Sukses

Presiden Maduro Sebut Venezuela Kembangkan Obat COVID-19, Diklaim Ampuh 100% Tanpa Efek Samping

Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyebut bahwa ilmuwannya tengah mengembangkan obat COVID-19 yang disebut ampuh 100%.

Liputan6.com, Caracas - Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan negaranya telah merancang obat "antivirus yang sangat efektif", yang mampu mematikan Virus Corona COVID-19 tanpa efek samping. 

Ia turut menambahkan bahwa obat COVID-19 tersebut akan diserahkan ke WHO untuk proses sertifikasi. 

"Saya ingin mengatakan bahwa Venezuela telah mengembangkan obat yang memusnahkan virus corona 100 persen," kata Maduro pada hari Minggu sambil menggambarkannya sebagai "antivirus yang sangat efektif."

Mengutip Russia Today, Selasa (27/10/2020), obat ini dirancang oleh Institut Penelitian Ilmiah Venezuela (IVIC) yang telah bekerja untuk menyembuhkan virus selama enam bulan terakhir, katanya.

Obat itu didasarkan pada molekul yang disebut TR-10, yang diisolasi dan, ketika diadu melawan virus, membuktikan keefektifan absolutnya, katanya.

Maduro mengatakan penelitian tersebut telah ditinjau oleh para ahli dan ilmuwan dan akan dipresentasikan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sehingga dapat mengesahkan temuannya. 

Saat dia menggembar-gemborkan potensi terobosan dalam terapi COVID-19, Maduro mengatakan Venezuela berharap "untuk menawarkan perawatan ini kepada dunia."

Ia pun memberi selamat kepada IVIC atas "kontribusi besar ini bagi kemanusiaan."

Produksi massal obat itu akan difasilitasi melalui "aliansi internasional" , katanya tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Diklaim Aman 100%, Tanpa Efek Samping

Institut yang tengah mengembangkan temuan tersebut menyatakan bahwa bat yang baru dikembangkan itu benar-benar aman.

Pihaknya juga bersikeras bahwa obat tersebut "tidak mempengaruhi molekul sehat dalam tubuh" dan tidak mengakibatkan efek samping apa pun. 

Studi tersebut dilakukan pada sel virus yang diisolasi dari pasien virus corona Venezuela, kata Gabriela Jiménez, menteri sains dan teknologi.

Molekul tersebut adalah turunan asam ursolat, yang "telah menunjukkan 100 persen penghambatan replikasi virus secara in vitro [di luar organisme hidup]," katanya, seperti dikutip oleh Kantor Berita EFE.

Awal bulan ini, Venezuela menjadi negara Amerika Latin pertama yang menerima vaksin Sputnik V Covid-19 dari Rusia. Sekitar 2.000 orang diharapkan akan diimunisasi di Venezuela sebagai bagian dari uji coba fase III. Vaksin tersebut telah terdaftar di Rusia sejak Agustus lalu, menjadikannya vaksin COVID-19 terdaftar pertama di dunia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.