Sukses

Juru Malaria Kampung, Wanita Papua Barat Berjuang Atasi Malaria

Keberhasilan penurunan angka kasus malaria di Teluk Bintuni, Papua Barat, didukung oleh seluruh pihak.

Liputan6.com, Jakarta Keberhasilan penurunan angka kasus malaria di Teluk Bintuni, Papua Barat, didukung oleh seluruh pihak. Dukungan mengalir dari pemerintah daerah setempat, dinas kesehatan swasta, Dinas Kesehatan Bintuni, LSM Yayasan Sosial di Bintuni, dan tentunya keterlibatan masyarakat yang berperan langsung memerangi malaria sejak 2009 hingga kini.

Melalui strategi EDAT atau Diagnosis Dini dan Pengobatan yang Akurat, mereka mencanangkan beberapa program inovasi. Program ini diharapkan mampu mewujudkan hasil yang maksimal dalam penurunan jumlah kasus malaria yang terbilang cukup drastis dalam hitungan tahun.

"Walaupun keterbatasan tenaga medik terjadi, kita dapat melakukan strategi dengan merekrut ibu-ibu PKK menjadi JMK, yaitu Juru Malaria Kampung. Kenapa kita memberikan kepada ibu-ibu? Karena ibu adalah sosok yang tepat dan selalu ada di rumah setiap hari. Kalau bapak pergi cari makan, cari ikan setiap hari, maka kita latih ibu-ibu ini dengan proses yang panjang," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kab. Teluk Bintuni, Dr Andreas Ciokan, MM, Rabu (20/4/2016).

Para ibu JMK dilatih untuk melakukan diagnosis dengan Rapid Test Malaria (RDT) dan memberi obat malaria yang sesuai dengan panduan. JMK ini tersebar di beberapa daerah terpencil di Papua Barat yang tidak memiliki akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. Bahkan tak sedikit dari ibu yang berlatih, memiliki kemampuan mengambil darah dan melakukan uji tes di laboratorium.

"Selain dengan JMK kita pun memiliki Malaria Kit yang kita buat sendiri dengan isinya, segala kebutuhan untuk pemeriksaan malaria dan obat-obat malaria," kata Andreas.

Obat-obatan malaria yang didapatkan dari Kementerian Kesehatan dikemas ulang untuk mempermudah pemberian obat malaria kepada pasien yang cepat dan tepat.

"Kita mengenal umumnya dosis terbagi menjadi tiga dosis yaitu bayi, anak, dan orang dewasa. Namun untuk malaria tidak cukup seperti itu, karena dosis harus sesuai dengan berat badannya dan kami membagi menjadi tujuh kategori yang dikemas ulang menurut berat badan melalui warna yang berbeda-beda. Karena itu kita menjamin ketepatan pemberian dosis. Dengan cara ini tidak ada kesalahan dosis dan dosis pasti tepat," ucap Andreas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini