Sukses

Prancis Vs AS: Serangan Kritik Trump ke Macron Dinilai Tidak Pantas

Pemimpin AS dan Prancis masih terlibat ketegangan terkait isu nasionalisme berlebihan, atau chauvinisme.

Liputan6.com, Paris - Twit Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengejek rekannya dari Prancis, Emmanuel Macron, disebut tidak pantas dan menunjukkan kurangnya "kesopanan umum", kata juru bicara pemerintah Prancis.

Pada Selasa 13 November, Trump menyerang balik Macron tentang nasionalisme Prancis, rencana pembaharuan tentara Eropa, dan peringkat pemimpin negara tersebut.

"Hari ini (13 November) kami memperingati pembunuhan terhadap 130 orang kami," kata juru bicara pemerintah Perancis Benjamin Griveaux, mengacu pada serangan Paris 2015.

Dikutip dari BBC pada Kamis (15/11/2018), Trump menyebut peringatan terhadap serangan Paris adalah standar ganda, karena sebelumnya, Prancis mengkritik AS terlalu membanggakan nasionalisme terkait kebijakan "America First".

Griveaux menegaskan bahwa 13 November adalah tanggal di mana Prancis menandai insiden tragis tiga tahun lalu di Paris dan Saint-Denis, ketika pemboman bunuh diri dan penembakan massal menewaskan 130 orang, serta melukai ratusan lainnya.

"Jadi saya akan menjawab dalam bahasa Inggris: 'kesopanan umum' adalah hal yang pantas diperhatikan, dan seharusnye negara besar paham akan hal itu," katanya kepada wartawan, menyindir AS.

Pernyataan di atas merupakan tanggapan atas ketidaksukaan Washington pada kritik Paris terkait isu nasionalisme berlebihan (chauvinisme), yang merujuk pada semangat "America First" oleh pemerintah Donald Trump.

Adapun kritik nasionalisme itu disampaikan oleh Macron, mengikuti kunjungan tidak biasa Trump pada Hari Gencatan Senjata --yang menandai 100 tahun berakhirnya Perang Dunia I-- di Paris, akhir pekan lalu.

Dalam serangkaian twit sebelumnya, Trump melancarkan serangan pada Macron atas "tingkat penerimaan imigran yang sangat rendah", dan mengeluarkan cemoohan pada kekalahan Prancis oleh Nazi Jerman di Perang Dunia II.

Donald Trump juga menyerang rekannya atas insiatif "militer Eropa sejati", yang menurut presiden Prancis akan memungkinkan Eropa untuk membela diri terhadap kemungkinan ancaman masa depan dari China, Rusia dan Amerika Serikat.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hubungan Militer Prancis dan AS

Berbicara kepada wartawan selama kunjungan ke kapal perang Prancis setelah komentar Trump, Macron mengatakan bahwa hal terpenting adalah "apa yang dilakukan dengan tentara AS".

"Kami akan melakukan operasi yang sangat konkret dengan Amerika," katanya, mengutip "koordinasi sempurna dan eksekusi yang sangat baik" dari operasi gabungan dengan AS dan Inggris di Suriah, April lalu.

Kemudian, selama wawancara televisi, presiden Prancis menambahkan bahwa negara itu tidak dapat sepenuhnya bergantung pada AS untuk keamanannya.

"Amerika Serikat adalah sekutu bersejarah kami, itu akan terus berlanjut," kata Macron. "Tapi bersekutu bukan berarti menjadi bawahan."

Komentar saling serang di antara Trump dan Macron setelah pertemuan di Paris pada Sabtu 10 November, di mana keduanya bertemu untuk meluruskan perbedaan mereka, serta sepakat bahwa Eropa perlu membayar lebih banyak untuk biaya pertahanannya.

Trump berada di Perancis sebagai bagian dari peringatan Hari Gencatan Senjata, yang menandai 100 tahun sejak berakhirnya Perang Dunia Pertama.

Selama kunjungannya, Trump dikecam secara luas karena batal mengunjungi kompleks pemakaman militer AS di Aisne-Marne.

Gedung Putih kemudian mengatakan bahwa helikopter kepresidenan tidak bisa mendarat dengan baik di tengah hujan, dan Trump tidak ingin mengganggu lalu lintas Paris dengan iring-iringan mobilnya.

Tentara Prancis tampaknya mengolok-olok Trump atas keputusan itu, men-twit gambar seorang perwira merangkak di bawah kawat berduri dalam cuaca basah dengan kata-kata: "Ada hujan, tapi itu tidak masalah."

Tentara Prancis kemudian mengklaim bahwa twit itu hanya dimaksudkan untuk pelatihan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.