Sukses

Jutaan Warga Australia Terancam Tak Memiliki Cukup Dana Pensiun

Akibat sistem yang telat menyesuaikan dengan kondisi kerja terkini, jutaan warga Australia terancam tidak memiliki cukup dana pensiun.

Liputan6.com, Canberra - Sistem dana pensiun di Australia mendesak untuk diubah karena jutaan pekerjan setempat tidak memiliki akses terhadapnya, atau ada pula yang memiliki tapi tidak cukup layak. 

Cakupan sistem dana pensiun saat ini sedang dirongrong oleh berbagai faktor, seperti munculnya gig economy dengan kian banyak pekerja yang tak digolongkan sebagai karyawan, dan miliaran dolar tabungan pensiun yang hilang dari karyawan setiap tahun.

Selain itu, masalah ini juga disebabkan oleh besarnya jumlah pekerja bergaji rendah dan pekerjaan tanpa jaminan hukum jelas. Demikian dilansir dari Australia Plus pada Senin (26/3/2018). 

Secara hukum, perusahaan di Australia wajib membayarkan dana pensiun karyawannya yang berpenghasilan lebih dari 450 dolar Australia atau sekitar Rp 4,7 juta, setiap bulannya. 

Namun sekitar satu juta pekerja di negara ini digolongkan bukan sebagai karyawan, melainkan sebagai kontraktor independen, dan sebagian besar tak memenuhi syarat wajib dana pensiun.

Jumlah pekerja di luar ruang lingkup sistem dana pensiun wajib kian bertambah dengan munculnya aplikasi seperti Deliveroo dan Uber, yang membangun bisnis mereka sebagai pihak ketiga yang hanya menghubungkan 'wiraswasta' dengan pelanggan.

"Saya pikir ini persoalan besar, dan saya kira kita belum mengatasinya saat ini," ujar Associate Professor Sarah Kaine, ahli gig economy dari University of Technology Business School Sydney, kepada Program Four Corners ABC.

"Meski untuk sementara masih aman, namun hal ini akan jadi masalah bagi kita dalam lima hingga puluhan tahun di saat pekerja freelance, pekerja kontrak, memasuki pensiun," jelasnya."Maka risiko sosialnya, karena kita membiarkan pekerjaan semacam itu, akan kembali kepada pembayar pajak, kepada mereka yang akan membayar pajak, yang harus menanggung beban tanpa dana pensiun yang cukup," kata Prof Kaine.

Financial Services Council, kelompok lobi untuk manajemen investasi dan dana pensiun yang dijalankan perbankan dan lembaga keuangan lainnya, meminta Komisi Produktivitas Pemerintah Australia menyelidiki implikasi gig economy terhadap dana pensiun.

"Dari apa yang kami pahami, sangat jarang dana pensiun yang dibayarkan dalam pekerjaan kontrak jangka pendek," kata Prof. Kaine.

"Sebagian besar karena pekerja kontrak jangka pendek diklasifikasikan 'bukan karyawan', jadi kontraktor independen, atau wirausahawan, atau freelancer, seringkali disengaja guna menghindari tanggung jawab atau dana pensiun atas nama perusahaan," lanjutnya.

 

Simak video tentang masyarakat terpencil Australia yang pertama kali dapat akta kelahiran berikut: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Desakan Perluasan Kontribusi Wajib Dana Pensiun

Sosok berpengaruh dalam industri dana pensiun dan serikat pekerja, menyerukan kontribusi wajib dana pensiun diperluas ke semua golongan pekerja, termasuk mereka dalam gig economy.

"Secara keseluruhan kita membutuhkan sistem universal. Saat ini belum universal. Jutaan pekerja terabaikan dalam sistem dana pensiun di negara ini," ujar Tim Kennedy, pimpinan salah satu dana pensiun tertua di Australia, LUCRF, dan juga pimpinan Serikat Pekerja Nasional.

"Kita membutuhkan situasi di mana tak peduli bagaimana Anda terlibat sebagai pekerja, tak peduli bagaimana Anda disebut oleh majikan, setiap jam Anda bekerja, setiap hari Anda bekerja, dana pensiun Anda akan bertambah," paparnya.

"Itu penting. Itu harus terjadi agar berhasil. Jika Anda seorang pekerja, Anda harus dibayarkan dana pensiun. Titik," kata Kennedy.

Dia menambahkan bahwa seluruh desain sistem dana pensiun perlu perbaikan karena sistem sekarang tidak menjangkau pekerja rentan yang paling membutuhkan bantuan untuk menabung dana pensiun.

Mantan Perdana Menteri Paul Keating, yang berperan utama dalam merancang dan membangun sistem dana pensiun Australia, geram dengan desakan bahwa sistem ini tidak adil dan harus dirombak.

"Ide semacam ini, (bahwa) dana pensiun merupakan permainan melawan orang biasa demi orang kaya. Sama sekali tidak benar," kata Paul Keating.

"Sebagai perancang sistem itu, izinkan saya dengan semua kewenangan menyatakan, hal ini tak pernah dimaksudkan sebagai perangkat kesejahteraan. Dana pensiun ini selalu merupakan perangkat tabungan untuk kelas menengah Australia. Katakanlah pekerja (dengan penghasilan) antara 65.000 hingga 130.000 dolar Australia," katanya.

Banyak pekerja tak menerima dana pensiun mereka karena kegagalan pihak perusahaan, terutama sektor usaha kecil, dalam memenuhi kewajiban mereka untuk membayar kontribusi wajib dana pensiun.

Perusahaan tidak membayarkan dana pensiun karyawannya sekitar 3 miliar dolar Australia setahun, demikian menurut analisis Kantor Pajak Australia (ATO) yang bertanggung jawab mengumpulkan dana yang belum dibayarkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Pensiun seseorang yang sudah tidak bekerja lagi karena usianya sudah lanjut dan harus diberhentikan, ataupun atas permintaan sendiri.

    Pensiun

  • Australia