Sukses

14 Mei 1991: Total 42 Orang Tewas dalam Salah Satu Kecelakaan Kereta Terparah di Jepang

Dua kereta api berkecepatan tinggi di satu jalur saling bertabrakan, disebabkan oleh kesalahan kru yang bertugas. Kecelakaan ini menewaskan 42 orang dan ratusan lainnya terluka.

Liputan6.com, Shigaraki - Pada Selasa pagi 14 Mei 1991, dua kereta yang membawa banyak penumpang bertabrakan, menewaskan 42 orang dan melukai lebih dari 400 lainnya di dekat Shigaraki, Jepang.

Ini adalah kecelakaan kereta api terburuk di Jepang sejak kecelakaan Yokohama pada tahun 1963 yang menewaskan 160 orang.

Salah satu kereta dalam kecelakaan itu dikabarkan akan menghadiri festival seni, sementara satu lainnya merupakan kereta lokal.

"Kereta ekspres West Japan Railway Co., yang meninggalkan kota barat Kyoto dengan sekitar 600 orang di dalamnya, menabrak kereta api lokal Shigaraki Kogen Railway dekat Minaguchi, 200 mil barat daya Tokyo, pada pukul 10:35 pagi," kata para pejabat.

Kecelakaan itu akhirnya disalahkan kepada kru yang bertugas untuk memindahkan jalur kereta, melansir dari UPI, Rabu (10/5/2023).

Kereta lokal empat gerbong dan kereta tiga gerbong ekspres terlempar dari satu jalur sehingga tim penyelamat harus menarik jenazah dan korban luka dari kereta yang hancur, sementara ada derek yang harus dipakai untuk mengangkat gerbong dari penumpang yang terjebak.

Polisi mengatakan 42 mayat ditemukan dari reruntuhan dan 483 orang terluka, termasuk 69 orang yang memerlukan rawat inap.

Sebagian besar korban dimasukkan ke dalam peti kayu sederhana, ditutupi dengan kain putih, dan dibariskan di Gimnasium Umum Shigaraki.

Satu lilin dinyalakan di depan setiap peti mati saat para keluarga korban datang dan memenuhi gimnasium untuk mejemput anggota keluarganya masing-masing.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyebab Kecelakaan

Kepala kebijakan Kementerian Transportasi, Takao Imaeda, menunjukkan belas sungkawanya dengan mengunjungi kamar jenazah sementara dan secara terbuka menangis, sambil membungkuk berdoa untuk para korban.

"Saya sangat menghargai nilai kehidupan," katanya. "Begitu banyak nyawa hilang dalam satu kecelakaan ini. Ini tidak pernah terbayangkan bisa terjadi."

Polisi mengatakan penyebab kecelakaan itu tampaknya adalah lampu sinyal yang tidak berfungsi dan keputusan selanjutnya oleh pekerja kereta api untuk mengirim salah satu kereta ke depan meskipun sinyalnya rusak.

"Seorang karyawan Kereta Api Shigaraki memberi sinyal hijau ke kereta meskipun sinyal otomatis menunjukkan warna merah," kata Takeharu Yamamoto, kepala penyelidik kepolisian Prefektur Shiga. "Ini bisa menjadi penyebab kecelakaan itu."

Pada akhirnya, pengadilan perdata tahun 1999 menghasilkan 500 juta yen kepada para korban melawan SKR dan JR West secara bersama-sama.

Kronologi

Penumpang memenuhi kereta di lokal yang akan berjalan di sepanjang jalur rel tunggal sepanjang 14,7 kilometer dari Shigaraki, tepat setelah pukul 10 pagi.

Namun, pekerja di jalur Kereta Api Shigaraki Kogen (SKR) tidak bisa mendapatkan sinyal hijau agar kereta bisa berangkat dari stasiun.

Sistem menunjukkan bahwa ada kereta yang sedang mendekat, tetapi para pekerja percaya ini tidak benar, mengesampingkan sistem, dan mengirim kereta lokal itu keluar dari stasiun lewat 11 menit dari waktu yang seharusnya.

Sayangnya, sistemnya ternyata benar. Ada kereta lain di jalur itu, yaitu kereta ekspres JR West yang membawa penumpang menuju Shigaraki untuk festival.

Ketika faulty-departure detector (detektor keberangkatan-salah) gagal berfungsi, kereta ini dikirim langsung ke jalur tabrakan dengan kereta SKR.

Tabrakan tersebut mengakibatkan kedua kereta tergelincir. Investigasi selanjutnya menyalahkan pekerja SKR karena mengizinkan kereta berangkat tanpa sinyal hijau, tindakan yang dianggap berbahaya dan ilegal.

Seorang insinyur sinyal juga disalahkan atas kabel yang rusak, yang menyebabkan kegagalan detektor keberangkatan yang seharusnya bisa mencegah tabrakan.

3 dari 4 halaman

Festival Keramik

Shigaraki, sebuah kota dekat Kyoto yang menjadi destinasi salah satu keretanya, sudah terkenal dengan keramiknya.

Kereta ekspres dari Kyoto itu seharusnya membawa wisatawan ke festival seni keramik dunia di kota itu, 215 mil barat daya Tokyo.

Pada saat itu, festival diselenggarakan pada 20 April dan berakhir 26 Mei.

Jalur tunggal rel Shigaraki sengaja dibuka pada akhir Maret bertepatan dengan mulainya festival. Kereta yang telah dijadwalkan segera terisi penuh dengan turis yang bepergian ke acara populer tersebut.

Saat itu, Shigaraki meminta Kereta Api Jepang Barat untuk membantu mengurangi kemacetan dengan menyediakan kereta tambahan.

4 dari 4 halaman

Kecelakaan Yokohama

Kemudian beberapa tahun lalu, tepatnya pada Kamis 5 September 2019, sebuah truk dan kereta ekspres yang mengangkut sekitar 500 orang bertabrakan di Kota Yokohama -- terbesar kedua di Jepang. Satu orang tewas dan setidaknya 34 orang cedera dalam insiden tersebut.

Kecelakaan itu, yang menghentikan layanan di jalur kereta api yang sibuk ke ibu kota Tokyo, menghancurkan kaca di kompartemen pengemudi dan menggelincirkan tiga dari delapan gerbong kereta. Sejumlah gambar video yang beredar menunjukkan gerbong utama yang tergelincir parah.

"Kru darurat merawat 30 orang yang terluka. Dua di antaranya mengalami cedera serius. Dari mereka yang terluka parah, rumah sakit telah mengkonfirmasi kematian satu orang," kata seorang pejabat pemadam kebakaran kepada wartawan di tempat kejadian seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (5/9/2019).

Truk itu, yang membawa buah, ringsek di antara kereta api dan terbakar setelah tumbukan. Kotak-kotak yang hancur dan sesuatu seperti jeruk dan lemon berserakan di rel ketika penyelamat memadati lokasi.

"Sopir truk itu, seorang lelaki berusia 60-an, tewas," kata petugas pemadam kebakaran. Sementara seorang wanita terluka parah dan tiga orang mengalami luka yang tidak begitu parah, dan yang lainnya menderita luka ringan.

"Terdengar suara pecahan kaca yang sangat luar biasa," kata seorang penumpang kepada penyiar nasional NHK. "Pada saat aku tahu apa yang terjadi, gerbong itu sudah hancur berantakan."

Baca selengkapnya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.