Sukses

Tensi AS Vs China Jadi Topik Bahasan dalam Pertemuan Menlu ASEAN ke-53

AMM (Asean Foreign Minister Meeting) ke-53 mengangkat masalah AS dan China.

Liputan6.com, Jakarta - Persaingan AS-China akan mendominasi diskusi ketika para menteri luar negeri dari 10 negara Asia Tenggara (ASEAN) memulai pertemuan puncak secara virtual pada Rabu 9 September 2020.

KTT diselenggarakan hanya beberapa hari setelah China meluncurkan rudal balistik di perairan titik nyala sebagai bagian dari latihan tembak langsung dan ketika Washington dan Beijing bentrok atas berbagai masalah mulai dari perdagangan hingga virus corona. Demikian seperti mengutip laman Channel News Asia, Rabu (9/9/2020).

Para menteri akan bergabung dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan mitranya dari China Wang Yi untuk KTT pertama mereka sejak AS mengumumkan sanksi terhadap perusahaan China atas pembangunan pulau-pulau buatan Beijing di perairan yang disengketakan.

Laut China Selatan yang kaya sumber daya diklaim secara keseluruhan oleh Beijing tetapi juga diperebutkan oleh Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.

Pertengkaran baru antara China dan Filipina atas Scarborough Shoal - salah satu tempat penangkapan ikan terkaya di kawasan itu - juga jadi bagian dari pembicaraan.

"Partai Komunis China terlibat dalam pola yang jelas dan intensif untuk menindas tetangganya," kata Pompeo menjelang KTT.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Topik Utama Lain

Ketegangan atas Semenanjung Korea juga akan menjadi agenda utama. Pembicaraan antara Pyongyang dan Washington tentang persenjataan nuklir Korea Utara terhenti sejak runtuhnya KTT Hanoi antara pemimpin Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump tahun lalu.

Pandemi COVID-19 akan banyak dibahas dalam diskusi, setelah Vietnam, ketua Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) saat ini, memperingatkan pada pertemuan pada bulan Juni bahwa dampak dari virus telah menyapu keuntungan ekonomi selama bertahun-tahun.

Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc mengatakan dalam sambutan pembukaan bahwa "orang dan perusahaan menderita kerugian besar" dan "lingkungan geopolitik, ekonomi regional, termasuk Laut Timur (Laut China Selatan), mengalami beberapa pergolakan, mempengaruhi perdamaian dan stabilitas".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.