Sukses

Hadiah Daging Babi untuk Siswa Berpestasi di China Jadi Sorotan Media Sosial

Hadiah yang diberikan oleh pihak sekolah China kepada sejumlah siswa ini rupanya menarik perhatian pengguna media sosial.

Liputan6.com, Dudongxiang - Lazimnya, para murid berprestasi akan dihadiahi beasiswa, buku hingga uang apabila mendapatkan peringkat baik di sekolah. Namun, hal tak biasa terjadi di tempat pendidikan sekolah dasar di China.

Dikutip dari laman South China Morning Post, Selasa (10/7/2018), sejumlah siswa berprestasi di sekolah tersebut malah dihadiahi daging babi untuk dibawa pulang ke keluarga mereka masing-masing.

Sekitar 50 anak diberi 600 gram daging babi setelah mendapat prestasi luar biasa di sekolah yang terletak di Desa Dudongxiang, Guangxi, Liuzhou Wenbao, China.

Hadiah yang diberikan oleh pihak sekolah kepada sejumlah siswa ini rupanya menarik perhatian pengguna media sosial. Foto anak-anak berprestasi tengah memegang daging dan sertifikat itu kemudian tersebar luas.

Sementara itu, Zhang yang merupakan kepala sekolah mengatakan bahwa dana hadiah siswa berprestasi itu diberikan oleh seorang donatur asal Beijing, China.

Dermawan itu memberikan dana sebesar US$ 215 atau setara dengan Rp 3 juta, lalu sang kepala sekolah membelikannya daging babi yang kebetulan berasal dari petani lokal -- yang juga tengah berjuang mendapatkan penghasilan.

"Di masa sebelumnya, kami telah memberikan hadiah berupa uang pada siswa. Namun, kebanyakan dari mereka menggunakan hal itu untuk sesuatu hal yang tidak bermanfaat," ujar Zhang.

Oleh sebab itu, Zhang berharap agar hadiah daging ini bisa jauh lebih bermanfaat dibanding uang. Daging yang telah diberi oleh pihak sekolah, tentunya dapat dikonsumsi oleh keluarga siswa.

"Sembilan puluh persen dari 178 siswa sekolah adalah anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu," kata Zhang.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Babi Terjelek di Dunia

Bicara soal babi, maka ada kisah unik lainnya yang pernah terjadi. Pada Desember tahun lalu, ada seekor babi asal Indonesia yang disebut-sebut sebagai hewan terjelek di dunia.

Indonesia menjadi rumah bagi banyak spesies unik, salah satunya Javan warty pig atau babi kutil (Sus verrucosus). Spesies babi tersebut adalah yang paling langka sekaligus paling jelek di dunia.

Hewan itu hanya tersebar secara terbatas (endemik) di Pulau Jawa dan Bawean. Awalnya, ilmuwan mengkhawatirkan nasib babi kutil, yang berhabitat di Jawa, pulau dengan populasi terpadat di Indonesia.

Praktik perburuan liar dan deforestasi menjadi ancaman bagi eksistensinya. Namun, kabar melegakan muncul. Untuk kali pertamanya, kamera jebakan (camera trap) berhasil mengabadikan penampakan babi kutil di alam liar.

Padahal, sejumah ahli konservasi sempat menduga, babi kutil sudah punah di sana. Apalagi, berdasarkan studi terakhir di hutan-hutan dataran rendah pada 2004 menguak penurunan populasi spesies itu secara signifikan.

Tak hanya kehilangan habitatnya akibat deforestasi, babi kutil juga terlibat konflik dengan manusia. Hewan itu dianggap hama dan sering diburu karena menyerang tanaman.

Dr Johanna Rode-Margono dari Chester Zoo mengatakan, ia dan para koleganya senang bukan kepalang saat melihat bukti rekaman tersebut.

"Kami sempat khawatir, seluruh spesies tersebut hilang," kata dia seperti dikutip dari BBC News.

Kini, tim ilmuwan berupaya untuk melindungi habitat hewan langka itu. Dr Rode-Margono mengatakan, meski babi kutil bukan hewan paling fotogenik di belantara hutan di Pulau Jawa, spesies tersebut punya peran penting secara ekologis. Mereka berperan menggemburkan tanah dan menyebarkan benih saat mereka mencari makanan.

"Semua dalam ekosistem saling berkaitan -- setiap pohon, tanaman, hewan. Semuanya saling bergantung," kata dia kepada BBC News. "Bagi saya, mereka tidak jelek, melainkan cantik."

Dari tujuh wilayah yang disurvei oleh tim, menggunakan kamera tersembunyi dengan sensor gerak (motion-activated) hanya tiga babi kutil yang terekam. Jumlah itu sedikit.

"Itu berarti ancaman terus berlanjut untuk babi itu. Jika kita tidak melakukan apapun, semakin banyak populasi akan lenyap," kata Dr Rode-Margono. "Ini sudah bendera merah."

Meski demikian, ia menambahkan, masih ada harapan, dengan merancang program konservasi yang efektif untuk babi kutil.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.