Sukses

MER-C: Evakuasi Menyeluruh Dilakukan terhadap RS Indonesia di Gaza

Kabar perintah evakuasi Rumah Sakit Indonesia di Gaza ini muncul di tengah laporan bahwa Israel dan Hamas telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan atas mediasi Qatar.

 

Liputan6.com, Gaza - MER-C Indonesia melalui platform X alias Twitter mengabarkan terkait proses evakuasi di Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara.

Sebelumnya, direktur jenderal otoritas kesehatan Gaza Mounir Al-Barsh mengatakan kepada Al Jazeera TV bahwa militer Israel memerintahkan evakuasi Rumah Sakit Indonesia. Menurut Al-Barsh seperti dilansir The Guardian, Rabu (22/11), Israel menuduh kelompok militan beroperasi dari rumah sakit tersebut dan mengancam akan mengambil tindakan dalam empat jam.

Tidak jelas empat jam yang dimaksud berlaku mulai kapan.

Kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan bahwa manajemen Rumah Sakit Indonesia telah menerima pesan perintah evakuasi via WhatsApp. Pesan tersebut menimbulkan kepanikan. Demikian seperti dikutip Middle East Eye.

Setelah Rumah Sakit Al-Shifa diserbu Israel hingga porak-poranda pekan lalu, Rumah Sakit Indonesia adalah satu-satunya fasilitas di Gaza Utara yang masih merawat pasien. Rumah Sakit Indonesia menjadi sasaran pasukan Israel sejak Senin (20/11)

Juru bicara otoritas kesehatan Gaza Ashraf al-Qudra mengatakan kepada AFP pada Selasa (21/11) bahwa Israel mengepung rumah sakit tersebut.

"Kami khawatir hal yang sama akan terjadi di sana seperti yang terjadi di Al-Shifa," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gencatan Senjata 4 Hari untuk Pembebasan Sandera Hamas dan Tahanan Palestina

Kabar perintah evakuasi Rumah Sakit Indonesia di Gaza ini muncul di tengah laporan bahwa Israel dan Hamas telah mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan atas mediasi Qatar.

Waktu resmi dimulainya gencatan senjata diperkirakan akan diumumkan dalam waktu 24 jam, dengan sandera pertama akan dibebaskan pada Kamis (23/11). Demikian seperti dilansir Reuters.

Pernyataan dari kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan 50 perempuan dan anak-anak akan dibebaskan selama empat hari dan selama itu pula gencatan senjata berlaku. Gencatan senjata dapat diperpanjang asalkan 10 sandera tambahan dibebaskan setiap hari.

Kantor Netanyahu tidak menyinggung soal pembebasan tahanan Palestina, namun Kementerian Kehakiman Israel menerbitkan daftar 300 nama tahanan Palestina yang akan dibebaskan.

"Pemerintah Israel berkomitmen untuk memulangkan semua sandera. (Selasa) malam ini, disetujui usulan kesepakatan sebagai tahap pertama untuk mencapai tujuan tersebut," sebut pernyataan pemerintah Israel.

Menurut Hamas, 50 sandera awal akan dibebaskan dan ditukar dengan 150 perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Kesepakatan gencatan senjata juga akan memungkinkan ratusan truk bantuan kemanusiaan, medis, dan bahan bakar memasuki Gaza.

Hamas dan sekutunya disebut menyandera sekitar 240 orang ketika mereka menyerang Israel selatan pada 7 Oktober, yang menurut klaim Israel menewaskan 1.200 orang. Sejak saat itu, Israel telah mengepung Gaza dan melakukan pengeboman tanpa henti, menyebabkan setidaknya lebih dari 11.078 warga Palestina di Gaza terbunuh, di mana sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak.

Sebagai mediator perundingan, Qatar menegaskan bahwa gencatan senjata berarti "tidak akan ada serangan apa pun. Tidak ada gerakan militer, tidak ada ekspansi".

"Qatar berharap kesepakatan ini akan menjadi benih bagi kesepakatan yang lebih besar dan gencatan senjata permanen. Dan itulah niat kami," ungkap Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed Al-Khulaifi.

Sebelum kesepakatan tercapai, Hamas sendiri telah membebaskan empat sandera.

3 dari 3 halaman

Misi Israel dan Hamas Tidak Berubah

Baik Israel maupun Hamas mengatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata tidak akan menghentikan misi mereka yang lebih luas.

"Kami sedang berperang dan kami akan melanjutkan perang sampai mencapai semua tujuan kami. Untuk menghancurkan Hamas, mengembalikan semua sandera, dan pastikan tidak ada entitas di Gaza yang dapat mengancam Israel," kata Netanyahu.

Sementara itu, Hamas mengatakan, "Saat kami mengumumkan penandatanganan perjanjian gencatan senjata, kami menegaskan bahwa kami tetap siap untuk mengambil tindakan, dan para pejuang kami yang menang akan tetap waspada untuk membela rakyat kami dan mengalahkan pendudukan."

Lebih dari separuh sandera Hamas, menurut pemerintah Israel, memiliki kewarganegaraan asing dan kewarganegaraan ganda dari sekitar 40 negara termasuk Amerika Serikat (AS), Thailand, Inggris, Prancis, Argentina, Jerman, Chile, Spanyol, dan Portugal.

Kepala Komisi Urusan Tahanan Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah, Qadura Fares, mengatakan kepada Reuters bahwa di antara lebih dari 7.800 warga Palestina yang dipenjara oleh Israel, terdapat sekitar 85 wanita dan 350 anak di bawah umur.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini