Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Skandal Pesta Seks dan Atlet 'Bandel' di Olimpiade Rio 2016

Penyelenggara Olimpiade Rio de Janeiro menyediakan ratusan ribu kondom untuk para olahragawan, selama tinggal di kampung atlet.

Liputan6.com, Rio de Janeiro - Olimpiade merupakan puncak pembuktian prestasi atlet, di mana mereka bekerja keras bersaing untuk mendapatkan kehormatan dan kemuliaan, bagi diri sendiri maupun negara.

Ajang olahraga internasional tersebut juga merupakan penilaian terhadap hasil latihan, yang dilakukan olahragawan pria dan wanita selama empat tahun.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Olimpiade juga merupakan salah satu 'ajang' pesta seks bagi para atlet dunia.

Beberapa olahragawan menggunakan waktu dua minggu perayaan pesta olahraga tersebut, untuk mengeluarkan lebih banyak 'keringat' dan mengeksplorasi kenikmatan yang mereka dapatkan setelah pertandingan.

Kampung Olimpiade atau Olympic Village, tempat di mana para atlet tinggal selama gelaran pesta olahraga sejagad, kerap 'disalahgunakan' untuk mengumbar hasrat.

Beberapa atlet bahkan mengatakan, berhubungan seks membuat mereka lebih rileks dan membantu dalam pencapaian medali.

"Sangat menegangkan . . . beberapa menunggu hingga pertandingan mereka selesai (untuk berpesta), sedangkan yang lain melakukannya di sela-sela latihan," kata seorang sumber seperti dikutip dari E Online, Rabu (10/8/2016).

Penyelenggara Olimpiade Rio de Janeiro, sudah melakukan antisipasi, dengan membagikan lebih dari 450 ribu kondom, kepada 10.500 atlet yang berpartisipasi dalam ajang tersebut.

Kondom Olimpiade (Foto: thetailgatetimes.com)

Rata-rata setiap olahragawan mendapatkan setidaknya 42 kondom. Dan alat kontrasepsi itu diperkirakan bakal maksimal digunakan. Sebab, "Mereka sangat berhati-hati sekali tahun ini karena penyebaran Zika," kata sumber itu.

Tradisi mendistribusikan alat pengaman seks itu dimulai pada Olimpiade 1988 di Seoul, dan segera dilestarikan hingga kini.

Kala itu,  banyak kondom bekas berserakan ditemukan di atas atap kampung atlet, membuat Asosiasi Olimpiade melarang atlet melakukan seks di luar ruangan.

"Beberapa atlet bertemu dengan atlet lainnya melalui aplikasi pencarian Tinder atau yang lainnya, karena lebih gampang. Mereka lalu pergi berkelompok, berpasangan. Mereka melepaskan hasrat setelah berlatih keras," ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Para Atlet Bandel

Sayangnya, beberapa atlet 'bandel' tidak memperhitungkan dengan matang bahwa melanggar aturan tersebut dapat menyebabkan mereka ditahan, dipulangkan, bahkan dilarang untuk mengikuti Olimpiade selanjutnya.

Berikut selengkapnya 'bencana' yang diterima atlet akibat kenakalan selama Olimpiade, seperti dikutip dari DW.com.

Malam Panjang yang menentukan Masa Depan

Pesenam Belanda, Yuri van Gelder (DW.com)

Pesenam Belanda, Yuri van Gelder berhasil lolos ke babak final senam yang akan dilaksanakan dalam beberapa waktu ke depan.

Namun, sayangnya Yuri dilaporkan tidak akan berpartisipasi dalam pertandingan final tersebut. Hal itu disebabkan oleh pelanggaran aturan yang dilakukan oleh pria 33 tahun itu. Ia kedapatan mabuk alkohol.

Yuri dilaporkan menyelinap keluar dari Olympic Village dan gagal pulang tepat waktu demi merayakan kemenangannya di babak semi final.

Hal tersebut merupakan sebuah perbuatan yang dilarang tim Belanda. Akibatnya, Yuri dilarang berpartisipasi pada acara puncak yang dinanti-nantinya.

"Sangat menyakitkan bagi Yuri untuk tidak berpartisipasi. namun, tindakannya tidak dapat diterima. Dalam aturan olahraga ini adalah sebuah bencana, tapi kami tidak punya pilihan lain," kata duta tim Belanda, Maurits hendriks.

