Sukses

4 Mitos Menarik Soal Pertunjukan Lumba-lumba yang Beredar di Masyarakat

4 mitos ini membuat banyak orang percaya bahwa pertunjukan lumba-lumba dianggap menyenangkan.

Liputan6.com, Jakarta - Harapan hidup rata-rata lumba-lumba di alam bebas adalah 20-30 tahun, namun ketika mamalia ini hidup di penangkaran, jumlah tersebut menyusut setidaknya 2 kali.

Ada beberapa jenis binatang yang habitatnya di air dijadikan sebagai 'maskot' dalam sebuah pertunjukan hiburan yang menampilkan satwa dilindungi. Misalnya saja sirkus atau pentas lumba-lumba atau singa laut atau anjing laut.

Ketika para oknum memanfaatkan hewan tersebut demi mengambil keuntungan, mereka sudah tidak mempedulikan lagi kondisi yang dialami para binatang yang mereka gunakan. Bahkan ketika ada lumba-lumba yang mati, tanpa mempublikasikannya, lumba-lumba tersebut diganti dengan yang baru.

Sejumlah negara telah mengeluarkan undang-undang yang melarang pertunjukan lumba-lumba. Tetapi di beberapa negara lain, pentas semacam ini masih saja ada dan dianggap normal.

Mirisnya, masih banyak masyarakat yang belum menyadari atau bahkan tak peduli dengan apa yang ada 'di balik layar' dari panggung-panggung itu.

Bright Side yang dikutip pada Senin (1/4/2019), menemukan sejumlah persepsi dari orang-orang yang mengunjungi atraksi-atraksi yang melibatkan lumba-lumba, singa laut, anjing laut, gajah, harimau, singa, monyet, dan sebagainya.

Seringkali, pemasaran yang dilakukan oleh pihak penyelenggara acara dianggap berhasil meyakinkan publik bahwa binatang-binatang itu bahagia berada di 'cengeraman' mereka. Simak 4 mitos di bawah ini.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Lumba-lumba Selalu Tersenyum

Mitos: banyak orang menganggap bahwa lumba-lumba hidung botol (Tursiops truncatus) --yang sering terlihat di pertunjukan hiburan-- selalu tersenyum.

Namun, 'senyum' mereka sesungguhnya hanya bagian dari anatomi rahang yang menciptakan ilusi makhluk yang selalu bahagia dan ramah.

Itulah mengapa, mamalia ini selalu terlihat gembira, karena memang bentuk rahang mereka sudah seperti itu.

Fakta: lumba-lumba tidak suka menghibur orang. Mereka 'tersenyum' ketika mereka bahagia maupun ketika mereka merasa tidak enak. Tapi secara fisik, mereka tidak bisa terlihat tidak bahagia.

3 dari 5 halaman

2. Mata yang Menyipit Tanda Sedang Senang

Bahan kimia yang digunakan untuk mendisinfeksi kolam renang, di mana banyak lumba-lumba tangkapan dipelihara untuk sirkus, sebagian besar mengandung klorin.

Ketika klorin berada di dalam air dan memiliki reaksi kimia dengan kotoran hewan, zat ini berubah menjadi zat yang meracuni binatang yang berada di tempat tersebut. Selain itu juga menyebabkan berbagai penyakit dan melemahkan sistem kekebalan tubuh satwa.

Jika konsentrasi klorin dalam air terlalu tinggi, pada dasarnya dapat mencederai mata hewan. Mereka dapat benar-benar menjadi buta.

Inilah sebabnya mengapa lumba-lumba yang berada di tempat atraksi sering berenang dengan mata tertutup, yang seolah-olah mereka menyipit karena mereka bahagia.

Tetapi jumlah bahan kimia di kolam renang mungkin tidak cukup untuk melawan bakteri berbahaya di dalam air, di mana hewan itu akan berakhir dengan infeksi jamur di sekujur kulit mereka.

4 dari 5 halaman

3. Lumba-lumba Tidak Agresif

Banyak orang mendengar bahwa lumba-lumba menggunakan ekolokasi untuk bergerak. Di kolam renang kecil, pantulan gelombang sonar dapat berdampak serius pada jiwa mereka.

Jika kemudian ada musik yang keras, teriakan dan tepuk tangan penonton, maka lumba-lumba akan merasa tertekan, lalu stres dan jadi agresif.

Lumba-lumba adalah hewan liar dan perilakunya tidak dapat diprediksi. Inilah sebabnya mengapa selama pertunjukan lumba-lumba, banyak dari mereka yang dibius. 

 
 
 
View this post on Instagram

Krissy Dodge: "The night before a big event or a big park day, such as the 4th of July, they would say 'don't give [the dolphins] as much food because tomorrow we want them to be hungry and we want them to eat from the guests.' People didn't realize that they shouldn't hold the tray [of fish] over the water. One of the dolphins while I was there figured out that if the kids held out the tray, he could take the whole tray instead of just getting one fish. So within a matter of minutes all the other dolphins learned the same thing. They would go up to the guests and grab the whole tray right out of their hands. During this time, one of the dolphins grabbed onto a child's hand, and raked [i.e. gouged the skin with its teeth] the whole hand. I was the one that had to talk to the parents and go to management. In the end the parents were soothed. They were given free park passes. They had one of the Animal Care Staff get inside the wall and walk around [the pool] to tell people over and over and over not to put the tray over the pool. For the dolphins, it was something new in their environment that we were walking along the pool ledge. They would come up to us and bite and grab onto our ankles. It hurt, but we weren't allowed to show any reaction because the dolphins would get a kick out of it and keep doing it. We'd have guests ask, 'Does that hurt?' and we'd say, 'Oh no, it's not bad at all. They are just playing.' When really, it hurt pretty bad. Enough to let you know, 'I could really hurt you if I wanted.'"

A post shared by Cetacean Awareness (@seaworld_secrets) on

5 dari 5 halaman

4. Lumba-lumba Bisa Menyembuhkan Penyakit

Dolphinariums secara aktif mempromosikan layanan terapi dengan memanfaatkan lumba-lumba, terutama kepada anak-anak yang membutuhkan perawatan khusus.

Studi yang mengklaim bahwa terapi lumba-lumba berguna, biasanya tidak mempertimbangkan fakta bahwa efeknya hanya jangka pendek dan seperti plasebo.

Sebagian besar dari efek jangka panjang itu, mereka hanya senang karena mereka pergi ke suatu tempat baru, mendapat banyak perhatian, diberi senyuman oleh orang-orang lain, sehingga mereka merasa bahagia. Salah satu bantahannya adalah bahwa mereka yang menjalani terapi macam itu juga sering diserang oleh lumba-lumba yang jadi terapisnya.

Ada beberapa film dokumenter yang telah mengungkap rahasia bisnis ini, seperti film pemenang Oscar "The Cove". Namun, bahkan setelah menonton film seperti ini, beberapa orang mengatakan bahwa jika Anda membiarkan semua hewan ini kembali ke laut, mereka akan mati.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.