Sukses

Menlu Rusia Bakal Bicara dengan Junta Myanmar Soal Eksekusi Mati Pemicu Kemarahan Internasional

Kunjungan Sergei Lavrov dilakukan setelah junta memicu kemarahan internasional pekan lalu karena mengeksekusi empat tahanan, termasuk seorang mantan anggota parlemen dan aktivis demokrasi.

Liputan6.com, Naypyidaw - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tiba di Myanmar, Rabu 3 Agustus 2022. Tujuan lawatannya adalah untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin junta.

Sergei Lavrov tiba di ibu kota yang dibangun militer, Naypyidaw, "untuk kunjungan kerja," kata Kementerian Luar Negeri Rusia di Twitter seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (4/8/2022).

Lavrov melakukan kunjungan ini dalam perjalanannya menghadiri pertemuan regional yang mengecam militer Myanmar karena penolakannya untuk menghentikan tindakan keras terhadap para pembangkang.

"Lavrov akan bertemu dengan menteri luar negeri junta dan pemimpin Myanmar," menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia yang dirilis menjelang perjalanan.

Sementara itu, Junta Myanmar belum mengeluarkan pernyataan terkait kunjungan diplomat tertinggi negara yang menjadi salah satu sekutu utama dan pemasok senjatanya tersebut.

Kunjungan Lavrov dilakukan setelah junta memicu kemarahan internasional pekan lalu karena mengeksekusi empat tahanan, termasuk seorang mantan anggota parlemen dan seorang aktivis demokrasi.

Lavrov dijadwalkan menghadiri pertemuan para menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Kamboja, di mana diplomat tertinggi junta tidak diikutsertakan karena penolakannya untuk terlibat dalam dialog dengan lawan-lawannya.

Rusia dan sekutunya, China, dituduh mempersenjatai junta Myanmar. Senjata-senjata itu digunakan untuk menyerang warga sipil sejak kudeta tahun lalu.

Kepala Junta Min Aung Hlaing berada di Moskow Juli lalu untuk kunjungan "pribadi". Ia dilaporkan bertemu dengan para pejabat dari badan antariksa dan badan nuklir Moskow.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menlu Rusia Sergey Lavrov Keliling Afrika, Apa Tujuannya?

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov melakukan perjalanan ke Afrika, dengan kunjungan ke Mesir, Republik Kongo, Uganda, dan Ethiopia. Di Kongo Lavrov bertemu dengan Presiden Denis Sassou N'guesso dan Menteri Luar Negeri Jean-Claude Gakosso. Inilah kunjungan pertama seorang pejabat tinggi Rusia ke negara itu.

Dilansir dari laman DW Indonesia, Selasa (26/7/2022), di Mesir, Lavrov menjanjikan kepada Menlu Mesir Sameh Shoukry bahwa Rusia akan menjamin suplai gandum dari Ukraina sesuai perjanjian yang disepakati dengan PBB, Turki dan Ukraina minggu lalu.

Banyak negara Afrika sangat bergantung pada impor gandum dan biji-bijian lainnya dari Rusia dan Ukraina, tetapi pasokan telah sangat terganggu oleh perang di Ukraina, yang dampaknya memperburuk risiko kelaparan di benua itu.

Ketua Uni Afrika Macky Sall bulan Juni lalu mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, bahwa meskipun Afrika jauh dari medan perang, orang-orang Afrika adalah "korban krisis ekonomi ini."

Di Afrika, Rusia terutama ingin bekerja sama di bidang pertahanan dan keamanan.

Beberapa bulan sebelum kunjungan ini, Rusia menandatangani berbagai kesepakatan politik dan militer di benua itu.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Menlu Lavrov Ungkap Alasan Invasi Rusia ke Ukraina di Pidato Liga Arab

Pada Minggu 24 Juli 2022 Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berpidato di forum Liga Arab di Kairo. Ini terjadi ketika negaranya berupaya mencari solusi isolasi diplomatik dan sanksi Barat terkait operasi militernya di Ukraina.

Setibanya di Kairo, Lavrov pertama-tama melangsungkan pertemuan dengan Presiden Abdel Fattah el-Sissi dan kemudian dengan mitranya, Menteri Luar Negeri Sameh Shukry.

Dalam kesempatan tersebut, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (25/7/2022), Lavrov menggunakan pidatonya di Liga Arab untuk menggarisbawahi narasi Kremlin bahwa Barat lah yang mendorong Rusia memulai operasi khusus di Ukraina, dan menuduh Barat mengabaikan masalah keamanan Rusia yang berasal dari ekspansi NATO ke arah timur.

Lavrov juga mengatakan eksportir biji-bijian Rusia berkomitmen memenuhi kewajiban mereka setelah ditandatanganinya kesepakatan kembar – yang didukung PBB – oleh Rusia dan Ukraina untuk membuka pemblokiran pengiriman biji-bijian dari pelabuhan-pelabuhan Ukraina.

Menyusul serangan udara di pelabuhan Odesa di Ukraina, belum ada kejelasan soal rencana melanjutkan pengiriman gandum Ukraina melalui koridor aman lewat pelabuhan-pelabuhan di Laut Hitam, Ukraina, yang juga terdampak.

4 dari 4 halaman

Rusia Bantah Negaranya Jadi Penyebab Krisis Pangan Global

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, dalam serangan diplomatik di Mesir, telah menolak klaim bahwa Moskow menyebabkan krisis pangan global.

Dalam pidatonya kepada duta besar Liga Arab di Kairo, dia mengatakan negara-negara Barat memutarbalikkan kebenaran tentang dampak sanksi terhadap ketahanan pangan global.

Dilansir BBC, Senin (25/7/2022), dia menuduh negara-negara Barat mencoba memaksakan dominasi mereka atas orang lain.

Sebagian besar dunia Arab dan Afrika sangat terpengaruh oleh kekurangan biji-bijian yang disebabkan oleh perang Rusia di Ukraina. Kesepakatan penting yang ditandatangani pada hari Jumat untuk melanjutkan ekspor biji-bijian Ukraina tergantung pada keseimbangan setelah Rusia menyerang sasaran di pelabuhan Odesa pada hari Sabtu.

Lavrov akan mengunjungi tiga negara Afrika untuk menggalang dukungan di tengah kemarahan atas perang.Lavrov mengatakan bahwa "agresivitas" negara-negara Barat dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia menunjukkan satu kesimpulan sederhana: "Ini bukan tentang Ukraina, ini tentang masa depan tatanan dunia.

"Mereka mengatakan setiap orang harus mendukung tatanan dunia berbasis aturan, dan aturan itu ditulis tergantung pada situasi spesifik apa yang ingin diselesaikan Barat demi kepentingannya sendiri."

Sebelumnya, Lavrov mengadakan pembicaraan dengan rekannya dari Mesir, Sameh Shoukry.

Mesir memiliki hubungan yang signifikan dengan Rusia, yang memasok gandum, senjata dan - sampai invasi Ukraina dimulai - sejumlah besar wisatawan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.