Sukses

Pangeran Arab Saudi Kritik Langkah AS Tarik Pasukan dari Suriah  

Seorang pangeran Arab Saudi mengatakan bahwa penarikan pasukan Amerika Serikat dari Suriah akan memperburuk situasi.

Liputan6.com, Riyadh - Seorang pangeran senior kerajaan Arab Saudi Pangeran Turki al-Faisal mengatakan bahwa penarikan pasukan Amerika Serikat dari Suriah akan memperburuk situasi di negara yang masih dilanda perang tersebut.

Dalam wawancara dengan BBC, Pangeran Arab Saudi, Turki al-Faisal mengatakan dunia saat ini bersalah menelantarkan warga Suriah dan rencana penarikan pasukan AS akan memberikan dampak 'yang sangat negatif."

"Tindakan AS, dari sudut pandang saya, akan semakin membuat situasinya lebih kompleks, dan bukannya malah menciptakan solusi, dan ini membuat tidak saja Iran semakin berpengaruh, namun juga Rusia dan Bashar al-Assad." katanya kepada BBC, seperti dikutip dari ABC Indonesia, Rabu (16/1/2018).

"Jadi dari sudut pandang tersebut tentu saja ini merupakan perkembangan yang sangat negatif."

Bulan Desember lalu, Presiden AS Donald Trump menyatakan kemenangan atas ISIS di Suriah dan mengatakan dia akan menarik sekitar 2 ribu tentara dari negara tersebut.

Pangeran Faisal mengatakan mundurnya Menteri Pertahanan AS James Mattis - yang mundur bulan Desember - juga tidak membantu keadaan.

"Jelas sekali dia berbeda pendapat dengan pemerintah mengenai kebijakan di Suriah, jadi dalam konteks ini kalau dia masih menjabat ini akan berarti pertanda lebih positif bagi kebijakan untuk tetap berada di sana."

Pangeran Faisal tidak lagi memiliki jabatan dalam pemerintahan Arab Saudi namun menurut BBC, pandangannya besar kemungkinan menggambarkan pandangan resmi pemerintah Saudi.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pangeran Faisal Singgung Hubungan Saudi - AS Pascapembunuhan Jamal Khashoggi

Sementara itu, Pangeran Faisal sebelumnya berbicara dengan BBC menjelang kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo yang akan berkunjung ke ibu kota Saudi, Ryadh sebagai bagian dari lawatan ke Tmur Tengah.

Hubungan antara Riyadh dan Washington tetap tegang menyusul pembunuhan terhadap kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi bulan Oktober lalu di konsulat Saudi di Istanbul.

Anggota dari tim pengawal Putra Mahkota Mohammed bin Salman diduga kuat menjadi pelaku dan para politisi di Amerika Serikat telah mendesak AS menarik dukungan terhadap perang yang dilakukan Saudi di Yaman.

"Kami akan melanjutkan pembicaraan dengan Putra Mahkota dan juga pihak Saudi guna memastikan adanya akuntabilitas penuh dan ditambah rasa hormat berkenaan dengan pembunuhan terhadap Jamal Kashoggi," kata Pompeo.

Pangeran Faisal menekankan posisi Saudi bahwa Putra Mahkota tidak terlibat dalam pembunuhan tersebut, dan menyebut liputan media berkenaan dengan tewasnya Khashoggi sebagai 'usaha tidak adil guna mengkriminalisasi Putra Mahkota."

"Tindakan tidak benar yang dilakukan bawahan bukan hal yang unik di kerajaan, juga bukan hal yang unik bagi Putra Mahkota.' katanya kepada BBC.

"Tidak ada bukti bahwa bahwa dia terlibat dalam pembunuhan yang keji tersebut."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.