Sukses

Ilmuwan Spanyol Temukan Bioprinter 3D Pencetak Kulit Manusia

Kulit tersebut dapat digunakan untuk tujuan penelitian, pengujian kosmetik dan produk berbasis kimia lainnya, bahkan transplantasi.

Liputan6.com, Canberra - Sebuah terobosan terbaru dalam bidang teknologi ini mungkin akan dapat dimanfaatkan dalam waktu dekat. Untuk mengatasi berbagai permasalahan kulit seperti, keriput, kendor, dan lain sebagainya.

Bahkan penemuan ini kabarnya memungkinkan manusia mencetak sendiri beberapa kulit baru, untuk menambal penuaan kulit dalam tubuh mereka.

Dilansir dari News.com.au, Kamis (26/1/2017), para ilmuwan di Spanyol mengembangkan prototipe untuk bioprinter 3D yang mampu menghasilkan kulit manusia yang fungsional. Selain itu, kulit tersebut dapat digunakan untuk tujuan penelitian, pengujian kosmetik dan produk berbasis kimia lainnya, bahkan untuk transplantasi ke pasien manusia.

"Kulit ini dapat ditransplantasikan ke pasien atau digunakan dalam bisnis untuk menguji produk kimia, kosmetik atau produk farmasi dalam jumlah, jadwal, dan harga yang kompatibel dalam pemanfaatannya," kata Jose Luis Jorcano, salah seorang peneliti dalam penemuan ini.

Tidak hanya itu, phys.org menyebutkan bahwa versi terbaru kulit manusia dari hasil print 3D tersebut merupakan salah satu dari organ hidup manusia yang pertama kali dibuat menggunakan bioprinting untuk diperkenalkan ke pasar.

Usaha ini merupakan kolaborasi antara ilmuwan di Universidad Carlos III de Madrid (UC3M) dan perusahaan bio-engineering BioDan Group yang mengkhususkan diri dalam pengobatan regeneratif berfokus pada kulit.

Materi hasil penemuan ini mampu meniru struktur kulit dengan lapisan dalam yang terdiri dari fibroblast, yang menghasilkan kolagen dan protein yang memberikan elastisitas dan kekuatan mekanik pada kulit.

Bahkan sama halnya dalam aplikasi medis, suatu hari dapat dibayangkan produk serupa akan digunakan dalam pembuatan robot dengan epidermis menyerupai manusia.

"Metode bioprinting ini memungkinkan kulit dihasilkan dalam standar, cara otomatis, dan proses yang lebih murah daripada produksi manual," demikian diklaim oleh Alfredo Brisac selaku CEO BioDan Grup.

Dalam penelitiannya, para penulis mencatatkan bahwa kemajuan signifikan telah dibuat selama 25 tahun terakhir dalam pengembangan in vitro-engineered sebagai pengganti kulit. Namun kini bioprinter bisa membuatnya lebih mudah untuk memproduksi bahan-bahan tersebut, dengan biaya dan cara yang lebih efektif.

"Bioprinting 3D telah muncul sebagai alat yang fleksibel dalam pengobatan regeneratif. Dalam penelitian ini kami telah menggunakan teknik mencetak kulit manusia berlapis dua, menggunakan bioinks yang mengandung plasma manusia, serta fibroblast dan keratinosit utama manusia yang diperoleh dari biopsi kulit."

"Hasil ini menunjukkan bahwa bioprinting 3D adalah teknologi yang cocok untuk menghasilkan kulit buatan untuk aplikasi terapi dan industri dalam sebuah cara yang otomatis," pungkas para penulis tersebut.

Penelitian ini diterbitkan baru-baru ini dalam versi elektronik dari jurnal ilmiah Biofabrication.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.