Sukses

Taliban Kuasai Kabul, PM Boris Johnson Harap Afghanistan Tak Jadi Pusat Terorisme

PM Boris Johnson mengatakan bahwa tidak ada pihak yang menginginkan Afghanistan menjadi pusat terorisme.

Liputan6.com, Jakarta - Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan tidak ada yang ingin Afghanistan menjadi "tempat berkembang biaknya teror", ketika Taliban memasuki ibu kota Kabul.

Berbicara setelah pertemuan komite darurat, dia mengatakan situasinya "terus menjadi sangat sulit" dan akan menjadi lebih sulit lagi.

Mengutip BBC, Senin (16/8/2021), dia meminta kekuatan untuk bekerja sama dan tidak mengakui pemerintahan baru tanpa kesepakatan.

Parlemen Inggris dipanggil kembali pada hari Rabu untuk membahas situasi tersebut.

"Prioritas kami adalah memastikan kami memenuhi kewajiban kami kepada warga negara Inggris, kepada semua orang yang telah membantu upaya Inggris di Afghanistan selama 20 tahun, dan mengeluarkan mereka secepat mungkin."

Johnson mengatakan duta besar Inggris - yang tetap berada di Kabul - "bekerja sepanjang waktu" untuk melakukan ini dan telah berada di aplikasi pemrosesan bandara.

Dia menambahkan: "Apa yang kita hadapi sekarang sangat mungkin munculnya rezim baru di Kabul. Kami belum tahu persis seperti apa rezim itu". 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Taliban Kuasai Kabul

Laporan dari Kabul mengatakan Taliban sekarang telah merebut istana presiden. Hal tersebut terjadi setelah ribuan warga Afghanistan mencari perlindungan di kota itu dalam beberapa pekan terakhir.

Johnson mengatakan Inggris akan bekerja dengan Dewan Keamanan PBB dan negara-negara NATO lainnya untuk menghentikan Afghanistan "terperosok kembali ke dalam teror" dan menyerukan "upaya internasional" dari Barat. 

Kantor Kementerian Luar Negeri mengatakan Inggris telah mengurangi kehadiran diplomatiknya tetapi staf pemerintah "terus bekerja untuk memberikan bantuan kepada warga negara Inggris dan staf Afghanistan kami".

"Kami melakukan semua yang kami bisa untuk memungkinkan warga negara Inggris yang tersisa, yang ingin meninggalkan Afghanistan, untuk melakukannya," kata seorang juru bicara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.