Sukses

Misteri 'Berhentinya' Tumbuh Kembang Anak-Anak Madagaskar

Padahal, daerah mereka tidak punya masalah serius dengan kesuburan dan fasilitas kesehatan.

Liputan6.com, Antsirabe - Para pihak otoritas Madagaskar dibuat bingung, mengapa di daerah yang subur dan penuh makanan banyak anak tidak mendapat cukup nutrisi sehingga mereka berhenti bertumbuh kembang.

Di sebuah pusat komunitas nutrisi di kota Antsirabe-salah satu kota utama di dataran tinggi Madagaskar, dua bocah perempuan, sama-sama berusia 3.5 tahun datang untuk memeriksakan kesehatan.

Ketika Jiana dan Rova berdiri berdampingan, petugas kesehatan kaget melihat perbedaan tinggi keduanya.

Rova lebih pendek sekepala daripada Jiana. Rova pun berbobot 60 persen lebih rendah dari Jiana dan tampak lebih lemah.

Misteri Berhentinya Tumbuh Kembang Anak-anak Madagaskar (BBC)

Para petugas mencurigai Rova menderita kronik malnutrisi. Seperti negara-negara berkembang lainnya, Madagaskar mempunyai masalah dengan gizi.

Lebih dari setengah populasi anak berusia kurang dari 5 tahun mengalami malnutrisi yang kronik. Masalahnya, di daerah dataran tinggi yang jauh lebih subur banyak ditemukan kondisi seperti ini, seperti dilaporkan BBC, Kamis (15/10/2015).

Daerah dataran tinggi Madagaskar adalah daerah yang begitu subur dan memproduksi banyak makanan. Pun, indikasi kemiskinan serta sanitasi tidaklah seburuk daerah lain. Demikian pula fasilitas kesehatan, bukanlah isu yang mengkhawatirkan.

Misteri Berhentinya Tumbuh Kembang Anak-anak Madagaskar. Pasar yang ramai dan limpah ruah makanan. (BBC)

Namun, tingkat kronik malnutrisi berada di peringkat tertinggi. Termasuk juga ibukota Madagaskar, Antananarivo.

"Kami benar-benar bingung dan mengalami dilema luar biasa," kata Simeon Nanama, kepala nutrisi di badan perlindungan anak-anak milik PBB, UNICEF di Madagaskar.

"Di daerah ini, hampir 60 persen anak-anak mengalami kronik malnutrisi," tambahnya lagi.

Kronik malnutrisi berbeda dengan malnutrisi akut.

Seorang anak yang menderita malnutrisi akut biasanya karena kurangnya makanan. Mereka juga kurus, berperut buncit dan lengan tangan yang hanya tulang kulit saja.

Sementara tanda-tanda kronik malnutris tidak mudah ditemui. Dan tipe dari malnutrisi ini bisanya kurangnya nutrisi dari makanan yang mereka konsumsi.

Anak-anak kronik malnutrisi terlihat lebih kecil, pendek, kurus dibanding teman sebayanya. Sisanya, mereka tampak terlihat sehat.

Yang menjadi masalah paling tragis dari anak-anak penderita kurang nutrisi kronik adalah efek jangka panjang dalam perkembangan otak.

Miora Randriamamonjy, ibu dari Jiana, tahu bahwa anak-anak penderita kronik malnutrisi di usia muda tidak akan bisa bertahan di sekolah dan tidak bisa produktif saat dewasa.

Matanya penuh dengan air mata ketika ia berbicara tentang bagaimana dia merasa tak berdaya dengan situasi yang dihadapi. Dia bilang dia merasa cukup memiliki makanan untuk anak-anaknya.

"Ini sangat menyedihkan dan aku tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya anak-anak," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berbagai Teori Penyebab Kronik Malnutrisi

Nanama pun ingin memahami lebih banyak, sehingga dia bisa mendonasi uang ke daerah-dearah yang paling berdampak.

Tapi saat ini ia mengatakan misteri berhentinya pertumbuhan pada anak-anak harus tetap diselidiki. Dia berharap adanya laporan untuk memberantas tentang masalah tersebut.

Misteri Berhentinya Tumbuh Kembang Anak-anak Madagaskar. Kebanyakan punya lahan namun tak bisa mengelola karena sumber dana dan waktu. (BBC)

Sementara itu, segala macam teori menjadi faktor utama di balik tingginya tingkat malnutrisi kronis di dataran tinggi.

Mulai dari jenis makanan yang disiapkan keluarga, budaya dan kurangnya perawatan anak. Karena faktanya, begitu banyak makanan diproduksi di wilayah tersebut diangkut ke ibukota, Antananarivo, untuk dijual di sana.

Salah satu teori lain adalah benar bahwa banyak lahan pertanian di daerah itu, namun dimiliki oleh orang lain. Mereka hanya bekerja mengelola kebun dan lahan itu.

Vololona Ranaivoson seorang petugas gizi masyarakat untuk desa Ambalapaiso sekitar 20 km di luar Antsirabe mengatakan,"Orang-orang tidak memiliki uang untuk membeli hal-hal yang mereka butuhkan untuk pertanian sendiri dan hal-hal yang mereka butuhkan untuk hidup pada saat yang sama," jelasnya.

"Mereka mungkin memiliki tanah. Tapi tak bisa berbuat apa-apa untuk mengelola pertanian karena masalah dana. Di satu sisi, mereka harus bekerja di tanah pertanian milik orang lain dengan bayaran seadanya," tambahnya.

Jika ini adalah beberapa alasan mengapa banyak anak-anak berhenti bertumbuh kembang, maka pemberantasan masalah kronik malnutrisi di Madagaskar tidak akan mudah. (Rie)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.