Sukses

Terungkap, Gletser Himalaya Tercemar Aktivitas Manusia Sejak 1780

Aktivitas manusia mencemari gletser ini sebelum ada yang menginjak pegunungan sampai tahun 1953.

Liputan6.com, Himalaya - Penelitian baru menunjukkan bahwa pencemaran gletser dimulai pada 1780-an selama revolusi industri, ber perjalanan lebih dari 9,6 km dari London ke gunung Himalaya. 

Para peneliti mempelajari sampel es yang didapatkan dari gletser di puncak tertinggi yang pernah dibor. Tempat kejadian berada di Gunung Shishapangma 23.600 kaki di atas permukaan laut.

Ketika para peneliti menganalisis dan memberi tanggal pada es, mereka secara tidak wajar menemukan logam mengandung racun tingkat tinggi yang dikaitkan dengan pembakaran batu bara.

Dilansir dari CNN, Kamis (13/2/2020), logam terlacak dari abu salju yang terkontaminasi dan kemudian jatuh ke gunung.

Pencemaran tersebut kemungkinan adalah abu yang berasal dari pabrik-pabrik di London, atau sisa dari kebakaran hutan yang dibuat oleh petani untuk membuka lahan bagi populasi yang terus bertambah.

Tidak ada manusia yang menginjakkan kaki di sekitar pegunungan sampai tahun 1953. Karena ketinggian gletser, pencemaran lebih cenderung berasal dari tempat yang lebih tinggi di atmosfer daripada dari daerah di sekitarnya.

Hal yang menjadi pertanyaan utama adalah bagaimana sebuah abu mampu menemukan jalannya dari tempat asalnya ke gletser Himalaya itu?

Penulis utama studi ini yang sekaligus menjadi peneliti di The Ohio State University Paolo Gabrielli, berpikir bahwa abu masuk melalui atmosfer atas. Melalui itu, angin yang mengelilingi seluruh dunia dari Barat ke Timur meniupnya sampai ke Himalaya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pentingnya Melestarikan Es

Inti es yang dianalisis dalam penelitian ini dikumpulkan pada tahun 1997 oleh tim peneliti internasional dan disimpan dalam freezer di Pusat Penelitian Byrd Polar, Universitas Negeri Ohio.

"Sampel es dari daerah kutub menceritakan kisah yang memiliki makna global, karena daerah kutub jauh dari pancaran daerah setempat seperti desa, industri, dan hutan," jelas Gabrielli.

Hal ini telah menjadi persoalan pokok dari banyak percobaan sejak itu, karena teknologi yang berkembang memungkinkan untuk analisis yang semakin kompleks.  

Inti es adalah silinder dari es yang dibor dari gletser, kemudian terbentuk oleh tumpukan salju selama ribuan tahun. Inti es yang tampak seperti ini adalah arsip beku masa lalu, seperti yang dikatakan oleh Lonnie Thompson yang merupakan salah satu peneliti dan membantu mengebor inti es.

Menurut Thompson, inti es mengandung sejarah suhu dari planet ini. "Semua gas rumah kaca terperangkap dalam gelembung-gelembung kecil, jadi kita bisa melihat apa variabilitas alaminya, jauh sebelum manusia menjadi penyebabnya," jelas Thompson.

Dia mengatakan bahwa saat ini penting untuk melestarikan es, karena dalam beberapa tahun inti es ini semuanya bisa hilang. Hal itu terbukti dengan banyak gletser yang ia gali saat awal karirnya, namun sudah tidak ada lagi saat ini.

Meskipun demikian, di satu sisi, program Thompson dan peneliti lainnya telah menjadi lebih dari misi penyelamatan untuk menangkap arsip-arsip ini sebelum mereka berada dalam bahaya akibat pencairan.

 

Reporter: Jihan Fairuzzia 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.