Sukses

Dokter Prancis Dinilai Rasis, WHO Tolak Gagasan Uji Coba Vaksin Corona di Afrika

Sejumlah dokter berinisiasi untuk mengadakan uji coba vaksin di Afrika, tapi kemudian ditolak oleh WHO.

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengutuk komentar "rasis" dua dokter Prancis yang menyarankan vaksin untuk Virus Corona COVID-19 dapat diuji di Afrika.

"Afrika tidak bisa dan tidak akan menjadi tempat pengujian untuk vaksin apa pun," kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Melansir laman BBC, Selasa (7/4/2020), pernyataan para dokter selama debat di TV memicu kemarahan, dan mereka dituduh memperlakukan orang Afrika seperti "kelinci percobaan manusia".

Salah satu dari mereka kemudian mengeluarkan permintaan maaf.

Ketika ditanya tentang saran dokter selama briefing Virus Corona, Dr Tedros menjadi sangat marah, menyebutnya mabuk dari "mentalitas kolonial".

"Itu memalukan, mengerikan, untuk mendengar selama abad ke-21 dari para ilmuwan, ucapan semacam itu. Kami mengutuk ini dengan cara sekuat mungkin dan kami meyakinkan Anda bahwa ini tidak akan terjadi," katanya.

Karena jumlah kasus yang dikonfirmasi di Afrika terus meningkat, beberapa pemerintah memberlakukan tindakan yang lebih keras untuk mencoba memperlambat penyebaran virus. Presiden Kenya Uhuru Kenyatta telah melarang semua perjalanan keluar-masuk ibu kota, Nairobi, dan tiga kota besar lainnya selama tiga minggu.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Inisiatif Dokter

Selama debat di saluran TV Prancis LCI, Camille Locht, kepala penelitian di kelompok riset kesehatan Inserm, berbicara tentang uji coba vaksin di Eropa dan Australia.

Jean-Paul Mira, kepala perawatan intensif di rumah sakit Cochin di Paris, kemudian mengatakan, "Jika saya bisa menjadi provokatif, bukankah kita harus melakukan penelitian ini di Afrika, di mana tidak ada masker, tidak ada perawatan, tidak ada resusitasi?"

"Agak seperti itu dilakukan di tempat lain untuk beberapa penelitian tentang AIDS. Pada pelacur, kami mencoba hal-hal karena kami tahu bahwa mereka sangat terpapar dan mereka tidak melindungi diri mereka sendiri."

Locht mengangguk setuju dengan saran ini, dan berkata, "Anda benar. Kami sedang dalam proses berpikir tentang studi paralel di Afrika."

Dr Mira sebelumnya mempertanyakan apakah penelitian akan bekerja sesuai rencana pada petugas kesehatan di Australia dan Eropa karena mereka memiliki akses ke alat pelindung diri (APD) saat bekerja.

Acara itu memicu kemarahan luas, termasuk dari mantan pemain sepak bola Didier Drogba, yang menyebut komentar itu "sangat rasis". Dia menambahkan, "Jangan menganggap orang Afrika sebagai kelinci percobaan! Benar-benar menjijikkan".

Rekan mantan pemain sepak bola Samuel Eto'o menyebut para dokter itu sebagai "pembunuh".

Komentar para dokter juga memicu kekhawatiran yang ada di Afrika bahwa orang Afrika akan digunakan sebagai kelinci percobaan untuk vaksin Virus Corona COVID-19 baru.

Pusat-pusat penyebaran virus telah ditargetkan di negara-negara Afrika. Baru-baru ini, sebuah fasilitas yang sedang dibangun di Abidjan di Pantai Gading diserang dan dihancurkan oleh pengunjuk rasa.

Rekaman yang di-posting di media sosial menunjukkan orang-orang merusak wilayah itu dengan tangan kosong, dan menghancurkan bahan bangunan di sana. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.