Sukses

Putin Klaim Rusia Berhasil Uji Coba Rudal Jelajah Bertenaga Nuklir Burevestnik

Burevestnik, yang diberi nama kode Skyfall oleh NATO, disebut ditenagai oleh reaktor nuklir, yang seharusnya aktif setelah penguat roket berbahan bakar padat meluncurkannya ke udara.

Liputan6.com, Moskow - Rusia telah mengadakan uji coba terakhir yang berhasil terhadap rudal jelajah bertenaga nuklir. Demikian klaim Presiden Vladimir Putin.

Pengakuan Putin tersebut muncul setelah juru bicaranya menolak laporan New York Times bahwa pengujian senjata, yang dikenal sebagai Burevestnik, akan segera dilakukan.

Senjata eksperimental tersebut, yang pertama kali diumumkan pada tahun 2018, dipuji karena memiliki potensi jangkauan yang tidak terbatas. Namun, hanya sedikit yang diketahui secara resmi mengenai kemampuannya dan ada laporan bahwa pengujian sebelumnya telah gagal.

Pernyataan Putin belum dapat dikonfirmasi secara independen dan sejauh ini Kementerian Pertahanan Rusia belum angkat bicara.

Citra satelit yang beredar bulan lalu menunjukkan bahwa Rusia baru-baru ini membangun fasilitas baru di lokasi pulau terpencil di Arktik, tempat uji coba nuklir Uni Soviet sebelumnya dilakukan.

Gambar-gambar tersebut menunjukkan pekerjaan konstruksi di Novaya Zemlya, sebuah kepulauan di Laut Barents bagian utara.

"Kami sekarang hampir menyelesaikan pekerjaan pada jenis persenjataan strategis modern yang telah saya bicarakan dan saya umumkan beberapa tahun lalu," kata Putin dalam pernyataan yang disiarkan langsung di televisi pemerintah, seperti dilansir BBC, Jumat (6/10/2023).

"Uji coba terakhir yang berhasil telah dilakukan terhadap Burevestnik – rudal jelajah bertenaga nuklir dengan jangkauan global."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bisa Meniru Langkah AS

Burevestnik, yang diberi nama kode Skyfall oleh NATO, disebut ditenagai oleh reaktor nuklir, yang seharusnya aktif setelah penguat roket berbahan bakar padat meluncurkannya ke udara.

Namun, New York Times mengutip kelompok kampanye pengendalian senjata, Inisiatif Ancaman Nuklir, yang mengatakan bahwa 13 pengujian sistem tersebut sebelumnya antara tahun 2017 dan 2019 semuanya tidak berhasil.

Dalam kesempatan yang sama, Putin juga mengatakan bahwa pengerjaan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang disebut Sarmat hampir selesai.

Meskipun Putin telah mengungkapkan hal tersebut secara jelas, dia mengatakan bahwa Rusia tidak memiliki rencana untuk mengubah doktrin nuklirnya – kebijakan yang menetapkan keadaan di mana pasukannya mungkin menggunakan senjata nuklir.

Putin menambahkan bahwa keberadaan Negara Rusia tidak terancam dan "tidak ada orang yang berakal sehat dan memiliki ingatan jernih" yang akan mempertimbangkan serangan nuklir terhadap negaranya.

Meski demikian, dia mengindikasikan bahwa Rusia secara teoritis dapat menarik ratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif tahun 1996. Dia berargumentasi bahwa karena Amerika Serikat (AS) telah menandatangani perjanjian tersebut namun tidak pernah meratifikasinya maka ada kemungkinan bagi Rusia untuk bertindak dengan cara yang sama.

3 dari 3 halaman

Soal Kematian Bos Wagner

Putin menuturkan pula bahwa kecelakaan pesawat yang menewaskan pemimpin kelompok Wagner Yevgeny Prigozhin pada Agustus lalu bukan disebabkan oleh "campur tangan luar" seperti serangan rudal.

Dia mengatakan Prigozhin dan orang lain yang tewas dalam kecelakaan itu ditemukan memiliki "pecahan granat tangan" di tubuh mereka.

"Kepala Komite Investigasi melaporkan hal ini kepada saya beberapa hari yang lalu," kata Putin.

Putin tidak menjelaskan bagaimana granat bisa meledak di pesawat, namun menurutnya para penyelidik seharusnya melakukan tes alkohol dan obat-obatan pada tubuh korban.

Hingga saat ini belum ada laporan resmi yang dipublikasikan mengenai penyebab kecelakaan itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.