Sukses

Joe Biden: Penjarahan dan Kerusuhan Bukan Protes

Capres AS Joe Biden turut mengecam penjarahan dan kerusuhan yang terjadi di beberapa daerah.

Liputan6.com, Pittsburgh - Capres Amerika Serikat Joe Biden mengecam tindakan demonstrasi anarkis yang terjadi di negaranya. Gerakan protes berlangsung di beberapa daerah usai kematian warga kulit hitam George Floyd pada Mei lalu. Protes juga disertai aksi penjarahan.

Demonstrasi masih berlanjut di kota Portland, Oregon. Totalnya, aksi protes di kota itu sudah berlangsung tiga bulan dan sempat diwarnai aksi vandalisme. 

Joe Biden berkata segala tindakan vandalisme bukanlah bentuk protes yang sah. Ia lantas mendukung agar pelaku kerusakan diseret ke meja hijau. 

"Berbuat rusuh bukanlah protes. Menjarah bukanlah protes. Membakar bukanlah protes. Hal-hal itu bukanlah protes. Itu rimba. Jelas dan sederhana. Dan orang-orang yang terlibat harusnya dituntut," ujar Joe Biden dalam pidato di Pittsburgh, seperti dikutip Selasa (1/9/2020). 

Joe Biden juga mengecam Donald Trump yang dianggap gagal menyatukan masyarakat. Biden berjanji jika ia menjadi presiden maka ia bisa membuat rakyat lebih aman. 

Retorika "law and order" milik Presiden Trump juga dikritik Biden karena Trump dianggap tak bisa mengontrol pendukungnya.  

"Ia mungkin percaya mengucapkan 'law and order' membuatnya kuat, tetapi kegagalannya untuk meminta pendukungnya supaya berhenti bertingkah bagai militan bersenjata di negara ini justru menunjukan betapa lemahnya dia," kata Biden.

Sebelumnya, Donald Trump menuduh Joe Biden sangat lambat mengecam pelaku anarkis. Trump berkata Joe Biden menyalahkan polisi dalam pidatonya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

3 Bulan Kerusuhan di Portland

Kota Portland di Oregon, Amerika Serikat, masih dilanda demonstrasi meski sudah 90 hari berlalu. Protes yang diwarnai anarkistis itu bermula dari kematian warga kulit hitam George Floyd.

Para aktivis Black Lives Matter di Portland lantas terus bentrok dengan polisi setempat. Mereka menuntut agar anggaran polisi dipangkas dan Wali Kota Portland Ted Wheeler turun dari jabatannya. 

Sebagai catatan, George Floyd meninggal di kota Minneapolis. Jarak antara Minneapolis dan Portland hampir sama seperti jarak antara Jakarta dan Kuala Lumpur. 

Presiden AS Donald Trump akhirnya marah kepada Wali Kota Ted Wheeler karena dianggap gagal mengendalikan situasi. Selain itu, Ted Wheeler menolak bantuan Garda Nasional dari pemerintah pusat.

Donald Trump lantas meluapkan kemarahannya via Twitter. Ia menyebut Ted Wheeler sebagai radikal kiri, konyol, dan bodoh.

"(Ted Wheeler) menonton kematian besar dan kehancurkan Kotanya selama menjabat, dipikirnya situasi tanpa hukum ini harus berlanjut selamanya. Salah! Portland tidak akan pernah pulih bersama seorang Wali Kota bodoh," ujar Trump.

Donald Trump juga meledek Ted Wheeler yang bulan lalu mencoba berbaur dengan pendemo, namun ia malah disoraki ramai-ramai.

Kemarin, seorang simpatisan Trump meninggal dunia di demo Portland. Ia adalah korban jiwa pertama dalam demo panjang di Portland.

Bantuan yang ditawarkan Donald Trump adalah Garda Nasional. Akan tetapi, pemerintah federal tak bisa mengintervensi langsung, melainkan butuh permintaan resmi pemerintah setempat untuk mengerahkan pasukan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.