Sukses

300 Siswi di Nigeria Diculik Kelompok Bersenjata, Boko Haram Beraksi Lagi?

Lebih dari 300 siswi telah diculik oleh pria bersenjata tak dikenal dari sebuah sekolah di Nigeria barat laut.

Liputan6.com, Zamfara - Lebih dari 300 siswi telah diculik oleh pria bersenjata tak dikenal dari sebuah sekolah di Nigeria barat laut.

Polisi mengatakan mereka percaya gadis-gadis itu dibawa ke hutan setelah diculik dari sekolah asrama mereka di Jangebe, negara bagian Zamfara, pada Jumat 26 Februari 2021 waktu setempat, demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (27/2/2021),.

Ini adalah penculikan massal terbaru dari sekolah dalam beberapa minggu terakhir. Kelompok bersenjata sering menculik anak sekolah untuk tebusan.

Presiden Nigeria Muhammadu Buhari mengutuk penculikan terbaru sebagai "tidak manusiawi dan sama sekali tidak dapat diterima".

"Pemerintahan ini tidak akan menyerah pada pemerasan oleh bandit yang menargetkan siswa sekolah yang tidak bersalah dalam harapan pembayaran tebusan yang sangat besar," katanya dalam sebuah pernyataan.

"Tujuan utama kami adalah untuk mendapatkan kembali para sandera dengan aman, hidup dan tidak terluka."

Buhari mengatakan bahwa meskipun pihak berwenang dapat mengerahkan "kekuatan besar terhadap bandit", ada ketakutan bahwa siswi dapat digunakan sebagai perisai manusia.

Peristiwa terbaru terjadi ketika setidaknya 42 orang, termasuk 27 siswa, yang diculik minggu lalu di Kagara, di negara tetangga Niger, belum dibebaskan.

Pada 2014, penculikan 276 siswi di kota Chibok timur laut oleh militan Islamis Boko Haram membawa perhatian global pada momok penggerebekan dan penculikan terhadap sekolah-sekolah di Nigeria.

Tetapi, otoritas Nigeria menduga bahwa serangan terbaru merupakan ulah kelompok kriminal bersenjata. Belum diketahui apakah memiliki keterkaitan dengan Boko Haram.

Sejauh ini tidak ada kelompok di Nigerua yang mengklaim bertanggung jawab atas peristiwa terbaru.

Kelompok-kelompok bersenjata yang beroperasi di Zamfara sering menculik uang tebusan tetapi ketika pria bersenjata mengambil lebih dari 300 anak laki-laki dari Kankara di negara bagian tetangga Katsina pada Desember 2020, beberapa laporan mengklaim bahwa Boko Haram, yang beroperasi ratusan mil jauhnya di timur laut, berada di belakang serangan itu.

Klaim itu kemudian dibantah dan anak-anak dibebaskan setelah negosiasi.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kronologi Peristiwa

Serangan pada Jumat 26 Februari 2021 terjadi pada pukul 13.00 waktu setempat.

Sekelompok pria bersenjata tiba di Sekolah Menengah Government Girls di kota Jangebe dengan kendaraan pick-up dan sepeda motor, seorang guru mengatakan kepada situs berita Punch.

Beberapa pria bersenjata berpakaian sebagai pasukan keamanan pemerintah, kata laporan itu, menambahkan bahwa mereka memaksa siswi naik ke dalam kendaraan.

Tetapi saksi lain telah mengatakan kepada BBC bahwa orang-orang bersenjata tiba dengan berjalan kaki di sekolah.

Saksi mengatakan kepada BBC Hausa bahwa lebih dari 100 pria bersenjata memasuki sekolah.

"Mereka merusak gerbang sekolah dan menembaki petugas keamanan. Kemudian mereka pindah ke asrama dan membangunkan gadis-gadis itu, memberi tahu mereka sudah waktunya untuk berdoa. Setelah mengumpulkan mereka semua, gadis-gadis itu menangis dan mereka membawa mereka pergi ke hutan. Mereka juga menembak di udara saat mereka berbaris ke hutan," kata saksi.

Orang tua yang bingung kemudian berkumpul di luar sekolah dan beberapa telah keluar ke semak-semak untuk mencari putri mereka, kata para saksi mata.

Seorang guru mengatakan kepada BBC bahwa dari 421 siswa di sekolah pada saat itu, hanya 55 yang telah dipertanggungjawabkan.

Sebuah pernyataan polisi mengatakan para perwiranya dan kontingen militer telah dikerahkan ke Jangebe untuk mencari gadis-gadis itu.

Badan anak-anak PBB Unicef mengatakan itu ''marah dan sedih'' oleh penculikan massal siswa lain di Nigeria yang menggambarkannya sebagai ''brutal'' dan ''pelanggaran hak-hak anak.''

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.