Sukses

Jangan Disepelekan, Kenali Jenis-Jenis Kesemutan hingga Cara Menanganinya

Sejumlah cara ini bisa Anda lakukan jika kesemutan tiba-tiba terjadi.

Liputan6.com, Jakarta - Biasanya ketika berada di posisi yang sama dalam waktu lama tanpa adanya pergerakan apapun, tubuh akan memberikan reaksi kesemutan ketika mencoba untuk bergerak, hal ini tentu tidak nyaman dan kita mencari cara untuk menghentikannya.

Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, sensasi mati rasa, serta rasa terbakar atau menusuk di tubuh disebut paresthesia atau kesemutan.

Sering terasa di tangan, lengan, tungkai, atau kaki, tetapi juga bisa terjadi di bagian tubuh yang lain, seolah-olah sekumpulan semut merayap di bagian tubuh Anda itu, dan ini bisa sangat tidak nyaman.

Dikutip dari Bright Side, Senin (8/2/2021), sebuah penelitian yang mengamati sensasi yang timbul pada anggota tubuh saat memberikan tekanan menunjukkan bahwa kesemutan ini biasanya muncul tanpa peringatan sebelumnya, karena subjek biasanya tidak menyadari kapan perasaan itu dimulai.

Selain itu, tidak selalu menimbulkan rasa sakit, tetapi hanya sebagian besar rasa tidak nyamanan.

Jutaan orang di seluruh dunia mengalami jenis ketidaknyamanan ini, terutama mereka yang profesinya dapat membatasi mobilitas fisik mereka, seperti pekerjaan kantoran yang biasa menghabiskan waktu berjam-jam untuk duduk.

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Penyebab Terjadi Kesemutan

Tidaklah mengejutkan untuk mengatakan bahwa, di beberapa titik dalam hidup kita, kita semua pernah mengalami paresthesia (kesemutan) sementara.

Hal ini terjadi ketika kita berada di posisi yang sama dalam waktu yang lama, bisa juga sering terjadi ketika kita duduk dengan kaki bersilang atau tertidur dengan satu tangan terlipat di bawah kepala kita.

Dalam kebanyakan kasus, ini terjadi ketika tekanan berkelanjutan diberikan pada saraf, seperti yang kami sebutkan sebelumnya.

Namun, yang harus diketahui bahwa itu juga bisa disebabkan oleh cedera yang sudah ada atau kondisi mendasar lainnya yang melibatkan kerusakan pada sistem saraf, seperti cedera saraf, cakram hernia, tumor, atau hal lainnya.

3 dari 6 halaman

Mengenal Lebih Jauh Kesemutan

Paresthesia memilki beberapa jenis dan tidak semuanya memiliki tanda-tanda yang sama.

Pertama, paresthesia Buerger, merupakan jenis paresthesia kulit, yang ditandai dengan kesemutan, perih, atau kelemahan dan hilangnya sensasi di kaki, jari tangan, dan jari kaki.

Gejala paresthesia ini terkadang bisa disalahartikan sebagai aterosklerosis dan jenis penyakit lainnya, biasanya pasiennya adalah kaum muda, dari usia 20 hingga 24 tahun, yang memiliki kebiasaan tidak sehat.

Kedua, Meralgia paresthetica, suatu kondisi yang ditandai dengan mati rasa, kesemutan, dan rasa terbakar di paha luar.

Akibat dari sensasi yang dihasilkan oleh paresthesia, ada beberapa konsekuensi yang mungkin terjadi. Beberapa di antaranya adalah:

1. Masalah sirkulasi darah

2. Adopsi postur tubuh yang tidak normal saat tidur, yang mengakibatkan berbagai gangguan karena kelelahan atau kurang tidur

3. Kesulitan berjalan atau mengemudi meningkatnya risiko jatuh

4 dari 6 halaman

Cara Mengatasi

Saat menderita paresthesia, anggota tubuh yang terkena menjadi mati rasa dan kaku, tetapi pada saat yang sama tetap fleksibel.

Hal ini meningkatkan kepekaan area yang terkena saat bertumpu pada permukaan yang keras atau lunak, dan saat menyebar ke bagian lain dari anggota tubuh yang terkena.

Sensasi dari anggota tubuh yang mati rasa biasanya menghilang cukup cepat setelah tekanan pada saraf yang terkena berkurang, menyebabkan darah bersirkulasi lagi di sana.

Agar hal ini bisa terjadi, hanya perlu menggerakkan bagian yang kebas dengan melakukan olahraga, peregangan, atau pemijatan. Secara bertahap, rasa kesemutan akan berkurang hingga hilang.

5 dari 6 halaman

Waspada Paresthesia Kronis

Jika perasaan kesemutan yang aneh ini terjadi secara sangat teratur, maka kita mungkin berurusan dengan kasus paresthesia kronis yang biasanya merupakan gejala penyakit neurologis atau kerusakan saraf traumatis.

Mungkin disebabkan oleh gangguan yang mempengaruhi sistem saraf pusat, beberapa di antaranya bisa berupa stroke, multiple sclerosis, atau ensefalitis.

Tumor atau cedera vaskular juga bisa menjadi penyebab masalah ini.

Beberapa sindrom, seperti carpal tunnel syndrome, dapat merusak saraf tepi dan menyebabkan paresthesia yang disertai nyeri.

Diagnosis yang selalu dilakukan oleh dokter spesialis biasanya terdiri dari studi riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium.

Dalam beberapa kasus, tergantung pada pasien, dokter dapat meminta tes tambahan jika penyebab rasa terbakar atau gatal adalah kondisi patologis, penting untuk mengendalikannya.

 

Reporter: Veronica Gita

 

6 dari 6 halaman

Infografis Hindari 5 Hal Saat Pakai Masker Cegah Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.