Sukses

China: Perang Melawan Polusi Udara Terus Berlanjut Meski Ekonomi Melambat

Pemerintah China mengaku tidak akan berhenti melawan polusi udara meski situasi ekonomi dikabarkan kian melambat.

Liputan6.com, Beijing - Upaya pemerintah China dalam melawan polusi udara beracun disebut kian sulit karena menyusul perlambatan yang terjadi dalam setahun terakhir. Tetapi, Beijing mengklaim tidak akan menyerah untuk menanggulanginya, kata seorang pejabat Kementerian Lingkungan dalam sebuah pernyataan.

Untuk mewujudkannya, China dikabarkan telah menutup sebagian besar kapasitas industri, membatasi lalu lintas dan mengurangi penggunaan batu bara di daerah-daerah rawan pencemaran utara.

Tetapi, sebagaimana dikutip dari Asia One pada Rabu (31/10/2018), Kementerian Ekologi dan Lingkungan China memperingatkan pekan lalu, bahwa perlambatan ekonomi membuat kampanye melawan kabut asap lebih menantang.

Musim dingin lalu, pabrik-pabrik mengeluh bisnis mereka "sakit" akibat pembatasan produksi secara sepihak oleh pemerintah, yang kemudian memaksa mereka untuk tutup jika tidak memasang kontrol polusi.

Dengan pertumbuhan ekonomi Juli hingga September berada pada tingkat terendahnya sejak 2009, China pun mengadopsi pendekatan yang lebih realistis tahun ini.

"Sementara pemerintah telah menetapkan target yang lebih pragmatis berdasarkan kondisi ekonomi aktual, cuaca buruk diperkirakan akan membuat wilayah utara yang rentan pencemaran, menjadi lebih rentan terhadap kabut asap pada musim dingin ini, dan itu sangat berat bagi pemerintah," kata Liu Youbin, juru bicara untuk Kementerian Lingkungan Hidup.

"Ketika membuat rencana musim dingin ini, kami harus memastikan peraturannya layak dan dapat dicapai sesuai visi masa depan untuk membuat China lebih bersih," lanjutnya.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Solusi

Meskipun kabut asap telah berkurang dengan cepat selama "perang terhadap polusi" di tahun kelima ini, kelompok lingkungan telah memperingatkan bahwa China mengingkari komitmen terhadap lingkungan, di mana memungkinkan konsumsi batubara dan pemanasan gas rumah kaca kembali meningkat.

Tetapi pejabat senior perubahan iklim China, Li Gao, mengatakan pada media di hari Rabu, bahwa sementara konsumsi batu bara telah meningkat, dia mengklaim pembangkit listrik terkait di negara itu adalah salah satu yang paling efisien di dunia.

"Tenaga listrik berbahan bakar batubara memang memiliki daya tarik bagi pemerintah lokal, karena bisa menghasilkan daya tinggi dengan harga murah. Namun, karena hal itu tidak mempertimbangkan kondisi eksternal, maka dibutuhkan waktu untuk mengatasi masalah ini. Meski begitu, hal itu tidak akan menghentikan kami mencapai target," tegas Li.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.