Sukses

Cerita Penyandang Disabilitas Asal Bandung Nonton Piala Dunia di Stadion Lusail Qatar

Pendiri Jakarta Barriers Free Tourism (JBFT) Faisal Rusdi menceritakan pengalamannya menonton Piala Dunia 2022 di Stadion Lusail, Qatar.

Liputan6.com, Jakarta Pendiri komunitas disabilitas Jakarta Barriers Free Tourism (JBFT) Faisal Rusdi menceritakan pengalamannya menonton Piala Dunia 2022 di Stadion Lusail, Qatar.

Menurut penyandang Cerebral Palsy ini, keberangkatannya ke Qatar adalah untuk liburan sekalian menonton pertandingan bola. Ia pun mendapat pengalaman mengesankan karena stadionnya ramah disabilitas.

Bahkan, tiket untuk penyandang disabilitas mendapat konsesi sehingga lebih khusus sesuai kebutuhan penyandang disabilitas.

“Tiket kategori 5 namanya Accessibility Ticket. Sangat mudah dibeli di Online FIFA Ticket dengan menyertakan Eligibility Proof atau surat keterangan media bahwa kita benar sebagai penyandang disabilitas,” ujar Faisal kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks ditulis Kamis (22/12/2022).

Pelukis mulut profesional itu juga mendapat pelayanan yang baik dari para petugas. Mereka ramah dan terus memandu penonton disabilitas termasuk yang berkursi roda untuk bisa sampai ke tempat khusus yang telah disediakan.

“Ramah dan akan dipandu terus hingga tempat nonton pengguna kursi roda. Semua sudah aksesibel, dilengkapi dengan Mobility Assistance.”

Diketahui bahwa stadion tersebut memang dibantu oleh tim mobility assistance atau asisten mobilitas yang bertugas memastikan para penonton disabilitas dapat mengakses stadion dengan mudah.

Salah satu anggota tim mobility assistance tersebut adalah orang Indonesia yakni Daeng Sila. Pria tersebut juga menemani Faisal untuk mengakses stadion.

“Menjadi bagian tim Mobility Assistance di Piala Dunia Qatar 2022 adalah kesempatan belajar manajemen aksesibilitas di gelaran event dunia dan sekaligus mempraktikkan pesan ‘memanusiakan manusia’. Football for all,” tulis Daeng dalam unggahan Instagramnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Transportasi ke Stadion

Dalam ajang dunia tersebut, Faisal juga melihat bahwa keberagaman diterima dengan baik. Penonton lain terlihat antusias dan membaur tanpa ada stigma soal disabilitas.

Di sisi lain, untuk transportasi Metro (seperti MRT) menuju ke stadion juga sudah aksesibel, begitu pula dengan area sekitar yang sudah sangat aksesibel.

Faisal pun berharap agar Indonesia bisa mencontoh aksesibilitas di stadion Qatar.

“Harus benar-benar aksesibel, mulai dari transportasi publik menuju stadion dan di area stadionnya. Selain aksesibel juga dilengkapi Mobility Assistance.”

Sejauh pantauan Faisal yang juga sebagai pengguna kursi roda, Stadion Lusail sudah aksesibel sehingga ia kesulitan menemukan hal apa yang belum akses di sana.

Ia pun mengaku terhibur dengan pertandingan yang ditontonnya. Lebih dari itu, ia merasa mimpinya menonton Piala Dunia sudah menjadi kenyataan.

“Senang saja siapapun yang juara, yang lebih penting mimpi menjadi kenyataan bisa nonton langsung final Piala Dunia secara keseluruhan.”

3 dari 4 halaman

Buku Panduan Penyandang Disabilitas

Aksesibilitas di Stadion Lusail, Qatar memang sudah dipikirkan matang-matang. Sebelum Piala Dunia dimulai, Qatar Foundation (QF) memiliki komitmen terhadap aksesibilitas untuk semua orang.

Hal ini dibuktikan melalui buku panduan khusus untuk penyandang disabilitas agar mereka dapat menikmati pengalaman menonton bola dan berwisata di Qatar dengan baik.

Buku panduan “Qatar For All” bahkan bukan hanya tersedia dalam bahasa Arab, Inggris, tapi juga ada versi braille untuk penyandang disabilitas netra.

Dalam buku digital itu juga, pengunjung Qatar akan ditunjukkan tempat-tempat istimewa termasuk pantai Katara yang ramah bagi pengguna kursi roda.

4 dari 4 halaman

Ability Friendly Program

Selain itu ada pula pengenalan Abilty Friendly Program, tempat anak-anak disabilitas bisa menunjukkan kemampuan olahraga seperti renang, sepak bola atau pun kriket.

“Ekosistem di QF sudah dirancang dengan mempertimbangkan inklusi. Setiap orang dapat belajar dan berkembang. Kami berfokus pada aksesibilitas,” kata Nardine Gerges, Manajer Proyek di Kantor Kepala Komunikasi di Qatar Foundation, kepada Doha News.

Menurut Nardine, buku panduan ini terinspirasi oleh permintaan khusus aksesibilitas, sehingga akhirnya dibuat berdasarkan pengalaman dan rekomendasi para penyandang disabilitas.

Panduan QF ini juga dirancang untuk semua orang, termasuk orang tua dan anak-anak di kereta bayi.

“Di Qatar, ini adalah pertama kalinya sebuah panduan menggabungkan semua informasi,” kata Nardine.

“Ada banyak disabilitas tak terlihat yang tidak disadari orang. Orang kebanyakan sadar akan disabilitas yang bisa dilihat, sementara ada disabilitas seperti belajar dan disabilitas kognitif yang tidak terlihat oleh mata,” tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.