Sukses

Krisis COVID-19, Pakar Kesehatan AS: India Bisa Belajar dari China

India telah menjadi pusat pandemi, mencapai rekor tertinggi 400.000 kasus harian baru pada Sabtu (1/5).

Liputan6.com, New Delhi - Pakar kesehatan asal Amerika Serikat Anthony Fauci meminta India untuk dapat belajar soal pedoman pengendalian penyakit dari China dalam memerangi lonjakan COVID-19.

Penasihat medis Gedung Putih itu juga menawarkan nasihat tentang bagaimana mengatasi "situasi yang sangat sulit dan putus asa", selama wawancara dengan The Indian Express yang diterbitkan pada Sabtu (1/5).

India telah menjadi pusat pandemi, mencapai rekor tertinggi 400.000 kasus harian COVID-19 pada Sabtu 1 Mei, seperti dikutip dari laman South China Morning Post, Senin (3/5).

Saat ini, sistem perawatan kesehatan di India mengalami permasalahan. Banyak petugas kewalahan dan pasien berjuang untuk akses ke perawatan dan persediaan.

Fauci mengatakan, membangun rumah sakit darurat, seperti yang digunakan di Wuhan tahun lalu ketika kota di China itu tengah menjadi pusat pandemi pertama, bisa menjadi langkah darurat sementara.

"Apa yang dilakukan orang China ketika mereka mengalami krisis, Anda mungkin ingat, secara harfiah, dalam beberapa hari mereka membangun unit gawat darurat yang berfungsi sebagai rumah sakit," katanya.

"Bagi saya, apa yang saya tonton di televisi di [India], terlihat bahwa orang-orang sangat membutuhkan perawatan di rumah sakit," kata Fauci, yang juga kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS.

Dia juga menunjuk pada penggunaan penguncian di China, dengan mengatakan: "Kami tahu bahwa ketika China mengalami ledakan besar [kasus] setahun yang lalu, mereka sepenuhnya ditutup. Dan jika Anda menutup, Anda tidak perlu menutupnya selama enam bulan. Anda dapat mematikan sementara untuk mengakhiri siklus transmisi."

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Komunikasi India-China di Tengah Ketegangan

Baik India dan China memiliki lebih dari satu miliar orang dan daerah perkotaan yang padat penduduk, meskipun wabah China pada awal 2020 sebagian besar terbatas pada Wuhan dan bagian lain seperti provinsi Hubei.

Pemerintah China juga melarang perjalanan ke luar kota, dengan larangan yang lebih luas juga diberlakukan di bagian lain negara itu.

Tindakan tersebut menghadapi kritik pada kala itu, tetapi setelah diperkenalkan dan diberlakukannya kontrol perbatasan, China hanya mencatat wabah kecil dan sporadis dalam 12 bulan terakhir.

Meskipun beberapa bagian India, seperti ibu kota New Delhi, telah memberlakukan tindakan penguncian tertentu selama gelombang terbaru, pemerintah telah menolak penguncian nasional seperti yang diterapkan pada musim semi lalu.

Tindakan kritis lainnya yang disoroti Fauci termasuk kampanye vaksinasi untuk pengendalian COVID-19 jangka panjang, dan mendapatkan akses langsung ke pasokan medis seperti oksigen, ventilator, dan alat pelindung.

India telah kekurangan peralatan penting dan sejumlah negara telah mengirimkan pengiriman bantuan dalam beberapa hari terakhir, termasuk AS, Inggris, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Thailand.

China, yang hubungannya dengan India tegang sejak bentrokan mematikan antara tentara di sepanjang perbatasan yang disengketakan tahun lalu, mengatakan sedang bekerja untuk memproduksi dan mengekspor pasokan ke India.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengulangi langkah-langkah ini dalam panggilan telepon dengan Menteri Urusan Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar pada Jumat (30/4).

Wang juga mengatakan, China bersedia berbagi pengalamannya memerangi epidemi dengan profesional ke India.

Presiden Xi Jinping juga mengirimkan pesan simpati dan menawarkan dukungan kepada Perdana Menteri India Narendra Modi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.