Sukses

Penyebab Bencana Dunia? AS Tutup Program Pemicu Teori Konspirasi

HAARP telah lama jadi target teori konspirasi, dianggap sengaja dirancang untuk mengendalikan cuaca, bahkan lebih buruk lagi: gempa.

Liputan6.com, Alaska - Angkatan Udara Amerika Serikat (US Air Force) telah memberitahu Kongres tentang rencana mereka untuk menutup High Frequency Active Auroral Research Program (HAARP), sebuah fasilitas penelitian yang berbasis di Alaska untuk mempelajari sifat dan perilaku ionosfer (lapisan teratas atmosfer).

HAARP telah lama jadi target teori konspirasi, pusat spekulasi liar bahwa program tersebut dirancang untuk mengendalikan cuaca, bahkan lebih buruk lagi: gempa.

Pada 2010,  Presiden Venezuela saat itu, Hugo Chavez, menuding AS menggunakan HAARP atau semacam itu untuk memicu gempa 7,0 SR di Haiti yang merenggut 200 ribu jiwa.

Chavez menuduh AS menggunakan gempa Haiti sebagai dalih untuk menduduki negara itu. Caranya, dengan mengirimkan tentara dengan dalih membantu korban gempa -- meski para ilmuwan menyebut, gempa Haiti ternyata disebabkan oleh patahan (fault) yang belum pernah dipetakan.

Selain dituding bisa menyebabkan gempa, HAARP juga dihubung-hubungkan dengan anomali cuaca yang dapat mengakibatkan banjir, kekeringan, dan badai.

Bahkan kabar yang beredar liar di sejumlah mailing list juga menyebut, tsunami Aceh 2004 bukan murni bencana alam. Jangan buru-buru percaya! Belum ada bukti sahih soal itu.

Lalu, apakah HAARP sebenarnya?

Seperti dimuat situs sains LiveScience, Kamis 22 Mei 2014, HAARP adalah program riset  yang dirancang untuk menganalisis ionosfer -- 85 km hingga 600 km dari permukaan Bumi. Terutama, untuk meningkatkan sistem komunikasi dan sistem pengawasan, baik untuk kepentingan sipil maupun pertahanan. Program tersebut didanai Angkatan Udara AS, Angkatan Laut, University of Alaska dan the Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA).

Mengapa HAARP ada?



Militer AS tertarik mempelajari ionosfer karena bagian dari atmosfer berperan dalam transmisi sinyal radio. HAARP mengirimkan sinyal radio ke ionosfer untuk mempelajari responsnya. Itu adalah salah satu dari beberapa cara untuk secara akurat mengukur bagian yang tidak dapat diakses dari atmosfer.

HAARP beroperasi dari HAARP Research Station di Gakona, Alaska, yang memiliki pemancar frekuensi radio berdaya tinggi yang dapat mengganggu sebagian kecil dari ionosfer. Instrumen lainnya kemudian digunakan untuk mengukur gangguan tersebut.

Tujuan dari program tersebut adalah untuk memahami fisika ionosfer, yang terus-menerus merespons dampak aktivitas Matahari. Jilatan api matahari (solar flares) dapat mengirim partikel surya menuju Bumi, yang bisa mengganggu komunikasi dan jaringan listrik . Jika para ilmuwan bisa lebih memahami apa yang terjadi pada ionosfer, mereka mungkin dapat mengurangi masalah itu.

Namun, kini Angkatan Udara tak lagi merasa perlu meneruskan kegiatan HAARP. Demikian menurut David Walker, pejabat yang membidangi sains, teknologi, dan teknis di US Air Force.

Pada sidang Senat 14 Mei 2014, Walker mengatakan, Angkatan Udara tidak memiliki kepentingan dalam mempertahankan situs tersebut dan memilih cara lain dalam penelitian ionosfer.

Politik dan Konspirasi


Namun, rencana angkatan udara menghancurkan HAARP mendapat tentangan. "Sementara angkatan udara tak lagi ingin dan menghargai nilai HAARP, pengguna dari sejumlah lembaga federal, laboratorium, dan universitas, juga negara sahabat seperti Kanada, Inggris, Taiwan, Korea Selatan, Swedia, dan Norwegia sangat ingin menggunakan sumber daya yang unik itu," kata Dennis Papadopoulos, dosen fisika dan astronomi dari University of Maryland.

Pembangunan HAARP menelan biaya lebih dari US$ 290 juta atau Rp 3,34 triliun. Situs ini menjadi rumah bagi berbagai proyek selama bertahun-tahun , termasuk penciptaan pertama aurora buatan tahun 2005. Generator di sana sekarang memerlukan perbaikan untuk memenuhi standar lingkungan yang ditetapkan dalam Clean Air Act -- UU yang mengatur standar polusi.

Bagi mereka yang meyakini teori konspirasi berpikir, HAARP adalah situs yang jahat. Yang bertanggung jawab atas malapetaka apapun, dari pemanasan global, bencana alam, hingga suara dengungan misterius di langit.

Teori konspirasi menuding HAARP yang harus disalahkan untuk gempa bumi dan tsunami 2011 di Jepang,  tornado tahun 2013 , tanah longsor pada tahun 2006 di Filipina, dan banyak bencana alam lagi.

Teori konspirasi lain berpendapat bahwa HAARP mengontrol pikiran orang atau mampu mengubah tatanan realitas.

Teori-teori tersebut tak kunjung mereda, meski faktanya hanya sedikit yang terjadi di HAARP selama setahun balakangan. Pada Mei 2013, situs tersebut dimatikan selama perubahan kontraktor operasional. Saat itu, manajer program HAARP mengatakan kepada wartawan bahwa situs itu sementara ditutup dan dimatikan. Hanya 1 proyek yang harus dituntaskan pada awal 2014. (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini