Sukses

Pejabat Senior Kedubes AS: 150.000 Tentara Kepung Ukraina, Rusia Masih Dalam Posisi Invasi

Amerika Serikat sejauh ini tidak meremehkan adanya potensi ancaman perang membayangi Eropa. Lebih dari 150.000 tentara Rusia masih mengepung Ukraina di Belarus dan di sepanjang perbatasan Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta Situasi di Ukraina tak ayal tengah menjadi perhatian dunia, salah satunya dari Amerika Serikat. Negara yang siap memberikan perlindungan bagi para anggota NATO yang tengah resah dengan potensi perang antara Rusia dan Ukraina.

Amerika Serikat sejauh ini tidak meremehkan adanya potensi ancaman perang membayangi Eropa.

"Presiden Rusia Vladimir Putin tetap dalam posisi untuk menginvasi setiap saat jika dia memilih. Dia masih memiliki lebih dari 150.000 tentara yang mengepung Ukraina di Belarus dan di sepanjang perbatasan Ukraina," ujar Pejabat Senior Kedutaan Besar AS dalam press brifieng virtual yang dikutip Jumat (18/2/2022).

"Kami terus melihat kekuatan, terutama kekuatan yang akan berada di garda depan dari setiap agresi baru terhadap Ukraina, terus berada di perbatasan, berkumpul di perbatasan. Kami juga melihat Rusia terus meluncurkan disinformasi dan kampanye siber yang agresif," sambung pejabat senior Kedutaan Besar AS tersebut.

Seperti yang dikatakan Presiden Biden pada 15 Februari, Amerika Serikat siap apa pun yang terjadi.

"Kami siap untuk terlibat dalam diplomasi dengan Rusia dan Sekutu dan mitra kami untuk meningkatkan stabilitas dan keamanan di Eropa. Dan kami siap untuk menanggapi dengan tegas serangan Rusia di Ukraina, yang masih sangat mungkin terjadi," jelas Pejabat Senior Kedutaan Besar AS.

Jalur Diplomasi

Kendati demikian, hingga kini telah banyak upaya diplomasi dilakukan. Akhir pekan lalu Presiden AS Joe Biden berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memperjelas bahwa kami siap untuk terus mengejar diplomasi tingkat tinggi guna mencapai pemahaman tertulis di antara Rusia, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa untuk mengatasi masalah keamanan yang sah.

Amerika Serikat, Uni Eropa, NATO, dan OSCE berkoordinasi erat, dan ada tingkat persatuan dan tujuan bersama yang luar biasa, mulai dari strategi hingga detail teknis.

Faktanya, selama setahun terakhir dalam kasus ancaman Ukraina dan Rusia, ada lebih dari 200 keterlibatan, pertemuan, panggilan telepon, konferensi video dengan NATO, dengan Uni Eropa, dengan OSCE, dengan sekutu dan mitra di seluruh Eropa, dan seterusnya.

"Dan tadi malam, Menlu AS Antony Blinken berbicara kepada Dewan Keamanan PBB di mana dia berkata, 'Pertaruhannya jauh melampaui Ukraina. Ini adalah saat yang berbahaya bagi kehidupan dan keselamatan jutaan orang, serta untuk fondasi Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan tatanan internasional berbasis aturan yang menjaga stabilitas di seluruh dunia."

"Krisis ini secara langsung mempengaruhi setiap anggota dewan ini dan setiap negara di dunia."

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengapa Penting Bagi Indonesia?

Dalam pers briefing virtual tersebut, pejabat senior Kedutaan Besar AS menyatakan sangat menggembirakan mendengar apa yang dikatakan Presiden Jokowi dalam pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral pada G20 hari Kamis 17 Februari.

Seperti yang dikatakannya, sekarang bukan waktunya untuk menekankan persaingan atau menciptakan ketegangan baru yang mengganggu pemulihan dunia, karena tidak ada negara yang bisa bangkit sendiri.

Pelanggaran terang-terangan Rusia terhadap hukum internasional tidak kurang dari tantangan langsung terhadap tatanan berbasis aturan internasional.

"Ukraina adalah anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, negara yang merdeka dan berdaulat. Perlakuan Rusia harus menjadi perhatian semua negara di seluruh dunia, sebagai hal yang prinsip. Jika Rusia diizinkan untuk membatasi kedaulatan Ukraina dengan mendikte aliansi Ukraina dan pilihan kebijakan luar negeri, dengan memerasnya dan melanggar integritas teritorialnya, itu dapat memberanikan orang lain yang ingin memperluas klaim teritorial ilegal, termasuk di Laut China Selatan," papar pejabat senior tersebut.

"Merusak prinsip-prinsip tatanan berbasis aturan internasional melemahkan fondasi kerja sama internasional, dan pelanggaran Rusia mengancam perdamaian dan stabilitas di benua Eropa."

Apa yang AS Lakukan?

Jadi apa yang dilakukan Amerika Serikat secara spesifik? Amerika Serikat sedang berkonsultasi sangat erat dengan sekutu dan mitra global tentang konsekuensi dari serangan militer Rusia lebih lanjut di Ukraina, termasuk sanksi ekonomi yang parah dan kontrol ekspor.

"Amerika Serikat dan sekutu serta mitranya berdiri bersama untuk mempercepat bantuan keamanan ke Ukraina. Kami berhubungan erat dengan mitra Ukraina, dan sekutu NATO kami dalam hal ini dan terus menggunakan semua alat kerja sama keamanan yang tersedia untuk membantu Ukraina meningkatkan pertahanannya dalam menghadapi ancaman dan agresi Rusia yang terus meningkat. Kami berkomitmen pada kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina dan akan terus memberikan dukungan yang dibutuhkan Ukraina."

Seperti yang dikatakan Presiden Biden kepada Presiden Putin, jika Rusia menginvasi Ukraina lebih lanjut, kami akan memberikan materi pertahanan tambahan kepada Ukraina di atas dan di luar apa yang sudah kami sediakan.

Kendati demikian, jalur diplomatik memberikan satu-satunya solusi tahan lama untuk masalah keamanan Rusia, Eropa dan dunia.

"Kami berkomitmen untuk mengejar semua cara diplomatik untuk mengakhiri krisis ini," ujar pejabat senior tersebut.

3 dari 3 halaman

Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi COVID-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.