Sukses

Korban Tewas Ledakan 2 Bom Dekat Makam Jenderal Iran Qasem Soleimani Jadi 73 Orang, 171 Lainnya Terluka

Sebuah video yang beredar online memperlihatkan beberapa tubuh manusia tergeletak di jalan dekat makam Jenderal Iran Qasem Soleimani, pada peringatan empat tahun pembunuhannya oleh AS.

Liputan6.com, Kerman - Jumlah korban tewas akibat ledakan bom di dekat makam Jenderal Iran Qasem Soleimani bertambah.

"Setidaknya 73 orang tewas akibat dua ledakan bom di dekat makam Jenderal Iran Qasem Soleimani pada peringatan empat tahun pembunuhannya oleh AS," lapor media pemerintah Iran seperti dikutip dari BBC, Kamis  (3/1/2024).

Stasiun penyiaran pemerintah Irib mengatakan 171 orang lainnya terluka ketika ledakan terjadi di sebuah prosesi di dekat Masjid Saheb al-Zaman di Kota Kerman di selatan Iran.

Laporan tersebut mengutip wakil gubernur Kerman yang mengatakan bahwa serangan tersebut adalah "serangan teroris".

Sebuah video yang beredar online memperlihatkan beberapa tubuh manusia tergeletak di jalan.

Ratusan orang dilaporkan berjalan menuju makam tersebut pada hari Rabu sebagai bagian dari upacara untuk memperingati Jenderal Iran Qasem Soleimani, yang terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS di negara tetangga Irak pada tahun 2020.

Qasem Soleimani dipandang sebagai tokoh paling berkuasa di Iran setelah Pemimpin Tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei. Sebagai komandan operasi luar negeri Garda Revolusi, Pasukan Quds, ia adalah arsitek kebijakan Iran di wilayah tersebut.

Qasem Soleimani bertanggung jawab atas misi rahasia Pasukan Quds dan penyediaan panduan, pendanaan, senjata, intelijen, dan dukungan logistik kepada pemerintah sekutu dan kelompok bersenjata, termasuk Hamas dan Hizbullah.

Presiden AS saat itu Donald Trump, yang memerintahkan pembunuhan pada tahun 2020, menggambarkan Soleimani sebagai "teroris nomor satu di dunia".

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Profil Qasem Soleimani

Qasem Soleimani, seorang Jenderal Militer Iran, tewas dalam serangan AS ketika sedang berada di dekat bandara Baghdad, Kamis 2 Januari 2020.

Kematiannya membuat Iran bersumpah untuk melakukan balas dendam kepada AS, bahkan berpotensi sebagai tanda munculnya perang dunia ketiga.

Dikutip dari BBC, Sabtu (4/1/2020), Qasem Soleimani yang berusia 62 tahun merupakan orang paling kuat nomer dua di Iran, setelah pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Jadi sosok yang dekat dengan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, ia bahkan dipandang sebagai sosok penerus potensial dari Khamenei.

Pasukan Quds, sebuah unit elit Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC), dilaporkan langsung ke Ayatollah, dan Soleimani dipuji sebagai tokoh nasional yang heroik.

Qasem Soleimani bukanlah jenderal Iran biasa. Pengaruhnya sangat besar di Iran dan ia menguasai intel karena memimpin pasukan Quds. Soleimani dan pasukan Quds juga mengurus proksi Iran di Suriah, Yaman, dan Lebanon.

Pada Juli 2018, ia sempat menantang Presiden AS Donald Trump setelah Trump memperingatkan Iran agar tidak mengancam AS.

Di bawah kepemimpinannya selama 21 tahun di Pasukan Quds, Iran mendukung Hizbullah dan kelompok-kelompok militan pro-Iran lainnya di Lebanon, memperluas kehadiran militernya di Irak dan Suriah dan mengatur serangan Suriah terhadap kelompok-kelompok pemberontak dalam perang saudara yang berkepanjangan di negara itu.

 

3 dari 4 halaman

Penerus Jenderal Qasem Soleimani: Tuhan Akan Balas Tindakan Amerika

Jenderal Esmail Ghaani resmi menggantikan Qasem Soleimani yang tewas diserang drone Amerika Serikat (AS). Esmail kini memimpin Pasukan Quds yang bertanggung jawab atas intelijen dan proksi militer Iran di Timur Tengah.

Pemimpin Iran berkata siap melaksanakan balas dendam kepada AS karena menyerang Soleimani, dan Esmail Ghaani berkata Tuhan akan membalaskan tindakan AS.

"Tuhan Yang Maha Kuasa berjanji untuk memberikan pembalasan, dan Tuhan adalah pembalas yang utama. Tindakan-tindakan tertentu akan dijalankan," ujar Ghaani dalam wawancara TV Iran seperti dikutip AP News, Senin (6/1/2030).

Pasukan Quds berada langsung di bawah kontrol Ayatollah Ali Khamenei. Ketika dipipmin Qasem Soleimani, Quds juga masuk daftar teroris AS atas kejahatan militernya di Timur Tengah. Pasukan itu berafiliasi dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad, Hizbullah, dan pemberontak Houthi.

Ghaani berjanji akan meneruskan karier Soleimani seperti sebelumnya. Ia pun berkata ingin menyingkirkan Amerika dari wilayahnya.

Di lain pihak, anggota legislatif Irak telah mengambil suara untuk mengakhiri kehadiran militer asing di negara mereka, termasuk 5.200 pasukan AS yang melawan ISIS, alasannya adalah karena ISIS sudah dikalahkan.

Donald Trump pun berkata siap menyerang Iran jika negara itu melakukan retaliasi atas tewasna Qasem Soleimani. Sementara, Donald Trump meminta pembayaran pangkalan udara AS di Irak jika ingin pasukannya ditarik mundur.

"Kita telah menghabiskan banyak uang di Irak. Kita punya pangkalan udara yang luar biasa mahal di sana. Harga pembangunannya miliaran dolar," ujar Trump. "Kita tidak akan pergi kecuali mereka membayar kita," pungkasnya.

4 dari 4 halaman

Detik-Detik Tewasnya Qasem Soleimani Versi Donald Trump

Serangan drone militer AS menewaskan Jenderal Iran Qasem Soleimani di Bandara Irak. Presiden Ameriksa Serikat (AS) Donald Trump pun menceritakan detik-detik saat serangan pesawat nirawak itu membombardir rombongan Soleimani.

Cerita itu terungkap dalam rekaman percakapan Trump di hadapan para donor Republik yang berlangsung di kediaman pribadi orang nomor satu AS itu di Florida Selatan.

Dalam sambutannya, Trump bicara saat jamuan makan malam penggalangan dana GOP, Jumat malam waktu setempat. Awalnya Trump bercerita, tewasnya Soleimani memperburuk ketegangan di wilayah tersebut. Juga menyebabkan perselisihan di kongres khususnya terkait aturan perang.

Dalam pidato yang diadakan di dalam ballroom berlapis emas di properti Mar-a-Lago itu, Donald Trump mengklaim bahwa Soleimani mengatakan hal buruk tentang Amerika.

"Mengatakan hal-hal buruk tentang negara kita," kata Trump, yang menyebabkan keputusannya untuk mengesahkan pembunuhan, dikutip dari CNN, Minggu (19/1/2020).

"Berapa banyak omong kosong ini yang harus kita dengarkan? Berapa banyak yang akan kita dengarkan?" kata Donald Trump lagi.

Selengkapnya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini