Sukses

Pakar Literasi Digital Sorot Misinformasi di Perang Hamas Vs Israel

Wartawan diminta bisa mengarungi disinformasi yang muncul di tengah perang Hamas-Israel.

Liputan6.com, Jakarta - Di setiap konflik besar, biasanya muncul juga informasi-informasi yang tidak akurat untuk memojokkan salah satu pihak. Ini pun terjadi di perang Israel-Hamas

Pakar literasi digital berkata para jurnalis juga harus waspada terkait hal ini. 

Dilansir VOA Indonesia, Sabtu (14/10/2023), disinformasi mengenai konflik Hamas-Israel disebut meledak di internet dengan kekuatan yang mengejutkan para analis.

Alex Mahadevan, direktur organisasi nirlaba literasi digital MediaWise, mengaku masalah disinformasi ini lebih parah dari peristiwa-peristiwa sebelumnya.

"Ini lebih buruk dibandingkan sebelum atau setelah serangan terhadap Gedung Kongres Amerika pada 6 Januari 2021. Ini lebih buruk daripada puncak pandemi COVID-19 atau peluncuran vaksinasi. Sejujurnya, ini adalah misinformasi paling intens yang pernah saya lihat tersebar di media sosial sejauh yang saya ingat,” ujar Alex Mahadevan.

Di antara postingan yang menjadi viral di platform seperti TikTok dan X - yang sedang coba dibantah grup seperti MediaWise – adalah klip video yang mengklaim bahwa Ukraina menyelundupkan senjata ke Hamas. Video itu ditonton hampir satu juta kali. Padahal, postingan dan video itu bohong.

Video lain yang beredar menunjukkan anak-anak dikurung dan mengklaim bahwa mereka adalah warga Israel yang diculik Hamas. Namun, menurut pengawas, video itu diunggah di TikTok beberapa hari sebelum serangan Hamas pada Sabtu 7 Oktober.

Ada pula disinformasi yang menampilkan wartawan BBC. Media penyiaran Inggris itu menyatakan tidak ada koresponden bernama Verona Mark. Bahkan, acara bincang-bincang bernama American Inside pun tidak ada.

Platform X kemudian memblokir akun @Verona_Mark karena dianggap telah melanggar aturan situs mikroblogging tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kekosongan Informasi

Dalam zona konflik aktif, jurnalis tidak selalu bisa mengakses wilayah yang paling parah terimbas, menimbulkan kekosongan informasi. Kekosongan itu sering kali diisi disinformasi.

Hal itu disampaikan Sherif Mansour, koordinator program Timur Tengah dan Afrika Utara di Komite Perlindungan Jurnalis.

"Ini berarti banyak informasi yang keliru, propaganda online bisa melemahkan upaya memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu yang dibutuhkan masyarakat dan juga jutaan orang di seluruh dunia," tutur Sherif Mansour. 

Media sosial dapat membantu jurnalis menyiarkan kebenaran, namun juga memungkinkan berkembangnya berita bohong. Beberapa pakar media telah menunjukkan perubahan di X, sebelumnya Twitter, termasuk pengurangan karyawan, yang mengakibatkan penyebaran disinformasi.

Direktur MediaWise Mahadevan mengatakan, “Menurut saya, karena kebiasaan, banyak jurnalis seperti saya dan orang-orang pada umumnya ramai-ramai menggunakan X – sebelumnya Twitter – untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan perang Israel-Hamas. Sayangnya, di X yang baru, seluruh tim kepercayaan dan keamanan telah ditiadakan. Jadi, jumlah staf sudah tidak sama dengan yang kami libatkan dalam menghapus disinformasi dan misinformasi; dan dalam memoderasi konten kekerasan dan perilaku kebencian.”

Sebelumnya, Uni Eropa pada Selasa lalu mengingatkan pemilik X, Elon Musk, dan platform media sosial mengenai persyaratan hukum mereka untuk tidak berbagi konten tersebut. Musk menjawab melalui X, bahwa platformnya transparan. Ia meminta Uni Eropa untuk membuat daftar dugaan pelanggaran.

Sementara itu, di tengah banyaknya disinformasi mengenai konflik di Tumr Tengah, jurnalis harus memilah fakta dari fiksi untuk memastikan khalayak mempunyai akses terhadap berita yang kredibel.

3 dari 4 halaman

Kumpulan Hoaks Konflik Israel dan Palestina, Simak Biar Tak Terhasut

Konflik Israel dengan Palestina kerap diikuti dengan hoaks, hal ini tentu dapat menyesatkan pihak yang mempercayainya dan memperkeruh suasana.

Cek Fakta Liputan6.com pun telah mendapati sejumlah hoaks seputar konflik Israel dan Palestina, setelah melakukan penelusuran pada sejumlah informasi viral.

Berikut kumpulan hoaks seputar konflik Israel dan Palestina.

Video Sandiwara Zionis saat Perang

Cek Fakta Liputan6.com mendapati klaim video sandiwara Zionis saat perang, informasi tersebut diunggah pada 10 Oktober 2023.

Klaim video sandiwara Zionis saat perang menampilkan sejumlah orang salah satunya seorang anak yang sedang tidur terlentang dengan kaki tertekuk, di depan muka anak tersebut terdapat kamera.

Dalam video juga terlihat sejumlah orang sedang berdialog, terlihat juga sebagian orang mengenakan penutup kepala putih dan sebagian menenganakan baju hijau membawa senapan.

Video tersebut diberi keterangan sebagai berikut.

"beginilah cara antek² si jahat

membuat penipuan ke publik untuk agenda perdamaian 🕊⚔ p4lsu melalui perang

😀Dunia panggung sandiwara zi0n_is😉" .

Benarkah klaim video sandiwara Zionis saat perang? Simak penelusuran Cek Fakta Liputan6.com simak hasil penelusurannya di sini.

4 dari 4 halaman

Presiden Rusia Vladimir Putin Ancam Serang Israel Jika Pendudukan Pada Palestina Tidak Dihentikan

Beredar pula di media sosial postingan yang mengklaim Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan menyerang Israel jika pendudukan pada Palestina tidak dihentikan. Postingan ini beredar sejak pekan lalu.

Salah satu akun ada yang mengunggahnya di Facebook. Akun itu mempostingnya pada 18 April 2022.

Dalam postingannya terdapat potongan artikel berita berjudul: "Rusia Ancam Serang Israel Jika Pendudukan Terhadap Palestina Tak Segera Dihentikan"

Akun itu menambahkan narasi: "Menurut gue ini sihh keren,,Gak hanya mengecam tapi udah mengancam..Seharusnya negara yg mayoritasnya islam.sperti ini..."

Lalu benarkah postingan yang mengklaim Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan menyerang Israel jika pendudukan pada Palestina tidak dihentikan? Simak hasil penelusurannya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.