Sukses

Rencana Normalisasi Israel-Arab Saudi Masih Jalan, Tahun 2024 Jadi Momen Penting

Upaya normalisasi Arab Saudi dan Israel masih berlanjut, AS mendukung.

Liputan6.com, Tel Aviv - Upaya Israel dan Arab Saudi untuk menjalin hubungan ternyata masih berjalan. Amerika Serikat terlibat untuk membuat normalisasi diplomatik ini terjadi.

2024 menjadi tahun penting dalam finalisasi kerangka normalisasi hubungan antara Saudi dan Israel.

Berdasarkan laporan Middle East Monitor, Jumat (22/9/2023), Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen optimistis bahwa kerangka hubungan diplomatik itu dapat beres di awal 2014.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden bahkan optimistis pada prospek normalisasi ini. Ia telah berbicara dengan Presiden Israel Benjamin Netanyahu di sela Sidang Majelis Umum PBB di New York baru-baru ini.

Middle East Monitor mencatat ada hal-hal yang memberatkan normalisasi ini. Arab Saudi ingin ada program nuklir sipil. Sebelumya, AS enggan mendukung rencana pengembangan uranium domestik Arab Saudi.

Sementara, Israel mungkin enggan jika Palestina meraih untung dari kesepakatan Saudi-Israel.

Akan tetapi, Menlu Eli Cohen berbicara ke Army Radio di Israel bahwa perbedaan-perbedaan yang terjadi "bisa dijembatani".

"Itu akan butuh waktu. Tapi akan ada progres,"ujar Cohen.

Selain itu, ia percaya diri bahwa di awal 2024 detail normalisasi akan beres.

"Saya pikir tentunya ada kemungkinan hal itu, pada kuartal awal 2024, empat atau lima bulan dari sekarang, kami akan bisamencapai di titik di mana detail-detailnya difinalisasi," ujarnya.

Upaya normalisasi Arab Saudi dan Israel telah dikritik oleh Iran karena dianggap sebagai pengkhianatan ke rakyat Palestina.

Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam pidatonya di Majelis Umum PBB menegaskan bahwa hubungan dengan "rezim Zionis adalah penusukan dari belakang kepada rakyat Palestina."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

6 Orang Palestina Tewas Usai Terlibat Bentrok dengan Militer Israel

Enam orang warga Palestina dilaporkan tewas setelah aksi penyerangan yang dilakukan oleh militer Israel yang berada di pemukiman West Bank dan Gaza.

Konfirmasi kematian enam warga Palestina tersebut disampaikan oleh tim medis di wilayah tersebut, dikutip dari laman BBC, Rabu (20/9). 

Kasus ini menambah jumlah korban tewas dalam insiden bentrokan warga sipil Palestina dengan militer Israel.

Sebelumnya, seorang pemuda Palestina juga dinyatakan tewas pada Rabu minggu lalu di kota Jericho.

Kerumunan orang kemudian membawa tiga jenazah dari enam yang terbunuh untuk dimakamkan. Dua di antaranya dibungkus dengan bendera Hamas dan satu lagi dengan bendera Jihad Islam.

Militer Israel mengatakan bahwa pasukannya mendapat serangan dari warga bersenjata setempat dan melakukan serangan yang jarang terjadi.

Terlebih mereka juga menggunakan drone bunuh diri selama penggerebekan tersebut.

Sebuah video yang diposting di media sosial juga menunjukkan tembakan Israel mengenai menara masjid tempat tembakan dilepaskan.

Tak lama setelah pasukan Israel mundur dari kamp pengungsi, Otoritas Palestina (PA) mengatakan bahwa orang-orang bersenjata menembaki kompleks mereka di Jenin.

Militan dari kamp tersebut menuduh Otoritas Palestina, yang memerintah sebagian wilayah Tepi Barat yang tidak berada di bawah kendali penuh Israel, gagal melindungi mereka.

3 dari 3 halaman

Rayakan Tahun Baru Yahudi, Pemukim Israel Paksa Masuk Al-Aqsa

Ratusan pemukim Israel pada Minggu (17/9) memaksa masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki untuk merayakan Tahun Baru Yahudi.

Pemukim Israel merayakan liburan Rosh Hashanah (Tahun Baru Yahudi) pada 15-17 September tahun ini. Mereka juga akan memperingati hari raya Sukkot pada akhir September dan hari raya Simhat Torah pada 6 Oktober. 

Dalam pernyataan singkat, Departemen Wakaf Islam yang dikelola Yordania mengatakan 303 pemukim menyerbu masuk kompleks masjid di bawah perlindungan polisi Israel pada Minggu pagi.

Mereka mengatakan pasukan Israel mengosongkan komplek Al-Aqsa dari jemaah Palestina sebelum mengizinkan para pemukim masuk, dikutip dari laman Antara News, Senin (18/9/2023).

Menurut pernyataan itu, warga Palestina yang berusia di bawah 50 tahun dilarang memasuki komplek.

Sejumlah warga Palestina ditangkap oleh pasukan Israel dari dalam kompleks, menurut warga setempat.

Menteri Luar Negeri Palestina mengutuk serangan dan provokasi oleh pemukim Israel di komplek Al-Aqsa.

Dalam sebuah pernyataan, kemenlu Palestina menuduh pemerintah Israel “menggunakan hari raya dan festival keagamaan Yahudi untuk tujuan kolonial dan pendudukan.”

Kelompok Hamas Palestina, yang menguasai Jalur Gaza, mengutuk serangan oleh pemukim Israel ke dalam komplek Al-Aqsa sebagai "kelanjutan serangan Israel" di tempat tersebut.

"Bangsa Palestina bersatu dalam membela Al-Aqsa dan dalam menghadapi serangan Israel," kata juru bicara Hamas Mohammad Hamada dalam sebuah pernyataan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.