Sukses

Korban Penembakan Tragis di Penitipan Anak Thailand Siap Dikremasi

Korban penembakan massal di Pusat Penitipan Anak Thailand akan dikremasi.

Liputan6.com, Bangkok - Proses kremasi bagi korban penembakan tragis di sebuah pusat penitipan anak Thailand tengah dipersiapkan. 

Tragedi penembakan yang mayoritas korbannya adalah anak-anak tersebut telah terjadi pada Kamis 6 Oktober 2022. 

Untuk melakukan proses kremasi, tungku darurat yang terbuat dari batu bata tanah liat sedang dibangun pada Senin (10 Oktober) di kuil-kuil Buddha di sebuah kota di timur laut Thailand.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (11/10/2022), serangan brutal dengan senjata dan pisau oleh seorang mantan polisi di Pusat Pengembangan Anak Muda di Uthai Sawan menewaskan 37 orang, termasuk 24 anak kecil. Itu adalah pembunuhan massal terbesar oleh seorang individu dalam sejarah negara itu.

Phra Kru Adisal Kijjanuwat, kepala kuil Rat Samakee yang berjarak sekitar 3 km dari lokasi pertumpahan darah, mengatakan 19 korban akan dikremasi dalam upacara kelompok pada hari Selasa. Proses kremasi tersebut mengakhiri upacara berkabung tiga hari untuk keluarga.

Dia mengatakan bahwa para korban akan dikremasi pada saat yang sama di atas tungku pembakaran terbuka berbahan bakar arang, untuk menghindarkan keluarga dari keharusan menunggu berjam-jam untuk menyelesaikan upacara berturut-turut.

“Kami hanya memiliki satu tungku di kuil dan kami tidak akan dapat mengkremasi semua korban pada saat yang sama, dan saya tidak ingin ada keluarga yang harus menunggu proses kremasi yang lama,” kata Adisal.

“Setelah melihat kesedihan mereka, saya pikir akan lebih baik jika kita dapat mengadakan upacara pada saat yang sama dan semua kerabat dapat melewati tahap akhir dari peristiwa yang menyakitkan ini bersama-sama,” katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Proses Kremasi

Biksu itu mengatakan tungku sementara juga sedang dipasang di dua kuil terdekat lainnya yang akan memperhitungkan korban yang tersisa.

Dia menambahkan bahwa lima keluarga telah memilih untuk mengadakan acara pemakaman untuk keluarga mereka sendiri. 

Polisi mengidentifikasi pelaku pembantaian itu bernama Panya Kamrap (34) seorang sersan polisi yang dipecat awal tahun ini setelah didakwa melakukan pelanggaran narkoba.

Motif yang jelas untuk pembunuhan itu mungkin tidak akan pernah diketahui setelah Kamrap bunuh diri, tetapi polisi mengatakan mereka menganggap masalah keuangan dan perkawinannya, serta riwayat penggunaan narkoba, sebagai faktor utamanya. 

Kamrap dikremasi pada hari Sabtu di provinsi tetangga, karena kuil Buddha di Provinsi Uthai Sawan -- wilayah tempat pembantaiannya -- menolak untuk menjadi tuan rumah pemakamannya, media Thailand melaporkan.

3 dari 4 halaman

Kisah Balita Selamat dari Tragedi Penembakan Massal di Thailand

Sementara itu, seorang balita berusia tiga tahun menjadi satu-satunya anak yang selamat dari penembakan massal di sebuah penitipan anak Thailand. Keajaiban itu terjadi setelah pembunuh tidak menyadari bahwa balita itu tertidur di balik selimut.

Balita bernama Nong Am tersebut tengah tidur siang dengan puluhan teman sekelasnya di ruang kelas yang terkunci ketika Panya Kamrab memaksa masuk dan mulai menyerang anak-anak dengan pisau dan pistol. Namun, mantan perwira polisi itu tampaknya menganggap Nong yang sedang tidur di ujung ruangan yang ditutupi selimut, sudah mati dan meninggalkannya tanpa luka, menurut laporan setempat.

4 dari 4 halaman

Berhasil Selamat

Nong dilaporkan menjadi satu-satunya anak dari kelas itu yang selamat. Ketika tersiar kabar tentang pembantaian yang menewaskan 24 anak-anak dan 12 orang dewasa, kakeknya bergegas ke tempat kejadian.

Kakek Nong menemukan salah satu guru menggendong Nong di lengannya, menutupi wajahnya dengan kain. Hal tersebut dilakukan agar Nong tidak bisa melihat teman-temannya yang sudah meninggal.

"Ini adalah keajaiban dari Tuhan yang menyelamatkan hidup keponakan saya," kata Wutthichai Baothong, paman Nong, kepada stasiun TV lokal. "Saudara dan saudari... dia adalah satu-satunya yang bertahan hidup."

Wutthichai berterima kasih kepada para guru karena membantu melindunginya. Nong yang dihibur oleh kerabatnya, tampaknya tidak menyadari apa yang telah dialami. Kisahnya adalah salah satu dari sederet cerita yang muncul dari kekacauan yang terjadi pada Kamis, 6 Oktober 2022 di Nong Bua Lamphu, Thailand utara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.