Sukses

Jembatan Runtuh, Haiti Gawat Darurat Pasca Badai Matthew

Badai Matthew menerjang pantai barat daya Haiti dengan kecepatan mencapai 230 kilometer per jam.

Liputan6.com, Port-au-Prince - Badai Karibia terdahsyat dalam hampir satu abad kembali menerjang. Kali ini topan yang dikenal dengan sebutan Matthew itu menerjang Haiti dan membuat ribuan warga harus mengungsi.

Badai yang menerjang Haiti sejak Selasa 4 Oktober itu menghancurkan beberapa wilayah, bahkan menyebabkan setidaknya 2 orang tewas.

Sementara itu, pemerintah mengaku kesulitan menjangkau wilayah yang terkena dampak paling paling parah. Badai itu membuat listrik padam, komunikasi terputus, dan warga kesulitan mencari air bersih.

Menurut laporan yang dikutip dari BBC, (5/10/2016), setidaknya 10 ribu warga berada di tenda pengungsian dan rumah sakit kelebihan kapasitas.

"Matthew membuat akses bantuan darurat kesulitan mencapai daerah yang terkena dampak badai terparah. Listrik juga padam, warga kesulitan mendapatkan air bersih," kata utusan PBB untuk Haiti, Mourad Wahba.

Tidak hanya itu, rubuhnya jembatan penghubung antara pusat kota, Port-au-Prince, dan bagian selatan negara itu juga membuat akses ke daerah pedalaman terputus.

"Jaringan telepon genggam juga terputus. Jadi kami tidak bisa menghubungi anggota tim lainnya. Sangat sulit, ditambah lagi dengan ambruknya jembatan yang akan membuat pergerakan semakin sulit," kata seorang relawan Haiti, Laura Sewel.

Sementara itu kondisi di pelabuhan Kota Les Cayes terlihat seperti baru dilanda 'malapetaka'. Jalanan dibanjiri air dan rumah-rumah tidak memiliki atap.

"Tidak ada atap. Saya sedang rapat, tiba-tiba atap terbuka dan terbang," kata Wakil Wali Kota Marie Claudette Regis Delerme.

Foto-foto suasana terakhir di kota itu pun tersebar luas di dunia maya. Warga terlihat berjalan mengarungi air setinggi bahu, dan rumah-rumah hancur berantakan.

"Banyak orang meminta pertolongan, tapi sudah terlambat, tidak ada cara untuk mengevakuasi mereka," kata Direktur Catholic Relief Services, Fonie Pierre.

Sementara itu menurut keterangan sebuah organisasi non-profit, Heifer International, lahan pertanian dan bisnis juga hancur terkena imbas Badai Matthew.

Haiti adalah negara paling miskin di dunia. Kebanyakan warga tinggal di rumah 'tipis' di lahan rawan banjir. Menurut keterangan pBB, negara itu mengalami 'krisis kemanusiaan terbesar' sejak gempa pada 2010 lalu.

Pergerakan Badai Matthew setelah Menerjang Haiti

Menurut US National Hurricane Center, Badai Matthew juga menerjang ujung timur Kuba menjelang sore. Di Guantanamo, sekitar 160 kilometer dari pusat badai, warga dipindahkan ke tempat penampungan atau diminta untuk tetap berada di rumah.

Badai tersebut diperkirakan akan menerjang kota wisata Baracoa, Kuba, dan melintas dekat dengan pangkalan Angkatan Laut AS yang disengketakan dan penjara militer.

Gubernur South Carolina Nikki Haley, telah mengumumkan keadaan darurat dan memerintahkan evakuasi lebih dari satu juta orang di wilayah pesisir mulai Rabu sore dalam mengantisipasi datangnya Badai Matthew.

Sementara itu Presiden AS Barack Obama membatalkan perjalanannya ke Florida karena adanya potensi dampak dari badai. "Dampak langsung badai mungkin terjadi di Florida," ujar US National  Hurricane Center.

Badan tersebut menambahkan, badai Matthew juga bisa berdampak di sejumlah wilayah Georgia, South Carolina, dan North Carolina.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.