Yuri dilaporkan memiliki perilaku yang tidak pantas. Pada 2009, atlet itu dilarang ikut serta bertanding oleh Dutch Gymnastic Union, karena mengonsumsi kokain 3 hari sebelum pertandingan nasional.

Skandal Pelecehan Seksual

Petinju Olimpiade 2016, Hassan Saada ditangkap polisi Brasil atas tuduhan penyerangan seksual (AFP)

Skandal menimpa seorang petinju asal Moroko. Hassan Saada ditangkap polisi Brasil atas tuduhan penyerangan seksual terhadap dua perempuan yang bertugas bersih-bersih di kampung atlet di Rio de Janeiro.

Hassan diduga melakukan pelecehan dengan mendorong paksa tubuh salah seorang dari perempuan itu ke dinding, mencoba menciumnya, bahkan mengatakan akan membayarnya untuk berbuat seks.

Hakim Brasil, Larissa Nunes Saly, memerintahkan penahanan Saada selama 15 hari, sambil menunggu hasil penyelidikan.

"Hassan harus tetap berada dalam tahanan sementara kasusnya diselidiki. Sebab, ada risiko ia bisa melakukan pelanggaran yang sama atau melarikan diri dari Brasil," kata Larissa.

Kasus serupa menimpa atlet cabang tinju asal Namibia, Jonas Yunias Jonas.

Atlet Namibia yang terjerat kasus pelecehan seksual saat Olimpiade Rio 2016. (AFP)

 Jonas dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap asisten rumah tangganya. Petinju yang membawa bendera Namibia pada upacara pembukaan Olimpiade Rio itu kini telah ditangkap.

"Jonas Yunias Jonas, 22 tahun, ditahan pada hari Minggu 7 Agustus 2016, atas penyerangan seksual terhadap perempuan di sebuah ruangan di perkampungan atlet di Rio de Janeiro," ujar juru bicara polisi seperti dikutip dari News.com.au, Selasa (9/8/2016).

3 dari 3 halaman

Pengawalan Ketat

Pengawalan Ketat

Atlet renang Australia (Reuters/DW.com)

Atlet renang Australia berada dalam pengawasan yang ketat, selama Olimpiade Rio berlangsung. hal tersebut diakibatkan oleh tingkah laku buruk yang mereka lakukan pada tahun sebelumnya di London.

Para perenang Negara Kanguru itu berada dalam masa percobaan. Mereka dilarang meminum alkohol selama Olimpiade berlangsung.

Tidak hanya itu para atlet juga hanya akan disajikan makanan dan minuman bebas alkohol, selama penerbangan dari Rio menuju Australia.

Mereka hanya diperbolehkan mengonsumsi minuman tersebut di luar kampung olimpiade, dengan pengawasan.

Pada Olimpiade London 2012, perenang Australia itu berpesta terlalu berlebihan. Mereka tidak tidur dan menimbulkan kekacauan.

Tim renang gaya bebas pria itu menenggak pil tidur, sebagai salah satu sesi 'kebersamaan' tim. Hal tersebut mengakibatkan salah seorang atlet mabuk berat dan memecahkan jendela toko.

"Kami mengharapkan mereka berperilaku baik selama di Rio. Kami tidak akan mentoleransi perilaku buruk," kata pimpingan kontingen Australia, Kitty Chiller.

Tradisi Kenakalan

Asal-usul kenakalan tim renang Australia berawal dari Olimpiade Tokyo 1964. Pada saat itu, perenang Dawn Fraser membuat sponsor tim mereka marah, dengan mengenakan baju renang usang yang dianggapnya lebih nyaman.

Tidak hanya itu, Fraser juga diduga mencuri bendera Olimpiade, dari tiang bendera yang terletak di luar Istana Jepang.

Perempuan itu akhirnya ditangkap aparat setempat. Tapi akhirnya dilepaskan tanpa tuduhan, bahkan bendera yang diambilnya diberikan sebagai 'oleh-oleh'.

Fraser juga diperbolehkan untuk membawa bendera Australia, pada saat upacara penutupan Olimpiade.

Walaupun begitu, perenang wanita Australia itu diberi ganjaran oleh The Australian Swimming Union. Dia dilarang mengikuti kompetisi renang selama 10 tahun, yang secara langsung mengakhiri kariernya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.