Sukses

Menlu Australia Harapkan Perdamaian di Semenanjung Korea

Usai Korea Utara meluncurkan rudalnya, pihak Korsel merasa khawatir. Mengetahui hal itu, Menlu Australia mengharapkan perdamaian kedua negara tersebut.

Liputan6.com, Canberra - Pada Selasa 10 Desember 2019, Menteri Pertahanan Korea Selatan menyatakan "kekhawatiran mendalam" atas uji coba mesin dan peluncuran rudal balistik Korea Utara baru-baru ini ke laut.

Dalam kunjungannya ke Sydney, Menteri Pertahanan Korea Selatan, Jeong Kyeong-doo mengatakan uji coba Korea Utara yang tidak dirinci tersebut, di sebuah lokasi peluncuran roket adalah uji coba mesin roket. Demikian dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (11/12/2019).

Peristiwa ini terjadi di tengah-tengah spekulasi Korea Utara mengambil langkah awal ke arah peluncuran roket jarak jauh yang dilarang.

Dalam konferensi pers, Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne dan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha juga berbicara mengenai pentingnya bekerja sama untuk membangun perdamaian di semenanjung Korea.

Banyak pakar mengatakan uji coba yang dilaporkan itu mengindikasikan Korea Utara sedang bersiap-siap meluncurkan roket pembawa satelit dalam uji terselubung, teknologi rudal jarak jauh di tengah kebuntuan dalam diplomasi yang dipimpin AS untuk mengakhiri krisis nuklir Korea Utara.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rudal Balistik dari Korea Utara

Penasihat senior Presiden Korea Selatan menyatakan frustrasi berat atas kebijakan Amerika terhadap Korea Utara, karena Amerika tidak membantu Korea Selatan memainkan peran sebagai penengah dalam perundingan dengan Pyongyang.

Jeong Se-hyun, penasihat presiden tentang masalah penyatuan kedua Korea mengatakan kepada VOA, Amerika juga mestinya menawarkan insentif lebih banyak kepada Korea Utara supaya menghentikan program senjata nuklirnya. Demikian dikutip dari VOA Indonesia, Senin (2/12/2019). 

"Jangan berpura-pura menawarkan hadiah, tapi sebenarnya menggunakan ancaman," kata Jeong.

"Korea utara harus diberi 'hadiah' dulu," katanya, "dan kalau tidak berhasil barulah digunakan 'cambuk'."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.