Sukses

Sosok 'Berbahaya' bagi Palestina Ini Jadi Dubes AS untuk Israel

Sebagian menilai penunjukkan Friedman sebagai Dubes AS untuk Israel akan mengancam solusi damai dua negara dengan Palestina.

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump menunjuk penasihat kampanyenya, David Friedman sebagai Duta Besar AS untuk Israel. 

"Friedman telah menjadi teman lama dan penasihat terpercaya saya. Hubungan kuatnya dengan Israel akan membentuk dasar dari misi diplomatik dan akan menjadi aset luar biasa bagi negara kita untuk memperkuat hubungan dengan sekutu dan mendamaikan Timur Tengah," kata Trump melalui pernyataan yang dirilis oleh tim transisinya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (16/12/2016).

Usulannya tersebut senada dengan kebijakan pihak Trump yang berjanji untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Langkah tersebut dapat membalikkan kebijakan AS atas Negara Zionis itu yang telah dipegang selama berpuluh-puluh tahun.

Tak hanya itu, Friedman juga sempat mengatakan bahwa ia tidak sependapat jika aktivitas permukiman Israel disebut ilegal.

Ia menentang larangan pembangunan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, pandangan yang juga bertentangan dengan kebijakan Negeri Paman Sam selama ini.

Partai Republik telah lama mengusahakan untuk memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem dan mengakui wilayah itu sebagai ibu kota Israel. Namun upaya tersebut belum berhasil bahkan di era pemerintahan George W. Bush sekali pun.

Status Yerusalem sebagai ibu kota tak hanya diakui oleh Israel, namun juga Palestina. Berdasarkan Jerusalem Embassy Act of 1995, produk hukum yang disahkan pada 23 Oktober 1995, pemerintah AS harus memindahkan kedutaan besar mereka ke Yerusalem, namun tuntutan ini berhasil "dihindari" setiap enam bulan sejak diresmikan.

Mulai dari Presiden Bill Clinton, Bush Jr, hingga Barack Obama, semuanya menolak untuk memindahkan kedutaan ke Yerusalem. Pertimbangan mereka, keamanan nasional AS.

Dalam kesempatan lain, Friedman juga melontarkan pernyataan kontroversial. Ia menyarankan Trump mendukung pencaplokan di Tepi Barat--melawan kebijakan AS saat ini. Tak lama ia meralat ucapannya.

Terkait konflik Palestina-Israel, Friedman disebut-sebut akan "menghapus" referensi solusi dua negara atau two state solution. Padahal kebijakan tersebut telah menjadi pilar dari postur AS terhadap Israel baik pada era Demokrat mau pun Republik.

Menanggapi penunjukkan dirinya, Friedman mengatakan ia akan bekerja tanpa lelah untuk "memperkuat ikatan antar kedua negara dan memajukan perdamaian di kawasan serta berharap dapat melakukan keduanya dari Kedubes AS di Yerusalem."

Bukan tak mungkin, terpilihnya Friedman justru akan memicu ketegangan baru antara Israel dengan Palestina.

J Street, kelompok liberal pro-Israel dan pro-perdamaian yang berbasis di Washington, mengkritik penominasian Friedman.

"Penunjukkan ini sembrono, menempatkan risiko pada reputasi dan kredibilitas AS baik di kawasan maupun di seluruh dunia," kata kelompok itu.

Aaron David Miller, eks penasihat Timur Tengah yang pernah bekerja di bawah pemerintahan Demokrat dan Republik mengatakan bahwa Friedman dipilih untuk mengirimkan sinyal bahwa akan ada perubahan signifikan dalam nada, gaya, dan mungkin pula substansi pada era Trump kelak.

"Proses perdamaian telah mati sekarang," kata Miller.

Meski demikian Miller tak menampik masih terlalu dini untuk menilai Friedman akan mengingkari solusi dua negara.

Friedman memang bukan orang baru di lingkaran Trump. Sosok yang memiliki latar belakang hukum litigasi dan kebangkrutan tersebut menjadi penasihat Donald Trump saat miliarder itu berinvestasi di kasino Atlantic City.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini