Sukses

Xi Jinping Kutip Hadis Nabi di Arab Saudi

Presiden China Xi Jinping memperkuat koneksi RRC dengan Arab Saudi.

Liputan6.com, Riyadh - Presiden Republik Rakyat China Xi Jinping disambut meriah oleh Kerajaan Arab Saudi dalam kunjungannya selama tiga hari. Kedua pemimpin berkomitmen meningkatkan hubungan ekonomi dan kultural kedua negara. 

Media pemerintah China, Global Times, menyebut kunjungan itu turut mendorong meningkatnya hubungan pariwsiata dan antar-masyarakat. 

Selain itu, Presiden Xi Jinping mengutip hadis Nabi Muhammad untuk menyorot kedekatan Tiongkok dan Arab. Ucapan itu dikutip media Al Riyadh. 

"China dan dan Arab Saudi telah mengagumi satu sama lain dan melakukan pertukaran bersahabat sejak zaman dahulu. Nabi Muhammad berkata, 'Carilah ilmu bahkan hingga kamu harus pergi mencapai China,'" ujar Xi Jinping, dikutip Jumat (9/12/2022). 

Media China turut memuji Arab Saudi sebagai satu-satunya anggota G20 di antara negara Arab, serta memiliki pengaruh regional yang kuat di antara negara-negara Teluk.

Global Times juga menyindir Amerika Serikat yang dianggap memicu konflik di kawasan, sementara China disebut mempromosikan perdamaian dan pembangunan. 

Kedua negara ingin mengharmonisasikan Vision 2030 Arab Saudi dan Belt and Road Initiatives (BRI) dari China.

Ketua Gulf Research Center di Arab Saudi, Abdulaziz O. Sager, berkata bahwa Arab Saudi tidak akan ikut campur pada isu Amerika Serikat dan China. Relasi Saudi-China dianggap sangat penting.

"Kami tidak akan ikut campur pada isu-isu antara AS dan China. Kami tidak akan mengambil posisi AS terkait China. Kami pikir relasi kami dengan China sangatlah penting, dan sangat berharga," ujar Sager kepada Global Times.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Arab Saudi Penerima Terbesar Investasi China di Dunia Arab

Sebelumnya dilaporkan, Kunjungan Xi Jinping akan berlangsung selama tiga hari pada 7-9 November 2022.

Undangan berasal dari Raja Salman agar Xi Jinping dapat menghadiri tiga pertemuan tingkat tinggi: Saudi-Chinese Summit, the Riyadh Gulf-China Summit for Cooperation and Development, dan Riyadh Arab-China Summit for Cooperation and Development. 

Dilaporkan Arab News, Rabu (7/12), ekonomi menjadi salah satu isu utama dalam kunjungan Xi Jinping. Republik Rakyat China diketahui menanam investasi besar di Kerajaan Arab Saudi. 

Antara 2005-2020, Arab Saudi menerima porsi terbesar investasi China di Dunia Arab. Arab Saudi mendapatkan porsi 20,3 persen atau senilai US$ 196,9 miliar dari investasi China di kawasan tersebut. 

Pada kunjungan terkini, Saudi-China akan menandatangani 20 perjanjian senilai 110 miliar riyal. Ada juga agenda harmonisasi Vision 2030 dari Arab Saudi dan Belt and Road Initiative (BRI) dari China.

Kedua negara turut bersiap meluncurkan SABIC-Fujian Petrochemical Industrial Group, sebuah joint venture senilai 22,5 miliar riyal. SABIC yang dimiliki oleh Saudi Aramco memiliki 51 persen saham. 

Acara-acara pertemuan antara China-Arab Saudi akan dihadiri 30 pemimpin dan pejabat dari kedua negara dan organisasi-organisasi internasional.

Arab News juga mencatat berkembangnya hubungan budaya antara Arab Saudi dan Republik Rakyat China. Prince Mohammed bin Salman Award for Cultural Cooperation akan diluncurkan dalam kunjungan Presiden Xi. 

Terkait bahasa, ada 44 universitas di China yang mengajarkan Bahasa Arab. Sejumlah universitas Saudi juga menawarkan kelas Bahasa China. 

3 dari 4 halaman

Kunjungan Pertama ke Arab Saudi Sejak 2016

Dilaporkan VOA Indonesia, lawatan ini akan mencakup pertemuan puncak bilateral yang dipimpin Raja Salman dan dihadiri putra mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, penguasa de facto kerajaan itu, kata kantor berita resmi SPA.

Xi, pemimpin ekonomi terbesar kedua dunia, juga akan menghadiri KTT dengan para pemimpin dari Dewan Kerja Sama Teluk yang beranggotakan enam negara, dan melakukan pembicaraan yang mempertemukan para pemimpin dari kawasan lain di Timur Tengah, kata kantor berita pemerintah itu.

Kedatangan pemimpin China itu bersamaan dengan meningkatnya ketegangan antara Arab Saudi dan AS terkait berbagai isu mulai dari kebijakan energi hingga keamanan regional dan HAM.

Pukulan terbaru terhadap kemitraan yang telah terjalin puluhan tahun itu terjadi pada Oktober lalu sewaktu blok minyak OPEC+ setuju untuk mengurangi produksi hingga dua juta barel per hari, suatu langkah yang oleh Gedung Putih disebut “memihak Rusia” dalam perang di Ukraina.

Hari Minggu yang lalu, OPEC+ memilih untuk mempertahankan pemangkasan tersebut. China adalah pembeli minyak mentah terbesar Arab Saudi, dengan sekitar seperempat ekspor minyak Saudi. 

4 dari 4 halaman

Ekonomi China Melemah, tapi Ekspor RI Jalan Terus

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Bidang Perekonomian, Iskandar Simorangkir, melihat perlambatan ekonomi China tidak akan berpengaruh besar terhadap pasokan ekspor RI ke Tiongkok, yang dinilainya sudah terlampau bergantung pada Indonesia untuk komoditas bahan baku.

"Sebenarnya sih enggak begitu. memang sekarang kan ekspor kita tertinggi ke China, impor juga juga paling tinggi di China. Tapi kan kalau kita lihat komoditas, itu kan mereka banyak yang bahan baku berasal dari Indonesia," ujar Iskandar di Jakarta, Selasa (6/12).

Menurut dia, relasi antara pelemahan ekonomi China dan ketergantungannya atas komoditas ekspor RI tidak bisa dilihat secara one on one. Pasalnya, Negeri Tirai Bambu saat ini punya pangsa ekspor tertinggi dengan share 25,7 persen, juga impor sebesar 29,5 persen.

"Tapi kita enggak bisa melihat kalau pertumbuhan ekonomi China melamban otomatis Indonesia ekonominya lamban one on one. Karena mereka membutuhkan bahan baku yang berasal dari Indonesia," imbuhnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.