Sukses

Perang di Yaman Masuk Tahun ke-7, PBB Sampaikan Keprihatinan

Perang di Yaman masuk tahun ketujuh dan telah menciptakan krisis kemanusiaan terbesar di dunia yang diperburuk oleh COVID-19.

Liputan6.com, Sanaa - Pejabat senior Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (23/8) menyatakan keprihatinan mereka atas situasi di Yaman, sambil meminta masyarakat internasional untuk membantu dan pihak-pihak terkait guna melindungi warga sipil, dan anak-anak khususnya di negara yang dilanda perang itu.

Kepala kemanusiaan PBB Martin Griffith mengatakan dalam pertemuan Dewan Keamanan di Yaman bahwa perang "berlanjut," termasuk serangan Ansar yang menghancurkan di Marib dan bentrokan di hampir 50 lokasi lainnya

"Peperangan sejauh ini dilaporkan telah membunuh atau melukai lebih dari 1.200 warga sipil," tambahnya.

Khaled Mohamed Khiari, asisten sekretaris jenderal untuk urusan politik dan pembangunan perdamaian, menyatakan keprihatinannya atas situasi politik di negara itu.

"Sayangnya, sejak sesi Dewan terakhir di Yaman belum ada kemajuan lebih lanjut dalam upaya berkelanjutan PBB untuk mencapai kesepakatan," kata Khiari.

"Berdasarkan rencana empat poin yang disepakati terdiri dari: gencatan senjata nasional, pembukaan bandara Sanaa, pelonggaran pembatasan aliran bahan bakar dan komoditas lainnya melalui pelabuhan Hodeidah, dan dimulainya kembali negosiasi politik tatap muka antara pihak Yaman," tambahnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Korbankan Anak-Anak

Lebih dari enam tahun yang lalu, orang dewasa memulai perang di Yaman. Mereka melakukannya meskipun mengetahui ada korban yang akan berjatuhan akibat konflik ini, terutama anak-anak, demikian disampaikan oleh Henrietta Fore, direktur eksekutif Dana Anak-anak PBB (UNICEF).

"Perang di Yaman, sekarang masuk tahun ketujuh, telah menciptakan krisis kemanusiaan terbesar di dunia yang diperburuk oleh kesehatan masyarakat dan konsekuensi sosial ekonomi dari pandemi COVID-19," kata kepala UNICEF.

Khiari meminta semua pihak untuk memprioritaskan kebutuhan sipil dan menjauhkan diri dari persenjataan, terutama mengingat situasi kemanusiaan yang kritis di negara itu.

Fore mendesak pihak-pihak "untuk melakukan segala upaya untuk menjaga anak-anak tetap aman dan mematuhi kewajiban hukum mereka guna menjauhkan diri dari permasalahan."

"Saya ingin menekankan bahwa menghormati dan melindungi pendidikan, termasuk sekolah, siswa dan guru adalah yang paling penting bagi anak-anak dan remaja Yaman. Kami tetap sangat prihatin dengan keparahan dan frekuensi ancaman serta serangan terhadap pendidikan dan penggunaan sekolah untuk militer," kata kepala UNICEF.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.