Sukses

Sempat Membelot, Artis Cantik Korut Ini Putuskan Pulang Kampung

Jeon Hye-sung membelot ke Korsel pada Januari 2014 dan telah kembali ke Korea Utara bulan lalu. Tidak jelas bagaimana proses kembalinya.

Liputan6.com - Pyongyang Seorang pembelot Korea Utara yang terkenal dalam acara reality show di Korea Selatan, kembali ke kampung halamannya. Ia juga mencela program itu dan menyebutnya merupakan bagian dari propaganda Korsel.

Dalam sebuah video yang dirilis oleh situs pemerintah Korea Utara, Uriminzokkiri, pada Sabtu lalu, Jeon Hye-sung mengatakan, selama di Korea Selatan dia diminta untuk "memfitnah dan berbicara buruk" tentang Korea Utara.

Dikutip dari CNN, Rabu (19/7/2017), Jeon membelot ke Korea Selatan pada Januari 2014, dan diyakini telah kembali ke Korea Utara bulan lalu. Tidak jelas bagaimana dia berhasil kembali dan dalam keadaan seperti apa. Di masa lalu, pembelot kembali ke negaranya biasanya berada di bawah paksaan.

Jeon, yang bernama Lim Ji-hyun di Korea Selatan, mengatakan bahwa dia mengalami "rasa sakit fisik dan psikologis" saat berada di Seoul. Kini ia tinggal dengan orangtuanya di Anju, provinsi di selatan Pyongyang.

Jeong terkenal di acara TV Korea Selatan yang dibintangi oleh para pembelot, beberapa kali muncul di reality show Moranbong Club, di mana orang Korea Utara minum dan makan bersama tuan rumah dan mendiskusikan politik dan budaya negara mereka sebelumnya.

"Saya pikir jika saya melakukannya dengan baik di acara itu, saya akan bisa membintangi film dan mendapatkan popularitas," katanya.

Seorang pejabat Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan kepada CNN bahwa pihak berwenang sedang menyelidiki kasus Jeon.

Penyesalan

Jalan menuju Korea Selatan sering kali sangat menyiksa bagi para pembelot Korea Utara. Selama wawancara sebelumnya dengan CNN, banyak pembelot telah menceritakan kisah mengerikan tentang menghindari polisi, dan bekerja dengan kelompok kriminal untuk melarikan diri melalui China.

Ketika mereka berhasil mencapai negara tujuan, para pembelot di-screening oleh pihak berwenang Korea Selatan untuk memastikan mereka tidak menjadi mata-mata. Kemudian mereka wajib mengikuti program pendidikan intensif yang dirancang untuk membantu mereka berintegrasi ke dalam masyarakat Korea Selatan.

Namun, banyak pembelot di Korea Selatan berjuang untuk beradaptasi dan mengalami perasaan putus asa serta keterasingan.

Pembelot bernama Timothy Kang mengatakan kepada CNN, tahun lalu bahwa banyak warga Korea Utara menyalahkan diri mereka sendiri karena gagal mencapai Selatan.

Mereka kerap membandingkan kesenjangan antara kehidupan mereka sendiri dan yang digambarkan oleh media Korsel betapa gemerlapnya negara itu. Akibatnya, banyak di antara para pembelot Korut menderita depresi.

Sebuah survei terhadap sekitar 1.700 pembelot pada tahun 2015 oleh Yayasan Hana menemukan lebih dari 20 persen memiliki pemikiran bunuh diri, tiga kali lebih tinggi dari rata-rata orang Korea Selatan.

Casey Lartigue, direktur internasional pengajar Korea Utara yang berbasis di Seoul, mengatakan bahwa selain keterasingan budaya, banyak warga Korea Utara juga berjuang untuk mengejar ketinggalan dengan teman-teman mereka di Korea Selatan di bidang pendidikan. Selain itu, para pembelot memiliki tingkat putus sekolah yang tinggi.

 

Saksikan video menarik tentang Korea Utara:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kembali ke Korut

Menurut Kementerian Unifikasi, melansir data yang dikutip oleh media Korea Utara, 25 pembelot telah kembali ke Utara sejak tahun 2012. Dari jumlah tersebut, lima orang telah membelot kembali ke Selatan.

Dalam video Korea Utara, Jeon mengatakan bahwa dia pergi ke Selatan dengan fantasi bahwa saya bisa makan dengan baik dan menghasilkan banyak uang. Namun nyatanya, ia malah menemukan sebuah negara yang terobsesi dengan kekayaan semata.

Kepala Pusat Penelitian Korea Utara, Chan-il, mengatakan bahwa dia bertemu Jeon beberapa kali dan menggambarkannya sebagai seorang wanita yang "bermimpi menjadi selebritas."

Casey Lartigue, direktur internasional pengajar Korea Utara yang berbasis di Seoul, juga mengatakan bahwa beberapa pembelot meninggalkan Selatan karena hidup di sana terlalu sulit, sementara yang lain kembali karena mereka diperas. Ada juga yang kehilangan keluarga atau tidak ingin meninggalkan negaranya, setelah mengikuti keluarga atau orang yang dicintai.

"Kami harus hati-hati menilai situasi seperti ini, di mana orang-orang yang meninggalkan negara itu juga berarti meninggalkan anggota keluarga di belakang dan tanpa prospek untuk kembali," kata Lartigue.

Seorang pembelot yang kembali dianggap sangat berharga untuk tujuan propaganda oleh Pyongyang, dan dapat diperlakukan dengan murah hati.

"Beberapa akan dipekerjakan untuk pekerjaan resmi," katanya. "Mereka yang kembali dengan membawa sejumlah uang juga akan dipertimbangkan untuk bergabung dengan Partai Pekerja."

Bagi Jeon, setiap hari di Korea Selatan "seperti tinggal di neraka," dan hatinya "sakit karena memikirkan tanah air dan orang tuanya."

"Ketika saya memberi tahu orang-orang di sekitar saya bahwa saya ingin kembali ke rumah, mereka mengatakan bahwa saya akan dieksekusi oleh regu tembak," katanya.

"Tapi saya ingin kembali ke rumah dan melihat orang tua saya bahkan jika itu berarti kematian."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.