Sukses

Longsor di Jalanan Kolombia Jebak Bus dan Motor, 3 Orang Tewas

Tanah longsor terjadi di Kolombia. Musim hujan yang dimulai Agustus ini adalah yang terburuk di negara itu dalam 40 tahun, menurut pemerintah, menyebabkan kecelakaan yang menewaskan 270 orang lebih.

Liputan6.com, Pueblo Rico - Tanah longsor melanda sebuah jalan di Kolombia, Minggu 4 Desember 2022, menewaskan tiga orang dan menyebabkan sekitar 20 orang terjebak di lumpur, kata pihak berwenang.

Para kru sedang mencari orang-orang yang naik bus dan sepeda motor yang terjebak dalam kecelakaan di daerah terpencil di sebuah kotamadya bernama Pueblo Rico di Kolombia barat laut.

"Sembilan orang diselamatkan, tiga korban jiwa dan diperkirakan 20 orang lainnya masih harus ditemukan. Ini adalah sebuah tragedi," tulis Presiden Gustavo Petro di Twitter seperti dikutip dari AFP, Senin (5/11/2022).

Pejabat pertahanan sipil setempat mengatakan salah satu yang tewas adalah seorang gadis berusia sekitar tujuh tahun.

Seorang korban selamat mengatakan pengemudi bus berhasil menghindari tanah longsor yang terparah.

"Ketika tanah longsor sebagian turun dan bus agak mundur dari situ. Sopir bus sedang mundur ketika semuanya (tanah longsor) berjatuhan," kata Andres Ibarguen kepada stasiun radio Lloro Stereo.

Bus berangkat dari Kota Cali dengan 25 penumpang, kata pejabat pertahanan sipil.

Musim hujan yang dimulai pada Agustus ini adalah yang terburuk di Kolombia dalam 40 tahun, menurut pemerintah, menyebabkan kecelakaan yang menewaskan lebih dari 270 orang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hadiri Pemakaman, 14 Orang di Kamerun Tewas Akibat Tanah Longsor

Sebelumnya, tanah longsor terjadi di tengah upacara pemakaman di ibu kota Kamerun dan telah menewaskan sedikitnya 14 orang, kata gubernur regional itu. Sementara itu, tim penyelamat melanjutkan pencarian terhadap puluhan orang lainnya yang masih hilang.

Dilansir Al Jazeera, Senin (28/11/2022), bencana alam itu terjadi pada Minggu ketika orang-orang berkumpul di lapangan sepak bola di dasar tanggul tanah setinggi 20 meter di Yaounde.

Saksi mata mengatakan bahwa tanggul itu runtuh menimpa puluhan orang.

“Di tempat kejadian kami menghitung ada 10 jenazah, tapi sebelum kedatangan kami empat jenazah sudah dibawa pergi,” kata Paul Bea, gubernur wilayah Center yang mencakup Yaounde.

“Ada juga belasan kasus serius yang telah berada di rumah sakit,” katanya.

Gubernur menggambarkan daerah di mana tanah longsor terjadi sebagai "tempat yang sangat berbahaya" dan mendorong orang untuk menjauh dari distrik Damas di pinggiran timur Yaounde.

Di antara mereka yang selamat adalah Marie Claire Mendouga yang berusia 50 tahun.

“Kami baru saja mulai menari ketika tanah runtuh,” katanya kepada kantor berita AFP.

Dia berkata bahwa dia berusaha menggali tanah untuk mencoba mengeluarkan orang lain yang tertimpa tanah di dekatnya. 

3 dari 4 halaman

Tanah Longsor Terjadi di Italia, Sedikitnya 7 Orang Tewas

Italia mengumumkan keadaan darurat di pulau selatan Ischia pada Minggu (27 November) setelah tanah longsor menewaskan sedikitnya tujuh orang dan menyebabkan beberapa lainnya hilang.

Gelombang lumpur dan puing-puing menghantam kota kecil Casamicciola Terme pada Sabtu pagi, menelan setidaknya satu rumah dan menyapu mobil ke laut.

"Jumlah korban dari tanah longsor di Casamicciola telah meningkat menjadi tujuh orang tewas, sementara lima lainnya hilang," kata prefek kota Naples Claudio Palomba, Minggu malam.

Tahap pertama dana bantuan sebesar dua juta euro (US$2 juta) dikeluarkan pada akhir rapat kabinet darurat, yang juga menyatakan keadaan darurat, kata Menteri Perlindungan Sipil Nello Musumeci.

Media Italia sebelumnya melaporkan bahwa empat jasad telah ditemukan pada Minggu sore.

Kemudian, lebih dari 200 penyelamat masih mencari orang hilang, sementara ratusan sukarelawan sibuk membersihkan jalan-jalan kota.

Upaya penyelamatan terhambat oleh hujan dan angin kencang, yang juga menunda feri yang membawa bala bantuan dari daratan.

"Ini adalah situasi yang menyakitkan untuk kami. Ketika orang-orang hilang, dan kemungkinan tertindih puing-puing" kata seorang korban, Salvatore Lorini.

“Gunung turun, ada kerusakan toko, mobil, hotel dan itu sudah terjadi sembilan tahun lalu. Sekarang saya sedang membersihkan toko ibu mertua saya,” katanya.

Menteri Dalam Negeri Matteo Piantedosi sebelumnya memperingatkan ada orang yang terjebak di lumpur, dan mengatakan itu adalah situasi yang "sangat serius". 

Selengkapnya klik di sini...

4 dari 4 halaman

Banjir dan Tanah Longsor di Nepal Tewaskan 33 Orang, Ratusan Rumah Rusak

Banjir dan tanah longsor melanda Nepal dan menewaskan sejumlah orang.

"Sedikitnya 33 orang tewas akibat banjir dan tanah longsor di Nepal barat dalam sepekan terakhir," media lokal melaporkan seperti dikutip dari BBC, Rabu (12/10/2022).

Hujan monsun terburuk melanda Provinsi Karnali di barat laut, tempat ribuan penduduk dievakuasi, kata para pejabat.

Ratusan rumah rusak akibat tanah longsor dan banjir.

Setidaknya 22 orang masih hilang di seluruh provinsi dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.

Tim penyelamat telah menggambarkan kesulitan untuk mencapai wilayah pegunungan di tengah hujan yang terus berlanjut.

"Kami telah mengerahkan polisi di lapangan. Kami telah mengatur helikopter untuk penyelamatan udara dari Surkhet," kata seorang juru bicara polisi, dikutip dari Annapurna Post.

"Namun, sayangnya, karena cuaca tidak membaik, penyelamatan tidak seperti yang diharapkan."

Sebagian besar laporan orang hilang datang dari dataran rendah Distrik Kalikot. Ribuan orang dievakuasi dari rumah mereka di sana dalam seminggu terakhir di tengah peringatan hujan lebat.

Di beberapa daerah di provinsi itu, Sungai Karnali telah naik menjadi lebih dari 12 meter (39 kaki), kata otoritas darurat Nepal. Beberapa jembatan gantung di atas sungai juga telah hanyut, media lokal melaporkan.

Pejabat pemerintah telah mengirimkan bantuan ke wilayah tersebut dengan helikopter.

Sementara itu badan-badan kemanusiaan PBB mengatakan mereka mendistribusikan makanan dan obat-obatan kepada masyarakat yang terkena dampak paling parah di Nepal barat.

Nepal mendekati akhir musim hujan, yang biasanya dimulai pada bulan Juni dan berakhir pada bulan Oktober.

Setidaknya 110 orang tewas tahun ini akibat bencana terkait hujan, menurut Pusat Operasi Darurat Nasional.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.