Sukses

Penelitian Insinyur ITB Harkunti Pertiwi Rahayu Menangkan Newton Prize 2019

Insinyur ITB berhasil membawa pulang penghargaan bergengsi dari Inggris: Newton Prize.

Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) Ir. Harkunti Pertiwi Rahayu, Ph.D. menjadi juara pada Newton Prize di Indonesia. Ia menang berkat penelitian bersama Profesor Richard Haigh dari Universitas Huddersfield.

Dengan menggabungkan pendekatan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan Adaptasi Perubahan Iklim (API), peneliti Indonesia dan Inggris itu mengembangkan strategi baru untuk melindungi daerah pesisir.

Yang diteliti Hartati bukan semata cara mencegah bencana, melainkan melakukan pemetaan sebelum mengatur strategi mitigasi bencana tersebut. Hal-hal yang dipetakan adalah tingkat vulnerability, kapasitas menghadapi bencana, dan tingkat ancaman.

Salah satu yang didorong penelitian Hartati dalam hal kapasitas adalah kesiapan masyarakat. Pemerintah pun seharusnya tak hanya membangun sisten deteksi tsunami, melainkan memastikan sistem itu berpusat pada manusia (people-centered early warning system).

"Masyarakat perlu diberdayakan, perlu ditingkatkan kemampuannya sehingga dia bisa merespons," ujar Harkunti pada Selasa malam (14/1/2020) di Jakarta. "Kita bikin peringatan dini yang bagus kayak apapun kalau masyarakatnya tidak respons tentu sangat sia-sia bagi pemerintah pusat," jelasnya.

Malam penganugerahan Newton Prize turut hadiri Duta Besar Inggris Owen Jenkins, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro, dan Menteri Asia dan Pasifik Inggris Heather Wheeler.

Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro berkata penelitian Harkunti berdampak nyata dari segi ekonomi. Penelitian Harkunti dinilai bisa melindungi masyarakat pesisir dari ancaman ekonomi akibat bencana alam.

"Setiap kalau terjadi bencana, unfortunately, yang paling menderita itu orang yang kategori miskin dan paling banyak orang miskin petani dan nelayan," ujar Bambang yang sebelumnya menjabat sebagai kepala Bappenas.

"Jadi otomatis kita harus memberikan perhatian lebih kepada mitigasi bencana di pesisir karena tentunya orang yang hidupnya sudah susah pasti hidupnya makin sudah ketika ada bencana," ucap sang menteri.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ingin Berdampak Positif ke Negara yang Terdampak Tsunami 2004

Penelitian Harkunti memenuhi penilaian pengurangan ketimpangan, kota dan komunitas berkelanjutan, aksi  terhadap iklim, dan kemitraan untuk mencapai tujuan dari Sustanainable Development Goals (SDGs).

Tim Harkunti juga melakukan kajian kesiapsiagaan dan memberi rekomendasi menghadapi bencana tsunami dan prioritas pengembangan kapasitas negara untuj anggota Komisi Oseanografi Antar Pemerintah UNESCO dan Kelompok Koordinasi Antar Pemerintah untuk Peringatan Tsunami Samudera Hindia.

Penelitian ini berhasil meningkatkan  kesadaran aktor nasional, regional, dan lokal untuk penyempurnaan prosedur tetap operasional dan membantu petugasdi pusat pengendalian operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam melalukan operasi rutin untuk menerima dan menyebarkan informasi peringatan dini yang resmi dari pusat gempa dan tsunami nasional.

"Semoga hasil temuan kami bisa dimanfaatkan tidak hanya oleh bangsa Indonesia saja tapi juga bangsa lain yang terdampak tsunami 2004," jelas Harkanti.

Penelitian ini didanai bersama oleh Inggris melalui Newton Fund dan Indonesia melalui APBN, LPDP, Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia (DIPI), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). British Council dan Kemenristek/BRIN juga membantu melakukan fasilitiasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.