Sukses

Obat Interleukin-6 Ampuh Lawan COVID-19, WHO Minta Pabrik Genjot Produksi

Obat COVID-19 Interleukin-6 dinilai WHO bisa selamatkan nyawa pasien kritis akibat infeksi virus tersebut.

Liputan6.com, Jenewa - WHO merestui obat interleukin-6 receptor blocker (IL-6) untuk melawan COVID-19. Obat itu dinyatakan dapat menyelamatkan pasien COVID-19 parah atau krisis, terutama jika dipadukan dengan kortikosteroid yang juga direstui WHO.

Dua jenis obat interleukin-6, yakni tocilizumab dan sarilumab, disebut bisa menekan reaksi berlebih di sistem imun yang terjadi pada pasien yang menderita infeksi COVID-19 parah.

"Obat-obatan ini memberikan harapan bagi para pasien dan keluarga yang menderita atas dampak menghancurkan dari COVID-19 parah dan kritis," ujar pemimpin WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus pada situs resmi lembaga tersebut, dikutip Kamis (8/7/2021).

Dr. Tedros pun meminta agar pabrik-pabrik menggenjot produksi obat ini agar tersedia bagi negara-negara yang membutuhkan, terutama negara penghasilan menegah dan bawah.

WHO mempelajari lebih dari 10 ribu pasien di 27 uji klinis untuk mengetahui efek obat-obatan ini. Ada investigator di 28 negara yang terlibat.

Hasilnya, kemungkinan kematian bisa berkurang hingga 13 persen berkat interleukin-6. Penggunaan ventilasi mekanik juga berkurang 28 persen bagi pasien dengan kondisi parah atau kritis.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Permintaan WHO ke Pabrik

Dr. Tedros berkata akses pada interleukin-6 receptor blocker masih sulit didapat banyak orang di dunia. Padahal, obat-obatan ini diperlukan di tempat-tempat yang kekurangan vaksin COVID-19.

"IL-6 receptor blocker masih tidak bisa diakses dan tak terjangkau oleh mayoritas di dunia," ujar Dr. Tedros.

"Distribusi vaksin yang tidak setara membuat masyarakat di negara-negara penghasilan rendah dan menengah menjadi rentan terhadap bentuk yang parah dari COVID-19. Jadi kebutuhan terbesar obat-obatan ini berada di negara-negara yang memiliki akses terendah. Kita harus secara urgen mengubah ini," ujarnya.

WHO lantas meminta pabrik-pabrik untuk mengurangi harga dan membuat persediaan kepada negara-negara penghasilan menengah dan bawah, terutama di lokasi lonjakan kasus.

WHO juga siap untuk memberikan pra-kualifikasi bagi pabrik-pabrik interleukin-6. Ini bertujuan untuk memastikan adanya produk yang kualitasnya jelas serta menambah akses kompetisi pasar, dan mengurangi harga.

3 dari 3 halaman

Infografis COVID-19:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.