi, Lindsay mengaku merasa tenang dan dia menjalani perawatan selama dua minggu. Dia merasa senang karena saat itu mendapatkan dukungan yang besar dari keluarga dan sahabat.

3 dari 4 halaman

Kehidupan Lindsay setelah operasi

"Setelah operasi, saya rutin melakukan pemeriksaan darah, CAT, pemeriksaan fisik dan sonogram setiap tiga bulan. Pemindaian CAT adalah yang terasa paling buruk karena saya harus minum larutan barium yang rasanya seperti pasta gigi," kisah Lindsay.

Selain itu, Lindsay juga mengaku memiliki pengalaman memalukan karena mengalami muntah di sembarang tempat akibat rasa mual yang dialaminya.

Saat ini, Lindsay hanya melakukan pemeriksaan setahun sekali untuk pemeriksaan sonogram.

Setelah beberapa tahun berlalu, Lindsay berkencan dengan pria yang memiliki ibu yang menderita kanker payudara. Saat itu dia memutuskan menceritakan pengalamannya kepada pria tersebut. Dia mengaku hal itu membuat dia dan pacarnya semakin dekat.

 

4 dari 4 halaman

Menikah dan program punya anak

Lindsay memutuskan untuk bertunangan pada Juni 2016 dan menikah pada Maret 2017.

"Kelly dan saya telah berbicara tentang memiliki anak. Ini adalah kekhawatiran bagi saya karena akan lebih sulit untuk hamil mengingat kanker ovarium dan kemoterapi serta operasi untuk mengeluarkan kista yang saya alami," ucap Lindsay.

Kemudian Lindsay berbicara dengan Ob-gyn yang menanganinya saat ini. Dia mengunjungi sebuah klinik kesuburan bulan Juni sehingga dapat mengetahui pilihan agar bisa memiliki anak.

"Klinik tersebut merekomendasikan untuk segera membekukan telur saya dan menjalani program bayi tabung. Setelah itu saya kesal, jadi saya kembali ke ob-gyn saya. Dia menjelaskan bahwa orang bisa hamil melalui segala hal, dan itu tidak harus melalui bayi tabung," ucapnya.

Setelah mempertimbangkan matang-matang, Lindsay mengaku untuk tidak melakukan program bayi tabung mengingat biaya yang besar. Dia percaya bahwa tak perlu terlalu memaksakan diri. Bagi dia, hal terpenting adalah meluangkan diri untuk bersantai, cukup tidur dan berolahraga. Dia percaya, jika Tuhan berkehendak, dia akan hamil dan memiliki anak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.