Sukses

Lewat Catatan, Pramugari Selamatkan Korban Perdagangan Manusia

Seorang pramugari berhasil menyelamatkan korban perdagangan manusia. Hal itu berawal setelah ia mengamati gadis yang tampak lusuh.

Liputan6.com, San Francisco - Seorang pramugari berhasil menyelamatkan korban perdagangan manusia. Hal itu terjadi setelah ia melihat gadis yang tampak lusuh ditemani oleh seorang pria berpakaian rapi.

Pramugari berusia 49 tahun itu, Shelia Frederick, menemukan kejanggalan tersebut saat dirinya bertugas di penerbangan Alaska Airlines dari Seattle ke San Francisco.

Menurut 10 News, ketika Frederick melihat gadis yang terlihat berusia 14 atau 15 tahun tersebut, ia mengetahui dengan cepat bahwa terdapat sesuatu yang tak beres.

"Sesuatu di pikiranku mengatakan bahwa ada hal yang tak beres. Pria itu berpakaian rapi. Itu menarik perhatianku, mengapa ia berpakaian rapi dan gadis itu terlihat lusuh?" ujar Frederick.

Ketika ia mencoba berbicara dengan dua penumpang tersebut, pria itu menjadi defensif dan gadis tersebut tak terlibat dalam percakapan.

Dikutip dari Independent, Selasa (7/2/2016), Frederick kemudian meninggalkan sebuah catatan untuk gadis itu di toilet pesawat, setelah sebelumnya berbisik untuk menyuruhnya ke toilet. Gadis tersebut pun membalas pesan itu dengan kalimat "Aku butuh bantuan".

Shelia Frederick, pramugari Alaska Airlines yang berhasil menyelamatkan korban perdagangan manusia.

Pramugari kemudian memberitahu pilot yang langsung mengirimkan pesan kepada polisi di San Francisco. Saat pesawat mendarat, pria itu pun ditangkap.

Peristiwa pada 2011 silam itu terjadi di tengah-tengah meningkatnya upaya untuk melatih staf penerbangan Amerika dalam mengenali tanda-tanda perdagangan manusia yang dilakukan sejak 2009.

Dilansir BBC, organisasi non-profit Airline Ambassadors International mengangkat kisah tersebut ke media baru-baru ini untuk melatih staf maskapai tentang cara untuk memerangi perdagangan manusia.

Ciri-ciri umum dari korban perdagangan manusia adalah seseorang yang terlihat dikendalikan, terdapat luka-luka, atau tidak menjawab pertanyaan maupun membuat kontak mata.

Menurut laporan, Badan Imigrasi dan Bea Cukai Amerika Serikat telah menahan 2.000 pelaku perdagangan manusia dan mengidentifikasi 400 korban pada tahun lalu.

Setelah enam tahun berselang, gadis tersebut kini telah tinggal di Amerika Serikat dan menjalani hidup dengan baik dan tengah menempuh studi di universitas. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini