Sukses

Militer Israel Paksa Badan Amal Tinggalkan Rafah

Militer Israel di Rafah memaksa badan amal untuk urusan medis Bernama Doctors Without Borders (MSF) agar meninggalkan wilayah tersebut.

Liputan6.com, Rafah - Tak hanya warga Palestina, militer Israel di Rafah juga memaksa badan amal untuk urusan medis Bernama Doctors Without Borders (MSF) untuk meninggalkan wilayah tersebut.

Secara otomatis, pelarangan aktivitas bekerja ini akan menghentikan pekerjaan mereka di Rumah Sakit Indonesia, dikutip dari Al Jazeera, Minggu (12/5/2024).

Kelompok tersebut mengatakan, mereka harus merelokasi 22 pasien ke fasilitas kesehatan lain karena tidak dapat lagi menjamin keselamatan para pasien.

"Perintah evakuasi baru di #Rafah telah memaksa MSF untuk mulai merujuk 22 pasien yang tersisa di Rumah Sakit Indonesia Rafah ke fasilitas lain, karena kami tidak dapat lagi menjamin keselamatan mereka," tulis akun @MSF_canada.

Sementara itu, Israel telah memerintahkan puluhan ribu warga Palestina untuk meninggalkan Rafah, seiring meningkatkan operasi militer di Gaza selatan.

Perintah tersebut diumumkan dengan menyebarkan selebaran yang dijatuhkan dari udara dan sejumlah unggahan di media sosial, meminta penduduk di distrik timur untuk pindah ke al-Mawasi, wilayah pesisir sempit yang disebut Israel sebagai "zona kemanusiaan yang diperluas".

Usai perintah tersebut diumumkan, sejumlah wilayah di Rafah yang penuh penduduk dan pengungsi belakangan ini, kini terlihat seperti kota hantu.

Dilansir BBC, Israel mengatakan bahwa pihaknya akan melanjutkan operasi yang direncanakan di Rafah meskipun AS dan sekutu lainnya memperingatkan bahwa serangan darat dapat menyebabkan korban sipil dalam jumlah besar dan krisis kemanusiaan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Target Gencatan Senjata

Pada Sabtu (11/5), Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan, gencatan senjata di Gaza dapat dilakukan secepatnya pada hari berikutnya jika Hamas membebaskan sanderanya.

"Israel mengatakan, itu terserah Hamas, jika mereka ingin melakukannya, kita bisa mengakhirinya besok. Dan gencatan senjata akan dimulai besok," ujarnya pada acara penggalangan dana di Seattle.

Salah satu pengungsi, yang menerima perintah evakuasi mengaku tidak tahu harus mengungsi ke mana.

"Kami tidak tahu ke mana harus pergi. Jumlah kami sekitar 80 orang," katanya kepada program Gaza Lifeline di BBC Arab.

"Saya tidak punya uang untuk kembali ke Khan Younis. Beberapa tetangga mengatakan, untuk datang dan menyewa tempat dengan harga sewa yang sangat murah. Tapi saya tidak punya uang bahkan untuk menyewa mobil."

3 dari 3 halaman

Serangan Pasukan Israel dan Hamas

Israel mengatakan, 128 orang yang disandera oleh Hamas pada 7 Oktober masih belum ditemukan, sementara 36 di antaranya diperkirakan tewas.

Sebuah gambar yang beredar menunjukkan asap membubung di atas Rafah pada Sabtu  (11/5) dan para saksi mengatakab bahwa serangan udara di dekat persimpangan dengan Mesir.

Lewat sebuah unggahan di X, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa selama beberapa hari terakhir pasukannya terlibat dalam "pertempuran tatap muka" dengan Hamas di Rafah.DF menambahkan bahwa tentara telah menemukan "sejumlah lubang bawah tanah" di daerah tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.