Sukses

Penerimaan Orangtua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus akan Memudahkan Proses Perkembangannya

Orangtua yang dikaruniai anak berkebutuhan khusus (ABK) acap kali bingung dan sedih melihat keadaan anaknya yang tidak sama dengan anak lain. Namun, terus menerus terpuruk dalam kesedihan tidak akan menyelesaikan masalah.

Liputan6.com, Jakarta Orangtua yang dikaruniai anak berkebutuhan khusus (ABK) acap kali bingung dan sedih melihat keadaan anaknya yang tidak sama dengan anak lain. Namun, terus menerus terpuruk dalam kesedihan tidak akan menyelesaikan masalah.

Menurut Pendiri Komunitas Kesetaraan Bagi Anak Tuli (Setuli), Susanti Mayangsari, penerimaan orangtua terhadap anak sangat penting agar orangtua dapat lebih fokus dalam mencari cara terbaik untuk mendidik anak.

“Kebanyakan orangtua yang tidak menerima keadaan akan cenderung menghabiskan waktu untuk mengasihani anaknya. Setiap detik yang dihabiskan itu sebetulnya bisa digunakan untuk memikirkan hal lain,” kata Susanti dalam webinar Konekin, ditulis Sabtu (12/12/2020).

Waktu yang terbuang itu dapat digunakan untuk mencari tahu hal lain yang berkaitan dengan pengembangan potensi anak dan mencari jawaban atas kekhawatiran yang timbul tentang masa depan anak.

“Menerima keadaan anak itu termasuk juga menerima nasib kita bahwa kita dititipkan. Sekali lagi saya ingatkan, Tuhan tidak pernah salah menitipkan dia ke kita.”

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tetap Bersyukur

Susanti juga mengingatkan setiap orangtua untuk tetap bersyukur. Setiap kemajuan kecil yang diperlihatkan anak harus disyukuri.

“Kita harus bersyukur pada setiap kemajuan kecil yang anak kita dapat dan jangan pakai perbandingan anak orang. Sekecil apapun itu adalah kemajuan.”

Ia meyakini, semakin banyak bersyukur maka akan semakin banyak kemudahan yang diberikan.

Susanti yang juga memiliki anak penyandang tuli ini awalnya tidak tahu sama sekali dengan dunia tuli. Dalam sejarah keluarganya tidak pernah ada saudara yang menyandang tuli.

Sampai akhirnya ia dikaruniai Selia yang menyandang tuli kongenital. Untuk menjawab segala kebingungan dan pertanyaan terkait tuli, ia belajar dari berbagai sumber termasuk komunitas tuli.

Berdasarkan pengalaman dan perbincangan dengan komunitas tuli, terkadang orang hanya menilai kesuksesan penyandang tuli dari nilai desibelnya dan seberapa bagus kemampuan bicaranya.

“Tolong mulai dari sekarang hentikan, jangan lihat ke sana karena sejatinya anak kita dilahirkan tidak dengar tapi dengan dukungan dan doa saya yakin mereka bisa,” pungkasnya.

3 dari 3 halaman

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.