Sukses

Rusia Dituduh Adopsi Paksa Anak-Anak Ukraina, Inggris Jatuhkan Sanksi

Inggris memberikan sanksi tambahan bagi Rusia karena nasib anak-anak Ukraina.

Liputan6.com, London - Pemerintah Inggris kembali memberikan sanksi kepada Rusia akibat tuduhan adopsi paksa terhadap anak-anak Rusia. Disebutkan ada sekitar 2.000 anak yang dipindahkan dan diadopsi secara paksa di daerah separatis Luhansk dan Donetsk. 

Sanksi juga menarget Komisaris Hak-Hak Anak Rusia Maria Lvova-Belova atas dugaan keterlibatannya dalam pemindahan paksa dan adopsi anak-anak Ukraina.

"Kami menargetkan para pendukung dan pelaku perang Putin yang telah membawa penderitaan yang tak terhitung ke Ukraina, termasuk pemindahan paksa dan adopsi anak-anak," ujar Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss dalam rilis resmi Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, dikutip Rabu (22/6/2022). 

"Kami tidak akan lelah membela kebebasan dan demokrasi, dan meningkatkan tekanan terhadap Putin, sampai Ukraina menang," tegas Truss. 

Sanksi juga dijatuhkan ke Patriarch Kirill yang merupakan kepala Gereja Ortodoks Rusia. Selama ini, Kirill konsisten mendukung Putin, termasuk invasi Rusia terhadap Ukraina.

Sasaran sanksi lainnya adalah Sergey Savostyanov, wali kota Duma di Moskow dan anggota elit politik Putin, dijatuhi sanksi karena secara terbuka mendukung perang Putin di Ukraina.

Pebisnis Alexey Isaykin, Presiden dan Anggota Dewan Volga-Dnepr Group, sebuah perusahaan transportasi Rusia dengan  operasi udara signifikan yang dikontrak oleh pemerintah Rusia untuk membuat jembatan udara yang membawa barang-barang penting.

Empat Kolonel Militer dari Separate Motorised Rifle Brigade ke-64, sebuah unit yang diketahui telah membunuh, memperkosa, dan menyiksa warga sipil di Bucha, juga telah dijatuhi sanksi atas keterlibatan mereka di Ukraina.

Anggota 'Komite Keselamatan untuk Perdamaian dan Ketertiban' - sebuah organisasi yang bekerja sama dengan tentara Rusia untuk mendukung pendudukan Oblast Kherson, juga telah dikenai sanksi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jelang Ukraina Masuk UE, Zelensky Ingatkan Serangan Rusia Bisa Makin Meningkat

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah memperingatkan Rusia akan mengintensifkan serangan terhadap negaranya dalam beberapa hari mendatang, karena Kiev menunggu berita tentang upayanya untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Anggota blok itu diperkirakan akan memutuskan apakah akan memberikan "status kandidat" kepada Kiev akhir pekan ini, demikian dikutip dari laman BBC, Senin (20/6).

 

Langkah itu akan memulai proses aksesi Ukraina ke aliansi, yang bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan.

Tapi Zelensky memperingatkan keputusan itu bisa membuat Rusia meningkatkan serangannya.

Berbicara dalam pidato malamnya dari Kiev, pemimpin Ukraina itu mengatakan, dia dan penasihatnya mengharapkan "aktivitas permusuhan yang lebih besar" dari Moskow, tetapi mengatakan kepada warga bahwa pasukannya "sedang bersiap" dan siap untuk setiap serangan baru.

Dia berjanji untuk mendorong maju dengan apa yang dia sebut ambisi "bersejarah" Ukraina untuk bergabung dengan UE, yang didukung oleh eksekutif blok itu, Komisi Eropa, pekan lalu.

Tapi sekarang keputusan ada pada Dewan Eropa, sebuah badan yang terdiri dari para pemimpin Negara Anggota, yang akan bertemu pada pertemuan puncak di Brussels pada hari Kamis dan Jumat.

"Saya pikir jelas bagi semua orang bahwa sejak 1991 hanya ada sedikit keputusan yang menentukan bagi Ukraina seperti yang kita harapkan sekarang," kata Zelensky, merujuk pada tahun ketika Ukraina mendeklarasikan kemerdekaan dari Uni Soviet.

"Dan saya yakin bahwa hanya keputusan positif yang memenuhi kepentingan seluruh Eropa."

3 dari 4 halaman

NATO Peringatkan Perang Ukraina dan Rusia Bisa Bertahun-tahun

Selama beberapa bulan terakhir pasukan Rusia dan Ukraina telah berjuang untuk menguasai wilayah di timur negara itu - dengan Moskow membuat kemajuan lambat dalam beberapa pekan terakhir.

Menulis di Sunday Times, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan "kampanye gesekan" dan "mencoba menghancurkan Ukraina dengan kebrutalan belaka."

"Saya khawatir kita perlu menguatkan diri untuk perang yang panjang," tulisnya. 

"Waktu adalah faktor vital. Semuanya akan tergantung pada apakah Ukraina dapat memperkuat kemampuannya untuk mempertahankan wilayahnya lebih cepat daripada Rusia dapat memperbarui kapasitasnya untuk menyerang." 

Perdana menteri, yang mengunjungi ibukota Ukraina pada hari Jumat, mengatakan pasokan senjata, peralatan, amunisi, dan pelatihan ke Kiev diperlukan untuk melebihi upaya Moskow untuk mempersenjatai diri.

4 dari 4 halaman

G7 Konsisten Dukung Ukraina

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan kelompok negara demokrasi terdepan, G7, akan memastikan dalam KTT mendatang bahwa kelompoknya akan mendukung Ukraina "selama mungkin."

Dalam wawancara dengan kantor berita dpa Jerman yang diterbitkan pada Sabtu (18/6), Scholz mengatakan ia ingin menggunakan pertemuan pekan depan dengan para pemimpin G-7 di Desa Elmau, negara bagian Bavaria untuk membahas prospek jangka panjang Ukraina.

"Kami akan terus mendukung Ukraina selama mungkin," kata Scholz. "Kami ingin memastikan bahwa kalkulasi Presiden Rusia Vladimir Putin tidak tepat."

"Putin jelas berharap bahwa semuanya akan berjalan sesuai harapannya setelah ia menguasai cukup wilayah dan masyarakat internasional akan kembali seperti biasa," tambahnya. "Itu adalah sebuah ilusi."FOTO: Tentara Uk

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini