Sukses

Rusia-China Keluarkan Pesawat Tandingan Airbus-Boeing, Seri MC-21 dan C919

Airbus dan Boeing yang sejak dulu menguasai pasar pesawat penumpang dunia kini punya penantang baru yakni MC-21 dari Rusia dan C919 dari China.

, Beijing - Airbus dan Boeing yang sejak dulu menguasai pasar pesawat penumpang dunia kini punya penantang baru yakni MC-21 dan C919. Keduan pesawat itu muncul tanpa aksi marketing spektakuler.

Terutama di segmen pesawat penumpang berbadan ramping, dominasi AS dan Eropa di bidang penerbangan komersial akan menghadapi pesaing potensial.

Mengutip DW Indonesia, Kamis (19/1/2022), setelah tertunda selama bertahun-tahun, Rusia kini memperkenalkan pesawat Irkut MC-21, sedangkan China ingin merebut pasar dengan tipe Comac C919. Rusia dan China memang sudah lama membuat pesawat sendiri, tetapi selama ini tampaknya tidak mampu menggoyahkan dominasi Boeing dan Airbus. Namun kini, situasinya mungkin akan berubah.

MC-21 telah mendapat sertifikasi untuk layanan penumpang pada Desember 2021 dan akan mulai terbang di Rusia tahun ini. Sedangkan China tadinya berencana merilis C919 awal tahun ini, tetapi tertunda karena pandemi COVID-19. Kedua pesawat ini akan memasuki segmen pasar pesawat yang paling laris dan menguntungkan. Khususnya MC-21 bakal menjadi pesaing serius baik bagi Boeing tipe 737 maupun Airbus tipe A320.

Masih Bergantung Pada Pemasok Barat

Namun, hambatan terbesar bagi Rusia saat ini adalah mereka masih bergantung pada pemasok mesin dari negara-negara Barat. Untuk menerobos pasar, Moskow berambisi memasarkan lebih dulu pesawatnya di negara-negara seperti seperti Iran, yang sekarang tidak mendapat suplai pesawat dan suku cadang dari AS dan Eropa karena ada sanksi ekonomi.

Di pameran dirgantara Dubai Air Show Desember lalu, Rusia sudah menghadirkan model MC-21-310, ketika itu belum disertifikasi, dengan mesin baru turbofan Aviadvigatel PD-14 buatan sendiri. Pada akhir Desember 2021, Rusia juga memperkenalkan tipe lainnya, MC-21-300, yang dilengkapi sayap komposit buatan Rusia dengan teknik infus vakum yang telah dipatenkan.

"Menurut perkiraan, dalam 20 tahun ke depan, di Rusia saja akan diperlukan lebih dari 800 pesawat baru dengan ukuran ini,” kata Yury Slyusar, Direktur United Aircraft Corporation, perusahaan induk dari produsen pesawat Irkut. "Setelah efektivitas pesawat di pasar domestik terbukti, kami akan merambah ke pasar internasional.”

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Produsen China Siap Lebarkan Sayap

Berbeda dengan Rusia, dari China sudah lama tidak ada berita tentang perkembangan industri pesawat komersial. Namun, tidak berarti di sana tidak ada perkembangan. Kebutuhan dalam negeri untuk pesawat penumpang di negara itu juga meningkat pesat. Itulah alasan utama China mengembangkan pesawat penumpang Comac C919 dengan kapasitas 156 hingga 168 penumpang.

"Pasar pesawat China sendiri memiliki potensial yang memungkinkan mereka untuk menjual lebih banyak pesawar, terlepas dari jet Airbus dan Boeing yang sekarang sudah terbang di negara itu," kata Nico Buchholz, yang cukup lama bekerja di departemen pembelian pesawat di maskapan Jerman, Lufthansa.

Dia mengatakan, keuntungan lain yang dimiliki China adalah kemampuannya membuat banyak pesawat dalam waktu relatif singkat. China sanggup membuat ratusan atau bahkan ribuan pesawat baru dengan standar kualitas tinggi, dan itu akan menjadi tantangan besar bagi yang lain, katanya.

"Karena China punya lebih banyak pengalaman dalam industri penerbangan dengan jumlah pesawat yang lebih banyak daripada Rusia, mereka lebih mungkin menjadi pesaing kuat Airbus dan Boeing,” jelas mantan direktur pembelian pesawat Lufthansa itu. China memang belajar dari Barat, karena banyak perusahaan Barat "seperti Airbus, sudah lama mendirikan jalur perakitan akhir mereka di China. Dan kualitasnya terkadang lebih baik daripada jet Airbus yang diproduksi di Hamburg," katanya.

Saat ini, China memang masih tertinggal dalam sertifikasi jet baru mereka, meskipun uji terbang pertama telah berhasil pada 5 Mei 2017. Tidak kurang dari enam pesawat siap melakukan program penerbangan uji coba yang diperlukan untuk sertifikasi. Namun, sampai Desember tahun lalu, baru 34 dari 276 penerbangan uji coba yang telah dilakukan.

3 dari 3 halaman

Infografis 5 Cara Lindungi Diri dan Cegah Penyebaran COVID-19 Varian Omicron

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.