Sukses

Muslim Pertama hingga Banyak Anggota Wanita, Keberagaman di Pelantikan Kongres AS

Pelantikan terbaru Kongres Amerika Serikat diiringi berbagai keberagaman yang menarik perhatian.

Liputan6.com, Washington DC - Pada Kamis malam, 4 Januari 2019, House of Representative atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat (AS) resmi mengesahkan susunan terbaru anggota Kongres, yang kini memasuki angkatan ke-116.

Anggota Dewan dari kubu Demokrat asal California, Nancy Pelosi (78), kembali terpilih sebagai Speaker--sebutan bagi ketua DPR AS--yang merupakan peran paling kuat ketiga di Washington, setelah presiden dan wakil presiden.

Dikutip dari BBC pada Jumat (4/1/2019), Pelosi kembali mengetuk palu pengesahan Kongres ke-116, yang menjadi agenda pengambilan sumpah paling beragam dalam sejarah DPR AS, setelah Demokrat menguasai suara terbesar dalam pemilu paruh waktu terakhir.

Kemenangan Pelosi hadir bersamaan dengan penutupan sebagian pemerintah Amerika Serikat akibat pertikaian terkait dana pembangunan dinding perbatasan di selatan.

Pelosi mengatakan dia ingin mengakhiri penutupan pemerintahan tersebut, tetapi tidak akan mendukung pembangunan tembok pembatas dengan Meksiko.

"Saya sangat bangga menjadi seorang wanita yang memimpin Dewan Kongres ini, sekaligus menandai tahun ke-100 kaum Hawa memiliki hak untuk memilih," katanya.

"Dan, bahwa kita semua memiliki kemampuan dan hak istimewa untuk melayani rakyat lebih dari 100 anggota wanita di Kongres, jumlah terbesar dalam sejarah," lanjut Pelosi bangga.

Nancy Pelosi berhasil merebut palu kendali DPR AS ketika lebih banyak anggota wanita diterima dari tahun-tahun sebelumnya.

Tiga Wanita Muslim Pertama di Kongres AS

Selain itu, tiga orang dari kubu Demokrat juga turut mencetak sejarah dalam perpolitikan Amerika Serikat, yakni sebagai wanita muslim pertama yang berhasil dilantik sebagai anggota Kongres pada Kamis siang.

Dalam pelantikannya, salah satu dari mereka datang mengenakan jilbab, dan seorang lainnya membawa salinan Alquran legendaris milik Bapak Bangsa Thomas Jefferson.

Perwakilan negara bagian Minnesota Ilhan Omar menjadi yang pertama mengenakan jilbab religius di agenda pelantikan tersebut, sekaligus menandai pelonggaran menggunakan penutup kepala yang telah berlaku selama lebih dari 180 tahun.

Rekannya dari negara bagian Michigan, Rashida Tlaib, mengenakan jubah tradisional Palestina dan meletakkan tangannya pada salinan Al-Quran milik Thomas Jefferson--yang berasal dari tahun 1734--untuk mengambil sumpahnya.

Sementara itu, Den Haaland, seorang perwakilan muslim Demokrat dari negara bagian New Mexico, mengenakan gaun Pubelo, perhiasan pirus, dan sepatu mokasin ketika dia mengambil sumpah jabatan.

"Ini penting bagi saya karena banyak orang Amerika memiliki perasaan bahwa Islam entah bagaimana asing bagi sejarah AS," kata Tlaib kepada Detroit Free Press.

"Muslim ada di Amerika pada awalnya. ... Beberapa pendiri kami tahu lebih banyak tentang Islam daripada beberapa anggota Kongres sekarang," lanjutnya menegaskan.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perubahan Pandangan Republik

Bukan hanya soal keberagaman, DPR AS juga menorehkan sejarah dengan melonggarkan beberapa aturan dalam agenda pelantikan masa bakti ke-116 itu.

Saat berjalan masuk ke aula besar di Capitol Hill, nama gedung DPR AS, langkah Pelosi diikuti oleh sebagian besar anak dan cucunya. Mereka melambaikan tangan ke seluruh penjuru ruangan, termasuk ke barisan tamu undangan non-anggota yang berada di galeri atas.

Di saat bersamaan, kerumunan wartawan telah memenuhi area meliput yang telah disediakan. Namun, di luar gedung, masih banyak kuli tinta yang antre melewati area pindai keamanan untuk masuk ke dalam Capitol Hill.

Perwakilan dewan dari negara bagian New York, Hakeem Jeffries--yang juga ketua Kaukus Demokrat--mempersilakan Pelosi untuk menyampaikan pidato, yang disambut tepuk tangan meriah dari sebagian besar hadirin.

Sementara itu, menurut pantauan New York Times, hanya sedikit anggota Partai Republik yang berdiri selama tepuk tangan meriah terhadap pidato Polesi.

Partai Republik dan senjata politik mereka yang dibiayai dengan baik, telah bertahun-tahun berkampanye melawan Pelosi sebagai seorang liberal yang tidak tersentuh.

Secara khusus, kubu Republik juga kerap menilai Poleso sebagai liberal elite asal San Francisco yang haus kekuasaan.

Namun, hal unik terjadi dalam setahun terakhir, ketika sebagian anggota Partai Republik beralih mendukung kandidat Demokrat.

Hal itu terungkap ketika Komite Kongres Nasional Republik membeberkan pesan teks kepada para pemilih di 15 distrik, mengumumkan anggota Demokrat yang baru telah memilih Pelosi dalam kampanye bertajuk "Fight Back NOW!", atau "Lawan Balik SEKARANG!".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.