Sukses

Setahun Perang Ukraina: Bantuan Tank dari Polandia Tiba, Rusia Digempur Sanksi Barat

Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengonfirmasi empat tank Leopard telah dikirim ke Ukraina.

Liputan6.com, Kyiv - Tank Leopard dari Polandia telah tiba di Ukraina, bersamaan dengan pengumuman serangkaian sanksi ekonomi, militer, dan keuangan oleh sekutu Barat termasuk G7 dan Uni Eropa dalam upaya terbaru untuk melemahkan Rusia.

Berbicara pada peringatan pertama invasi Rusia ke Ukraina, Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengonfirmasi empat tank Leopard telah dikirim ke Ukraina.

"Polandia dan Eropa mendukung Anda. Kami pasti tidak akan meninggalkan Anda, kami akan mendukung Ukraina sampai kemenangan penuh atas Rusia," kata PM Morawiecki, yang berdiri di samping Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy selama kunjungannya ke Kyiv pada Jumat (24/2/2023), seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (25/2/2023).

Barat memanfaatkan peringatan setahun invasi Rusia ke Ukraina sebagai momentum untuk kembali menunjukkan sokongan mereka.

Warna biru dan kuning yang lekat dengan Ukraina dimunculkan di Menara Eiffel, Gerbang Brandenburg, Gedung Empire State, dan markas Uni Eropa. Sementara itu, di luar Kedutaan Besar Rusia di London, sejumlah aktivis melukis bendera Ukraina.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dukungan bagi Ukraina dan Sanksi bagi Rusia

Pada Jumat malam, G7 mengumumkan tekadnya untuk memperkuat sanksi dan mengambil tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk melemahkan Rusia; menjanjikan tindakan terhadap ekspor berlian negara itu.

"Kami menyerukan kepada negara ketiga atau aktor internasional lainnya yang berusaha menghindari atau merusak tindakan kami untuk berhenti memberikan dukungan material untuk perang Rusia atau menghadapi kerugian besar," ungkap pernyataan bersama para pemimpin G7.

Bertepatan pada peringatan setahun invasi Rusia ke Ukraina pula, Barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS) mengumumkan bantuan militer lebih lanjut bagi Ukraina dan serangkaian sanksi terbaru terhadap pendukung Rusia, termasuk perusahaan China.

Adapun paket bantuan militer akan mencakup beberapa sistem drone dan anti-drone baru yang sebelumnya tidak disediakan AS, serta peralatan untuk membantu Ukraina melawan perang elektronik Rusia.

Drone baru yang dikirimkan termasuk Switchblade 600, versi yang lebih besar dari drone Kamikaze, serta CyberLux K8, Altius-600, dan Jump 20, yang dapat digunakan untuk pengawasan atau diadaptasi untuk membawa bom.

AS akan mengirim lebih banyak amunisi untuk sistem artileri roket mobilitas tinggi (Himars) dan senjata howitzer 155mm yang telah disediakan Washington sepanjang tahun ini.

3 dari 3 halaman

Sanksi Mengenai Lebih dari 80 Perusahaan

Kementerian perdagangan AS akan mendaftarkan lebih dari 80 perusahaan dari Rusia, China, dan negara lain yang dituduh melanggar sanksi, termasuk "kegiatan pengisian ulang untuk mendukung sektor pertahanan Rusia".

Perusahaan yang tercantum namanya akan diblokir dari pembelian barang berteknologi tinggi seperti semikonduktor buatan AS atau menggunakan teknologi AS di luar negeri.

Biaya impor untuk lebih dari 100 logam, mineral, dan produk kimia dari Rusia, termasuk peleburan atau cetakan aluminium di Rusia, akan dinaikkan.

Mengungkap sanksi terbarunya, Inggris mengatakan, pihaknya melarang ekspor setiap barang yang digunakan Rusia di medan perang hingga saat ini.

Pemerintah Inggris juga menjatuhkan sanksi pada eksekutif senior di perusahaan tenaga nuklir milik negara Rusia, Rosatom, yang menurut Ukraina terlibat dalam perampasan dan perubahan kewarganegaraan paksa staf di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia dan anak-anak mereka.

Sanksi Inggris turut menargetkan 34 pejabat tinggi dari dua perusahaan pertahanan terbesar Rusia, Rostec dan Almaz-Antey, serta empat bank.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menilai bahwa sanksi terhadap Rusia berhasil.

"Sanksi kami mengikis basis ekonominya dengan tajam, memangkas prospek untuk memodernisasikannya," katanya.

Uni Eropa (UE) pada Jumat malam mencapai sepakat untuk melarang ekspor teknologi penting ke Rusia, sebagai bagian dari sanksi putaran ke-10. Namun, terjadi perselisihan di menit-menit terakhir tentang seberapa cepat melarang impor karet sintetis dari Rusia.

Italia keberatan dengan penghentian impor yang cepat, berbeda dengan Polandia yang mendesak agar perdagangan dihentikan secepat mungkin. Diplomat UE disebut menyuarakan rasa frustrasinya karena Polandia, yang merupakan salah satu suara paling keras di blok tersebut terkait sanksi.

Beberapa sumber mengaitkan posisi Warsawa dengan harapan negara itu mendapat keuntungan dari industri karet dalam negerinya.

"Polandia pada dasarnya menghentikan seluruh paket ini pada 24 Februari untuk mengukir beberapa keuntungan bagi industri karet Polandia," kata seorang diplomat.

Paket UE terbaru akan melarang ekspor komponen untuk drone dan helikopter, serta suku cadang untuk kendaraan, barang-barang yang ditemukan di medan perang Ukraina, dan tidak tercantum dalam daftar sanksi sebelumnya.

Barat disebut semakin mengkhawatirkan kemampuan Rusia untuk menghindari sanksi dengan mengambil teknologi dari front companies atau eksportir ramah di negara-negara tetangga.

Menurut sebuah makalah oleh Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan yang dirilis pada Jumat, ekspor UE dan Inggris ke Armenia, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan, semua anggota Uni Pabean Eurasia dengan Rusia dan Belarusia, melonjak antara 15 persen dan 90 persen setelah invasi Ukraina,

"Peningkatan tersebut terutama ditandai untuk barang-barang yang dikenai sanksi yang tidak lagi tersedia untuk Rusia, dan menunjukkan pola yang menunjukkan rantai pasokan baru," kata para penulis.

Pejabat Barat mencatat dengan prihatin pertumbuhan perdagangan Rusia dengan Uni Emirat Arab, Turki, dan China.

Para pejabat sekarang dilaporkan mempelajari bagaimana mencegah penghindaran sanksi, melalui campuran persuasi atau ancaman untuk memangkas akses pasar.

AS minggu ini mulai mengucurkan US$ 9,9 miliar dalam bentuk bantuan keuangan untuk membantu mendanai perawatan kesehatan, pendidikan, dan layanan darurat di Ukraina. G7 secara keseluruhan telah meningkatkan komitmen anggaran dan dukungan ekonominya menjadi US$ 39 miliar untuk tahun ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.