Sukses

PBB Janji Bantu Penyelidikan Serangan yang Tewaskan Tawanan Perang Ukraina

Ukraina telah menuntut Rusia agar bertanggung jawab atas serangan rudal yang menewaskan puluhan tawanan perang.

Liputan6.com, Kiev - PBB berjanji akan membantu menyelidiki serangan di penjara yang menewaskan tawaran perang Ukraina.

Sebelumnya, Ukraina telah menuntut Rusia agar bertanggung jawab atas serangan rudal yang menewaskan puluhan tawanan perang Ukraina di sebuah fasilitas penahanan yang dioperasikan oleh Rusia di Ukraina timur.

Pemerintah Ukraina pada Sabtu (30/7) menyerukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Komite Palang Merah Internasional untuk segera menyelidiki serangan Jumat (29/7) itu.

“Sehubungan dengan tragedi baru-baru ini di penjara di Olenivka, kami siap siaga untuk mengirim sekelompok pakar untuk melakukan penyelidikan, dengan seizin pihak-pihak terkait," kata Farhan Haq, wakil juru bicara sekjen PBB dalam pernyataan yang dirilis Sabtu (30/7).

Rusia dan Ukraina saling tuding pihak yang lain melakukan serangan itu. Klaim mereka belum bisa diverifikasi secara independen. Sejauh ini, belum ada organisasi bantuan yang diberi akses ke tempat kejadian itu, tapi Palang Merah meminta akses untuk membantu mengevakuasi para korban luka.

Bom di Mykolaiv 

Ukraina mengatakan kota selatan Mykolaiv mengalami pemboman "besar-besaran" oleh Rusia.

Pihak berwenang mengatakan, satu orang tewas, sementara walikota mengatakan pemboman itu "mungkin yang terkuat sepanjang masa".

Terjadi kerusakan pada sebuah hotel, kompleks olahraga, dua sekolah dan sebuah bengkel, serta rumah-rumah, seperti dikutip dari BBC, Minggu (31/7/2022).

Mykolaiv berada di jalur utama ke Odesa, pelabuhan utama Ukraina, dan telah dihantam berulang kali.

Sementara itu, Rusia telah membatalkan perayaan Hari Angkatan Laut di Krimea yang telah mereka duduki.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Laporan Provokasi

Alasan yang diberikan oleh Gubernur Sevastopol Mikhail Razvozhayev adalah dugaan serangan pesawat tak berawak Ukraina di markas Armada Laut Hitam. Armada telah lama berbasis di Sevastopol.

Namun seorang pejabat senior Ukraina, Serhiy Bratchuk, menolak laporan Rusia itu sebagai "provokasi".

"Pembebasan Krimea kami akan berlangsung secara berbeda dan jauh lebih efisien," katanya.

Pasukan Rusia mencaplok Krimea pada tahun 2014. Langkah ini dikutuk secara internasional sebagai bentuk ilegal dan memicu sanksi terhadap Rusia.

Hari Angkatan Laut adalah hari libur Rusia tahunan, dan perayaan berlangsung di seluruh Rusia pada hari Minggu. Presiden Vladimir Putin akan hadir pada acara yang berlangsung di St Petersburg, kota kelahirannya.

Dalam sebuah posting Telegram, gubernur Sevastopol mengatakan "sebuah benda tak dikenal terbang ke halaman markas Armada " dan "menurut data awal, itu adalah pesawat tak berawak".

Rusia sering menuduh pihak berwenang Ukraina sebagai pihak beraliran "Nazi" -- bagian dari kampanye propaganda Kremlin untuk membenarkan invasinya ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Sebuah foto yang diposting oleh Gubernur Razvozhayev menunjukkan dia berada di halaman yang dipenuhi dedaunan, tetapi tanpa kerusakan struktural yang jelas. Dia mengatakan perayaan Hari Angkatan Laut telah dibatalkan karena alasan keamanan.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Zelensky Minta Warga Sipil di Donetsk Timur Ukraina Segera Mengungsi

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memerintahkan semua warga sipil yang masih tinggal di beberapa bagian wilayah Donetsk timur di bawah kendali Ukraina untuk mengungsi.

Berbicara dalam pidato larut malam dari Kiev, Zelensky memperingatkan intensifikasi pertempuran, dikutip dari laman BBC, Minggu (31/7/2022).

"Semakin banyak orang meninggalkan wilayah Donetsk sekarang, semakin sedikit orang yang akan dibunuh oleh tentara Rusia," katanya.

Wilayah tersebut telah mengalami bentrokan hebat di tengah kemajuan lambat dari pasukan Rusia, yang telah menguasai sebagian besar wilayah itu.

"Semakin banyak orang meninggalkan wilayah Donetsk sekarang, semakin sedikit orang yang akan dibunuh oleh tentara Rusia," kata pemimpin Ukraina itu.

"Kami akan menggunakan semua cara yang tersedia untuk menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin dan membatasi teror Rusia."

Intervensi Zelensky datang ketika Rusia mengundang pejabat PBB dan Palang Merah untuk menyelidiki kematian 50 tawanan perang Ukraina (POW) di bagian lain wilayah Donetsk yang ditahan oleh separatis yang didukung Rusia.

Pasukan tewas dalam keadaan yang tidak jelas selama serangan terhadap sebuah penjara di Olenivka, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan.

Berbicara pada Sabtu malam, pejabat pertahanan Rusia mengatakan Moskow akan menyambut baik "penyelidikan objektif" atas insiden tersebut.

4 dari 4 halaman

Simpang Siur Informasi

Palang Merah mengatakan pada Jumat kemarin bahwa pihaknya meminta akses ke fasilitas penahanan yang dikelola Rusia dan tahanan yang masih hidup - tetapi tidak ada izin yang segera diberikan.

Wakil kepala delegasi di Ukraina, Daniel Bunnskog, mengatakan bahwa pemberian akses ke tawanan perang adalah kewajiban di bawah Konvensi Jenewa.

Kamp penjara Olenivka dikendalikan oleh Republik Rakyat Donetsk (DNR) yang didukung Rusia.

Apa yang terjadi di sana pada Jumat kemarin masih belum jelas. Rekaman video Rusia yang belum diverifikasi setelah kejadian itu menunjukkan jalinan ranjang susun yang rusak dan tubuh manusia yang hangus parah.

Pada Sabtu kemarin, Rusia menerbitkan daftar 50 tawanan perang yang tewas dalam serangan itu. Moskow mengatakan, serangan itu dilakukan oleh Ukraina menggunakan sistem artileri HIMARS buatan AS.

Kiev membantah melakukan serangan itu dan menuduh Rusia menembaki fasilitas di wilayah tersebut untuk menutupi bukti kejahatan perang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.