Sukses

Israel Sergap Misi Kemanusiaan Perempuan Dunia ke Gaza

Menurut sejumlah laporan dan foto di media sosial, kerumunan wanita dan anak-anak telah berkumpul di pantai Gaza menanti kedatangan perahu.

Liputan6.com, Ashdod - Pihak Angkatan Laut (AL) Israel menyergap sebuah flotilla, misi perdamaian yang mencoba menerobos blokade Jalur Gaza pada Rabu lalu, kira-kira 35 mil laut di lepas pantai Israel.

Menurut seorang perwira tinggi, para penumpang kapal Zaytouna-Olivia itu tidak melawan ketika tentara mengambil alih kapal mereka. Kapal itu kemudian dibawa menuju Ashdod, sebuah kota pelabuhan Israel.

Dikutip dari Haaretz pada Kamis (6/10/2016), gagasan Women's Boat to Gaza digelontorkan oleh International Freedom Flotilla Coalition. Kapal diberangkatkan dari Barcelona, Spanyol, dan dijadwalkan tiba di Gaza pada Rabu malam lalu.

Di antara 13 wanita penumpangnya, ada beberapa anggota parlemen, seorang atlet Olimpiade, pensiunan kolonel Angkatan Darat Amerika Serikat, dan Mairead Maguire, seorang peraih Nobel Perdamaian dari Irlandia Utara.

Kapal lain yang bernama Amal 2 terpaksa kembali ke Barcelona karena mengalami kerusakan teknis. Namun demikian, penyelenggara menduga ada sabotase di balik itu.

Menurut sejumlah laporan dan foto di media sosial, kerumunan wanita dan anak-anak telah berkumpul di pantai Gaza menanti kedatangan perahu tersebut.

Menurut sejumlah laporan dan foto di media sosial, kerumunan wanita dan anak-anak telah berkumpul di pantai Gaza menanti kedatangan perahu. (Sumber AFP/Mohammed Abed)

Saeb Erekat, Sekretaris Jenderal PLO, mengutuk keras pengambilalihan kapal. Ia menyerukan agar Israel segera membebaskan para penumpang perahu.

"Cita-cita Palestina untuk kebebasan dan kemerdakaan merupakan keinginan universal jutaan orang seluruh dunia untuk keadilan. Flotilla adalah peringatan sederhana bahwa sekaranglah saat mengubah pernyataan menjadi tindakan nyata," kata dia.

Peta perjalanan flotilla khusus wanita menuju ke Gaza. (Sumber @rumboagaza)

Pada Januari lalu, militer Israel menyergap kapal Marianne yang juga menuju Gaza melalui suatu operasi singkat tanpa korban jiwa. Perahu itu juga dialihkan ke pelabuhan Ashdod.

Kapal Swedia tersebut bersisi 20 pegiat, termasuk anggota parlemen Israel, Basel Ghattas, dan mantan presiden Tunisia, Moncef Marzouki.

Pada 2010, militer Israel naik ke Mavi Marmara, sebuah flotilla milik Turki. Saat itu, 9 penumpang terbunuh dalam operasi yang represif. Seorang lainnya meninggal di rumah sakit Turki pada 2014, setelah koma selama sekitar 4 tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini